Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dari Tradisi ke Layar Sentuh: Dating App Gaya Hidup, Komunikasi, dan Budaya
2 Mei 2024 11:51 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Novita S Satyaningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi dan media massa telah memengaruhi interaksi kita dalam mencari pasangan, terutama dengan maraknya penggunaan dating app atau aplikasi kencan. Dahulu, perjodohan, pertemuan keluarga, dan pasar jodoh menjadi metode utama, namun berubah sejak munculnya telepon, surat-menyurat, dan kencan buta pada abad ke-20.
ADVERTISEMENT
Perubahan drastis terjadi dengan masuknya era internet pada 1990-an, memunculkan situs web kencan online. Namun, era modern ditandai dengan dominasi aplikasi kencan seperti Tinder, Bumble, dan OkCupid, yang menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam mencari pasangan.
Ini mengubah tradisi kencan dari pertemuan tatap muka tradisional menjadi swipe di layar sentuh, mencerminkan evolusi cara manusia mencari pasangan seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi.
Pisau Bermata Dua Dating App
Dampak positif dan negatif dari penggunaan aplikasi kencan telah menjadi topik yang semakin relevan dalam percakapan tentang dinamika hubungan modern. Meskipun dating app membawa beragam dampak positif, seperti efisiensi dan kemudahan dalam mencari pasangan tanpa batasan geografis, serta memungkinkan pengembangan diri melalui fitur filter dan profil yang personal, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada pula dampak negatif yang perlu diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Pada sisi positifnya, dating app memberikan kesempatan bagi pengguna untuk memperluas jangkauan dan bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai latar belakang. Ini membuka peluang untuk menemukan kecocokan yang lebih besar sesuai dengan minat dan nilai masing-masing individu.
Interaksi online melalui aplikasi ini juga dapat membantu membangun kepercayaan diri dan keterampilan berkomunikasi sebelum benar-benar bertemu secara langsung, sebuah kemudahan yang tidak dimiliki oleh cara-cara konvensional.
Namun, dibalik kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan, terdapat pula dampak negatif yang perlu dicermati. Kultur swipe dan profil singkat yang menjadi ciri khas dari dating app seringkali memunculkan objektivasi dan superficiality dalam penilaian. Pengguna cenderung menilai potensi pasangan berdasarkan penampilan dan faktor-faktor lain yang bersifat fisik. Tidak hanya itu, fenomena ghosting dan penipuan identitas juga kerap terjadi di dunia maya ini, meninggalkan kesan kekecewaan dan kehilangan kepercayaan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ketergantungan terhadap dating app juga menjadi perhatian serius. Penggunaan yang berlebihan dapat memicu berbagai masalah psikologis, seperti kecemasan, FOMO (Fear of Missing Out) dan bahkan kecanduan akan validasi eksternal. Ketidakjelasan norma dan ekspektasi dalam hubungan yang terjalin melalui dating app juga menjadi masalah tersendiri, yang seringkali berujung pada kebingungan dan miskomunikasi di antara para pengguna.
Dengan demikian, sementara dating app telah membuka pintu bagi cara baru dalam mencari pasangan dan berinteraksi, kita juga perlu bijaksana dalam menghadapinya. Penting untuk memahami bahwa teknologi ini, meskipun memberikan kemudahan, tidak selalu menjamin kualitas hubungan yang sehat dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, kesadaran akan dampak positif dan negatif dari penggunaan dating app menjadi kunci untuk memaksimalkan manfaatnya sambil tetap menjaga keseimbangan dalam kehidupan kita yang nyata.
ADVERTISEMENT
Eksistensi Dating App di Indonesia
Dunia kencan online di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, demikian hasil riset yang dirilis oleh Statista. Antara tahun 2024 dan 2028, jumlah pengguna segmen kencan online diperkirakan akan terus meningkat, mencapai total 4,8 juta pengguna pada tahun 2028. Fenomena ini menunjukkan adopsi yang pesat terhadap layanan elektronik di Indonesia, seiring dengan perkembangan teknologi dan akses internet yang semakin merata.
