Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Toxic Parenting di Masa Pandemi
3 Juni 2020 10:53 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Novita Tandry tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari pengamatan dan konseling saya dalam kurun waktu 3 bulan terakhir di masa pandemi ini, orang tua dan anak memang tinggal serumah secara kuantitas tapi bukan kualitas, merasakan hubungan yang tidak ramah dan terasing satu sama lain. Belum lagi ditambah masalah keuangan rumah tangga dan biaya hidup.
ADVERTISEMENT
Value kekeluargaan antara orang tua dan anak seakan sirna begitu saja dan hanya meninggalkan rasa panik dan marah.
Masih banyak orang tua yang tidak sasaran apalagi tekun untuk berdiskusi secara logika dan menyentuh hati anak-anaknya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran tata krama, etika, moralitas pada anak sejak dini, misal kemandirian, ketekunan, ketahanan diri, daya juang, kejujuran, kebersihan, kerajinan, kepedulian sosial, integritas, hidup sehat, olahraga, dan sebagainya.
Paling mudah adalah contoh anak batita dan balita yang sering tantrum, cara gampang penyelesaian orang tua kalau bukan dihardik, dicubit, dipukul, diancam agar diam dan tidak mengganggu ketenangan rumah, instant dan gampang, setelah itu anak diberikan apa yang diinginkannya. What a toxic parenting!
ADVERTISEMENT
Anak yang sedang melewati temper tantrums masih sering dianggap atau dicap sebagai anak nakal, bandel, kurang ajar, sering membantah/bohong/pemarah, bahkan disebut sebagai anak durhaka, akan kena dosa siksa neraka, Tuhan marah sama anak bandel dan nakal.
Orang tua sering merasa terlalu lelah dan merasa tidak punya waktu untuk mendidik anak-anaknya dan beranggapan moralitas itu urusan sekolah dan guru agama, di sekolah atau sekolah minggu atau rumah ibadah.
Nilai etika, integritas, moral, kejujuran kemanusiaan apalagi kedisiplinan hanya berasal dari agama dan dogmanya, tapi orang tua sendiri tidak pernah mau atau mampu memberikan keteladanan dan menunjukkan jalan dan ajarannya pada kehidupan kesehariannya.
Makanya jangan heran banyak anak remaja yang datang ke ruang konseling saya yang menyebut dirinya sebagai AGNOSTIK bahkan ATEIS karena sejak kecil selain tidak ada keteladanan dari orang tua, setiap kali anak-anak diancam dengan kalimat, "Tuhan nanti marah loh kalau kamu gak makan, nanti Tuhan hukum, makanan dari Tuhan", begitupun pada saat anak dianggap malas, bandel, nakal dan tidak taat dengan aturan orang tua, nama Tuhan dibawa-bawa, seakan-akan Tuhan itu sungguh galak, keras, kerjanya menghukum dan marah-marah, mana Tuhan yang penuh kasih? Contoh tidak ada, orang tua mau cara instant, LFH dianggap beban dan mulai mencaci maki guru sekolah dan mengancam tidak mau bayar uang sekolah dan memotong uang SPP secara kompak bersama persatuan para orang tua. Tahukah bahwa guru hanya orang tua kedua yang terus berbeda karena ganti setiap tahun ajaran baru? Dan Anda adalah pendidik pertama yang pertama dan terutama yang tidak berubah sepanjang hayat anakmu? Sadar dong... berubah dong, ntar menyesal loh.. setelah usia golden momen anakmu berakhir!
ADVERTISEMENT
Karena biasanya, saat-saat golden moment, orang tua tidak hadir, orang lain dan teknologi yang mengisi otak, pikiran, karakter, bahkan hidup keseharian mereka, pada saat orang tua sadar, anak itu sdh remaja atau dewasa.
Saatnya bertobat, sapa anakmu di pagi hari, tatap wajahnya, taruh hpmu, peluk dia di siang hari pada saat makan siang, elus kepalanya, tanyakan perasaannya, main halma, catur, ular tangga, monopoli, ajak main sepeda, olahraga virtual, jalan kaki keliling kompleks, sentuh hatinya di waktu makan malam, dan bacakan buku sebelum tidur, semua kenikmatan dan kebahagiaan sesaat ini akan dibawa sampai akhir hayat dan namamu akan disebut sampai ke anak cucumu sebagai Papa dan Mama yang keren di masa pandemi covid-19.
ADVERTISEMENT
Happy Parenting!
The hardest job you will ever love ❤️
Novita Tandry
Psikolog Anak & Remaja
NTO Nurture Teach Observe
Childcare and Early Education