Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ibnu Rusyd, Filsuf Muslim Populer pada Abad ke-9 hingga Abad ke-12
18 November 2024 12:23 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Novita Dwi Anggraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Filsafat adalah metodologi yang mengkaji pertanyaan-pertanyaan umum dan asasi, misalnya pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi, penalaran, nilai-nilai luhur, akal budi, dan bahasa. Dalam Islam terdapat banyak tokoh filsafat yang terkenal, diantaranya: Al-Farabi, Imam Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Al-Kindi, Al-Biruni dan masih banyak lagi. Pada kali ini, kita akan membahas seorang filsuf yang populer di dunia Barat namun jarang diketahui oleh umat Islam sendiri. Ia adalah Ibnu Rusyd atau orang Barat mengenalnya sebagai Averroes.
ADVERTISEMENT
Biografi Ibnu Rusyd
Abu Al Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd atau biasa dikenal dengan Ibnu Rusyd. Orang Barat mengenalnya sebagai Averroes. Lahir di Cordoba, Andalus, yang sekarang dikenal sebagai Spanyol pada tahun 520 H/1126 M dan meninggal di Maroko pada 11 Desember 1198 M.
Sejak kecil, Ibnu Rusyd mempelajari al Quran, ilmu-ilmu keislaman seperti hadits, tafsir, sastra Arab dan fiqih, kemudian ia juga mempelajari matematika, astronomi, logika, filsafat, kedokteran dan fisika. Keahlian Ibnu Rusyd meliputi banyak ilmu seperti hukum, kedokteran dan yang paling populer ia adalah seorang filsuf pada periode filsafat Islam dari tahun 700 hingga 1200 M.
Beliau hidup di lingkungan keluarga yang memiliki intelektual tinggi dan sangat mencintai ilmu. Kelurganya terkenal alim serta mahir dalam ilmu fiqih, ayah dan kakeknya pernah menjadi hakim (qadhi’) di pengadilan Andalusia dan Ibnu Rusyd sendiri menjadi hakim (qadhi) di Seville pada tahun 567 H/1171 M selanjutnya pada tahun 575 H/1179 M ditunjuk kedua kalinya sebagai hakim di Seville. Prestasi dan kepandaianya yang luar biasa dibidang hukum, Ibnu Rusyd dipromisikan untuk menjadi ketua Qadhi al Qudhat atau Mahkamah Agung di Cordova tahun 1182 M. Ibnu Rusyd bersama-sama dengan ayahnya Abu Al Qasim mengkaji, merevisi dan menghafal suatu buku karya Imam Malik yaitu Al Muwaththa’. Di Barat Ibnu Rusyd yang dikenal Averroes adalah seorang ahli hukum, dokter dan filsuf paling populer pada perkembangan filsafat Islam abad ke-9 hingga abad ke-12.
ADVERTISEMENT
Semasa periode Al Muwahhid, Sultan Abu Ya’kub Abu Muhammad Abd al Mumin adalah pemimpin mempunyai wawasan luas, sangat menggemari ilmu pengetahuan serta sangat perhatian terhadap ilmu. Hal itu terbukti dengan diutusnya beberapa orang ke penjuru wilayah dengan maksud mengumpulkan buku ilmiah guna selanjutnya dikumpulkan di Andalusia, dengan harapan Andalusia maju sama halnya dengan Baghdad. Guna merealisaikan keinginanya tersebut, Sultan Abu Ya’kub berani menghabiskan uang 1000 dinar untuk membayar satu manuskrip serta mengumpulkan ilmuan-ilmuan berpengalaman di bidang filsafat salah satunya adalah Ibnu Rusyd.
Averoes atau Ibnu Rusyd untuk pertama kalinya bertemu Sultan Abu Ya’qub Yusuf melalui perantara guru Ibnu Rusyd yang menjadi dokter pribadi sang sultan, yakni Ibn Tufail di tahun 565H /1169 M. Untuk pertama kalinya juga Ibnu Rusyd diberikan tugas untuk mengoreksi, mengkaji, menyelidiki karya Aristoteles sehingga dapat dipahami lebih dengan mudah dan pembaca tidak perlu membaca naskah asli dari Aristoteles. Ibnu Rusyd tidak hanya memberi komentar, tetapi beliau juga memberi pandangannya sendiri yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh filsuf lain. Kritik, ulasan serta komentarnya menjadikan Ibnu Rusyd terkenal di Eropa dan berpengaruh terhadap para ilmuwan Eropa. Keberhasilannya membuat Ibn Rusyd mendapat gelar "The Famous Commentator of Aristoteles". Gelar tersebut diberikan pertama kali untuknya oleh seorang pengarang buku Divine Comedy/ Divine Commedia (Komedi Ketuhanan) yakni Dante Alagieri (1265-3121 M).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1195 M para fuqoha menyebarkan berita bahwasanya Ibnu Rusyd dianggap kafir karena menyebarkan ajaran filsafat Aristoteles sehingga mereka beranggapan pemikirannya telah menodai ajaran-ajaran Islam dan menyakiti perasaan sultan, kemudian Sultanpun percaya. Hingga akhirnya Ibnu Rusyd dicabut segala jabatannya dan dihukumi dengan diasingkan di Maroko, setahun setelahnya tepat tanggal 10 Desember 1198 memasuki usia 72 tahun di kota Marakhis, Ibu kota Maroko Ibnu Rusyd meninggal dunia. Bahkan ada suatu kejadian dimana karya-karya tulisan Ibnu Rusyd dibakar kecuali yang bersifat ilmu pengetahuan murni (sains) seperti matematika, astronomi dan kedokteran.
