Broken Home Menjadikan Proses Pendewasaan

Novita Rahayu
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
12 Juli 2021 13:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novita Rahayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Broken home pada anak. Sumber foto : Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Broken home pada anak. Sumber foto : Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tidak semua orang lahir dari keluarga yang harmonis. Mereka tidak bisa memilih, dengan siapa mereka akan dilahirkan. Tak ada satu pun seseorang yang ingin terlahir dari keluarga broken home. Broken home merupakan retaknya keharmonisan dalam sebuah keluarga. Perpisahan orang tua membuat mereka memilih untuk hidup bersama ayah atau ibu, namun kebanyakan dari mereka lebih memilih tinggal bersama ibu.
ADVERTISEMENT
Dampak broken home bisa mempengaruhi mental anak, mereka marah dengan keadaan kemudian memasuki ruang lingkup yang tidak baik dan terpengaruhi pergaulan yang tidak sehat. Namun, ada juga di antara mereka yang memendam semua perasaan dan tetap melanjutkan kehidupan tanpa terpengaruhi pengaruh negatif. Semua itu tergantung diri masing – masing dan lingkungan sekitar.
Seperti sosok wanita berdarah bandung ini. Ia termasuk anak yang mengalami broken home akibat perpisahan kedua orang tuanya. Ia sangat merasa kehilangan sosok ayah yang selalu ada untuknya dan ayah yang selalu menuruti kemauan anak perempuannya. Ia selalu bertanya mengapa disaat itu harus kehilangan ayah, mengapa ayah pergi dan tidak pernah kembali?
Setelah mengetahui, penyebab ayahnya meninggalkan keluarganya karena menikah dengan wanita lain. Ia merasa hancur, kesehatan mentalnya sangat tidak baik ia merasa depresi. Hingga pada suatu ketika, ia ingin menyudahi hidup karena tidak sanggup menerima semua keadaan. Belum lagi, dengan cemoohan negatif tentang keluarganya yang menjadi buah bibir orang lain.
ADVERTISEMENT
Setiap malam dengan tatapan kosong ia selalu membasahi pipinya dengan air mata, bahkan saat ia terlelap di tengah larutnya malam, air mata tetap menetes keluar dari mata wanita tersebut. Ia hanya memendam semuanya sendiri, ia tidak berani untuk bercerita ke siapa pun. Ia takut ketika bercerita kepada orang lain, hanya menimbulkan pikiran negatif tentang dirinya.
Perlahan Bangkit dari Keterpurukan
Meskipun berat menjalani kehidupannya, perlahan sosok wanita berdarah bandung ini bangkit dan menyembuhkan luka pada dirinya. Walaupun semua peristiwa masih teringat sangat jelas dalam memorinya, seiring berjalannya waktu ia menerima semua takdir yang diberikan Tuhan dan menjadi sosok wanita tangguh.
Beruntungnya ia selalu dikelilingi dengan orang-orang baik yang tidak membawa pengaruh buruk baginya. Sehingga ia tetap bisa melewati semua rintangan yang ada. Ia tetap melanjutkan sekolah hingga lulus. Keadaannya sudah jauh lebih membaik, ia bekerja dan bisa membahagiakan ibu dan kakaknya.
ADVERTISEMENT
Banyak yang berpikir, anak broken home tidak bisa sukses karena terhambat dengan masalah yang berada dikeluarganya. Padahal pernyataan tersebut tidak benar, banyak di antara mereka berhasil menjadi orang sukses. Mental anak broken home terbentuk dengan sendirinya, justru mereka menjadi sosok yang mandiri dan lebih menghargai sebuah hubungan. Karena mereka tidak ingin, orang lain merasakan apa yang ia rasakan. (Novita Rahayu/PNJ)