Konten dari Pengguna

FOMO : Dapat Jadi Penyebab Anxiety?

Novia Rahmadani
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
18 November 2022 20:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novia Rahmadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pribadi
ADVERTISEMENT
FOMO adalah istilah yang saat ini ramai terjadi di masyarakat. Istilah ini pertama kali dipopulerkan pada tahun 2013 oleh seorang ilmuwan bernama Dr. Andrew K. Przybylski. Beliau memaparkan bahwa FOMO disebut sebagai fenomena di mana seseorang percaya jika segala momen berharga tidak boleh dilewatkan. Hal ini membuat siapa saja yang mengalami akan merasa tidak tenang dan terus merasa gelisah ketika gagal mengikuti apa yang mereka lihat.
ADVERTISEMENT
FOMO (Fear Of Missing Out) merupakan sebuah kondisi ketika seseorang sering merasa takut tertinggal dengan orang lain dari segala macam aspek. Seperti orang lain lebih gaul, lebih fun, lebih populer, hidupnya lebih enak, dan lain-lain. Seseorang akan menjadi lebih ingin tahu kegiatan orang lain dan merasa harus selalu mengikutinya agar tidak tertinggal. Perasaan FOMO didasari oleh rasa iri sehingga berkaitan dengan emosi, terutama emosi negatif dan stres yang pasti akan menghambat kehidupan sehari-hari seperti merasa lelah, kurang fokus, sulit beristirahat, dan kesepian.
Faktor penyebab terjadinya FOMO antara lain :
1. Menggunakan media sosial yang berlebihan
2. Kurang bersyukur dan rendahnya rasa percaya diri
3. Membandingkan pencapaian diri dengan orang lain
ADVERTISEMENT
4. Mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar
Pengguna sosial media aktif cenderung memiliki tingkat anxiety lebih tinggi dibandingkan pengguna pasif. Fakta penelitian menunjukkan pengguna yang cemas ingin terlihat lebih di sosial media untuk menutupi kecemasan mereka. Penggunaan sosial media secara signifikan akan berkaitan dengan depresi dan perempuan lebih mudah terpengaruh gejala depresi dibandingkan laki-laki.
Perasaan FOMO tentu memengaruhi kondisi psikologis. Untuk menghindari hal tersebut, tentunya hanya diri sendiri yang dapat mengatasinya. Misalnya dengan bersyukur dan selalu bepikir positif. Mungkin terdengar sepele, tetapi akan sangat membantu mengurangi perasaan iri dan takut tertinggal oleh orang lain. Langkah kedua yang dapat dilakukan yaitu mengurangi penggunaan media sosial dengan menggunakan timer dengan menetapkan batasan waktu bersosial media, contohnya tiga jam sehari. Mengurangi penggunaan sosial media akan mengurangi kecemasan yang menjadi penyebab FOMO. Tetap bersyukur dengan apapun yang telah diperoleh dengan rasa percaya diri.
ADVERTISEMENT
Sumber referensi
Tandon, A., Dhir, A., Almugren, I., AlNemer, G. N., & Mäntymäki, M. (2021). Fear of missing out (FoMO) among social media users: a systematic literature review, synthesis and framework for future research. Internet Research.
Anggraeni, E. K. (2021). Fear of missing out (FOMO), Ketakutan Kehilangan momen. Diakses pada 17 November 2022 oleh https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13931/Fear-Of-Missing-Out-FOMO-Ketakutan-Kehilangan-Momen.html