Menariknya, survei yang dilakukan oleh Statista juga mengungkapkan pola komunikasi yang semakin lazim di kalangan pengguna aplikasi kencan online. Sebanyak 54% responden mengakui bahwa mereka melanjutkan percakapan dari aplikasi kencan ke aplikasi chat yang lebih pribadi. Hal ini mencerminkan keinginan untuk memperdalam hubungan secara personal, meskipun awalnya ditemukan melalui platform digital.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik tren pertumbuhan yang positif, terdapat tantangan signifikan yang dihadapi oleh pengguna kencan online, yakni kepercayaan dan keamanan. Menurut riset Populix yang dirilis oleh KataData, faktor ini menjadi prioritas utama bagi pengguna, diikuti oleh kecocokan minat dan kepribadian. Perasaan aman dan terjamin menjadi hal yang sangat penting dalam membangun hubungan melalui media digital, terutama dalam konteks kencan online.
Berdasarkan data dari Populix, mayoritas responden Indonesia menggunakan aplikasi kencan online, dengan persentase sebanyak 63%. Tinder menjadi platform yang paling populer dengan proporsi 38%, diikuti oleh Tantan dengan 33%, dan Bumble dengan 17%. Meskipun begitu, alasan penggunaan berbagai aplikasi tersebut bervariasi.
Mayoritas responden menggunakan aplikasi kencan online untuk mencari teman mengobrol (56%), sekadar mencoba karena penasaran (48%), atau bahkan hanya untuk bersenang-senang (46%). Hanya sebagian kecil, sekitar 27% responden, yang menggunakan aplikasi kencan online untuk mencari pasangan secara serius.
ADVERTISEMENT
Tren penggunaan aplikasi kencan online di Indonesia ini menunjukkan perkembangan yang signifikan seiring dengan perkembangan teknologi dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Meskipun masih dihadapkan pada tantangan kepercayaan dan keamanan, popularitas aplikasi kencan online terus meningkat, mencerminkan perubahan pola hubungan dan komunikasi di era digital ini.
Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Modern
Fenomena kencan online yang semakin merajalela di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda menjadi sebuah dukungan terhadap gaya hidup urban yang sibuk dan budaya yang semakin terbuka.
Ini telah menggiring popularitas dating app ke arah yang lebih tinggi. Sebuah laporan dari Populix yang dikutip oleh Katadata mengungkapkan bahwa kencan online tidak hanya tentang pencarian pasangan hidup, melainkan juga tentang pengalaman sosial yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Survei yang dilakukan pada Januari 2024 terhadap 1.165 responden di Indonesia menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka adalah pengguna aplikasi kencan online. Mayoritas responden berada di Pulau Jawa, diikuti oleh Sumatra dan pulau-pulau lainnya. Kelompok usia 17-35 tahun menjadi mayoritas dalam survei ini, menunjukkan bahwa fenomena ini menarik perhatian dari berbagai kalangan usia muda di Indonesia.
Namun, lebih dari sekadar mengubah cara kita berpacaran, fenomena kencan online juga telah merubah pola komunikasi di masyarakat urban. Dengan beralihnya interaksi sosial ke dalam ranah digital, masyarakat kini lebih terbiasa berkomunikasi melalui platform-platform digital.
Pola komunikasi ini tidak hanya terjadi dalam konteks kencan, tetapi juga dalam hubungan sosial lainnya. Pesan singkat, panggilan video, dan berbagai fitur media sosial menjadi cara utama masyarakat urban untuk berinteraksi satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Hal ini menandakan perkembangan signifikan dalam cara kita berkomunikasi dan berinteraksi dalam era digital ini. Media sosial dan aplikasi kencan online telah menjadi sarana utama bagi masyarakat urban untuk membangun dan menjaga hubungan sosial mereka.
Meskipun masih ada perdebatan tentang dampaknya terhadap kualitas interaksi sosial, tidak dapat disangkal bahwa fenomena ini telah mengubah lanskap komunikasi kita secara menyeluruh. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan penetrasi internet yang semakin luas, kita dapat mengharapkan pola komunikasi ini terus berkembang dan berubah seiring waktu.