Selain mengkaji filsafat Aristoteles beliau juga mengomentari karya dari filsuf lainnya seperti Ibn Bajjah, Ibnu Sina, Al Ghazali serta Al Farabi. Bahkan suatu hal yang sangat mengagumkan dari Ibnu Rusyd adalah bahwa hampir seluruh hidupnya Ia pergunakan untuk membaca dan mempelajari ilmu. Sejak ia beranjak dewasa, ia tidak pernah seharipun meninggalkan membaca dan belajar kecuali 2 hari yaitu pada saat pernikahan dirinya dan pada saat ayahnya wafat.
ADVERTISEMENT
Ilmu Pengetahuan Menurut Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd mendefinisikan ilmu sebagai pengenalan tentang suatu objek dengan adanya sebab dan prinsip-prinsip yang melingkupinya. Objek-objek pengetahuan terdiri atas dua macam, yaitu: objek-objek inderawi dan objek-objek rasional. Dua macam bentuk objek ini masing-masing melahirkan ilmu yang berbeda. Objek-objek inderawi melahirkan ilmu fisika (sains) sedangkan objek-objek rasional melahirkan atau memunculkan filsafat. Sehingga dapat dibuktikan bentuk-bentuk pengetahuan manusia sains dan filsafat tidak dapat terlepas dari dua macam bentuk objek tersebut.
Secara tegas Ibnu Rusyd menyatakan bahwa dua bentuk objek itulah yang menjadi sumber pengetahuan manusia. Pernyataan ini dikemukakan sekaligus untuk membedakan antara ilmu Tuhan dan pengetahuan manusia. Pengetahuan Tuhan sangat berbeda dengan pengetahuan manusia meskipun sama-sama berkaitan dengan suatu objek. Perbedaan tersebut terletak pada kenyataan bahwa pengetahuan manusia didasarkan pada pengamatan dan penelitiannya pada wujud suatu objek material maupun rasional, sehingga dianggap temporal, sedangkan pengetahuan Tuhan justru menjadi penyebab dari munculnya wujud-wujud objek sehingga bersifat qadim.
ADVERTISEMENT
Sumber pengetahuan dalam perspektif Ibnu Rusyd terdiri atas dua macam, yaitu: realitas-realitas wujud dan wahyu. Dua bentuk sumber pengetahuan ini melahirkan disiplin ilmu yang berbeda. Realitas wujud melahirkan ilmu dan filsafat sedangkan wahyu melahirkan atau memunculkan ilmu-ilmu keagamaan.
Karya-karya Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd merupakan seorang filsuf muslim yang populer pada abad pertengahan. Di era Ibnu Rusyd, filsafat mencapai puncak kejayaan berkat prestasi luar biasanya, yang mencakup semua disiplin ilmu seperti kedokteran, filsafat, matematika, fisika, nahwu, fiqih, ilmu kalam dan lain-lainnya. Tidak banyak karya dari Ibnu Rusyd yang dapat ditemui terutama yang masih dalam bahasa arab, akan tetapi dapat ditemukan beberapa karyanya sudah dirubah ke dalam bahasa Ibrani latin. Ibnu Rusyd dikenal tidak hanya sebagai seorang filsuf, tetapi juga sebagai kritikus terhadap karya filsuf lain. Karya Ibnu Rusyd terbagi dalam 3 jenis pembahasan yakni kritik, komentar, serta pandangan Ibnu Rusyd.
ADVERTISEMENT
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang jumlah karya Ibnu Rusyd. Ernest Renan dalam A. Khudori Soleh mengatakan bahwa karya Ibnu Rusyd sekitar 78 buku, meliputi 20 buku kedokteran, 28 buku dalam bidang filsafat, 8 buku hukum, 5 buku teologi, 4 buku astronomi, 2 buku sastra serta 11 buku dalam ilmu lain.
Beberapa karya-karya yang dibuat oleh Ibnu Rusyd yang masih bisa dijumpai adalah
Tulisan-tulisan terkait pandangan Ibnu Rusyd menjadi karya warisan pemikiran filosofis di Eropa. Namun, ide-ide filosofis Ibnu Rusyd sedikit diketahui, bahkan di kalangan umat Islam sendiri. Ada beberapa faktor yang membuat karya-karya Ibnu Rusyd sedikit diketahui: pertama adalah bahwa karya-karya yang dikenal saat ini adalah terjemahan, sementara banyak karya asli Ibn Rusyd telah dibakar oleh kalangan anti-filsafat dan kalangan yang tidak setuju dengannya, faktor yang kedua adalah bahwa negara-negara Timur kurang menerima ide-ide filosofis dan lebih tertarik pada praktik keagamaan, tidak seperti orang Eropa yang dengan mudah menerima ide-ide para filsuf seperti Ibnu Rusyd.
ADVERTISEMENT