Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Anjay dan Ketahanan Diri
5 Oktober 2020 16:08 WIB
Tulisan dari Novita Tandry tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak yang menanyakan pendapatku tentang urusan anjay, yang sempet jadi trending topic di hari Minggu, 30 Ags smp dibicarakan 122 ribu kali dlm sehari, anyaayyy.
ADVERTISEMENT
Dampaknya yang tadinya gak pernah dengar kata anjay skrg malah fasih menyebut kata, A-N-J-A-Y termasuk anak batita dan balita.
Ada yang mengatakan karakter suatu bangsa dilihat dari tutur kata dan bahasanya. Artinya, bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi suatu bangsa, karakter dan tata krama berkomunikasi tercermin pada saat kita berbicara.
Kalau satu ini bener banget deh, dulu waktu menuntut ilmu di luar negeri, teman2 yang mendengar kita berkomunikasi dlm Bahasa Indonesia, menilai bahwa Bhs Indo itu enak di kuping katanya, seperti orang menyanyi, gak kasar dan gak teriak2.
Itu tahun 80-90 an kalee yaaa saya belum melakukan survey terbaru lagi setelah game mulai marak dan menjadi soulmate anak2 generasi alpha. Pernah dengar kan anak2 remaja kalau main game dan mengeluarkan perkataan2 ajaib dari mulutnya? Kata anjir, anjay, bangsat, setan, jan*ok, anj*ing, f*ck you, b*tch, dll jadi bagian dari cara komunikasi mereka?
ADVERTISEMENT
Buat saya, di zaman literasi digital skrg ini, penguatan dari dalam keluarga harus lebih diperketat, tutur kata, artinya jadi contoh dalam pemilihan kata berkomunikasi harus lebih difilter oleh orang tua sejak dini, karena setelah mereka masuk di usia sekolah akan lebih sulit bagi anak untuk bisa menyaringnya, kalau mereka tahu bagaimana menyaring untuk memilih kata yang sopan dari yang kurang sopan, dari yang boleh dan yang tidak boleh, dengan siapa berkomunikasi dan di situasi mana dan kondisi seperti apa, anak akan punya kecerdasan ketahanan diri (intra dan inter intellegence), jadi anak bisa dapat membedakan seperti apa tata krama berkomunikasi dengan teman mainnya dan dengan Kakek Neneknya.
Saya tidak bisa melihat manfaat dengan memberikan sanksi hukum kepada orang yang berkata kasar dalam berkomunikasi dengan cara yang 'memaksakan' seperti yang dicetus oleh beberapa pihak dua hari terakhir ini.
ADVERTISEMENT
Karena yang ada semua comment netizen yang masuk di feed akun pencetus hukuman untuk kata 'anjay' malah bertaburan hanya kata 'anjay' saja, termasuk hashtag anjay malah semakin populer.
Soooo.. Kebiasaan memberikan sanksi hukuman fisik jangan dijadikan sebagai budaya, khususnya oleh orang tua dan guru. Ajarkan anak untuk menggunakan otak bagian atasnya, fungsi eksekutif, pre frontal cortex, jadi anak mengerti dan tahu konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukannya, bukan melulu dengan ancaman, hukuman dan mereka tidak tahu di mana salah mereka, apa yang harus diperbaiki, berikan kesempatan untuk memahami, berpikir dan mencari solusi, ini juga berlaku dengan kata2 kotor yang mereka dengar, apabila mereka mengulanginya, jangan berikan perhatian berlebih apalagi marah besar, justru akan membuat rasa ingin tahu semakin besar dan mendapatkan perhatian ekstra dari orang tuanya (yang biasanya sibuk dgn gadget).
ADVERTISEMENT
Btw, daripada ngurusin anjay, lebih anjay ngurusin uang belanja dapur yeee.. dijamin lebih anjaayyyy.
(P.S : kata anjay juga bisa bermakna sebagai kata pengganti ucapan salut atau bermakna kagum atau suatu peristiwa yaah)
Seperti biasa yuukk berbagi pengalaman tentang kata-kata jorok yang pernah diucapkan anak dan bagaimana tanggapan kalian, follow IG: @happyparentingnovitatandry lalu subscribe Youtube: Happy Parenting Novita Tandry
Happy Parenting! The hardest job you will ever love ❤️
Novita Tandry, Psikolog Anak & Remaja, NTO Nurture Teach Observe, Childcare and Early Education
#novitatandry
#happyparentingwithnovitatandry
#happyparentingschool