Mengulik Kisah Ironis Minyak Atsiri di Indonesia

Noviyanti Nurmala
PNS Kemlu yang hobi masak dan berwisata
Konten dari Pengguna
8 April 2018 23:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Noviyanti Nurmala tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengulik Kisah Ironis Minyak Atsiri di Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sumber foto : http://chee-sys.blogspot.co.id
Indonesia merupakan negara pemasok minyak atsiri kedua terbesar di dunia tapi harga pasar diatur oleh negara lain. Tak hanya itu, minyak atsiri adalah bahan baku pembuatan parfum tapi Indonesia merupakan negara pengimpor parfum. Lalu apa yang sebenarnya menjadi latar belakang kisah ironis ini?
ADVERTISEMENT
Minyak atsiri didefinisikan sebagai minyak terbang (volatile) dalam tumbuhan yang dapat ditemukan di akar, kulit batang, daun, bunga dan biji. Minyak atsiri dihasilkan oleh 160-200 aneka ragam tanaman aromatik yang sebagian ada di Indonesia. Menurut Dewan Atsiri Indonesia, minyak atsiri yang disebut juga minyak eteris, minyak terbang atau "essential oil", dipergunakan sebagai bahan baku untuk industri parfum, bahan pewangi (fragrances), aroma (flavor), farmasi, kosmetika dan aromaterapi.
Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat pewangi, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga dan yang berasal dari jenis hewan tertentu. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam parfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi dan minyak cendana.
ADVERTISEMENT
Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah misalnya minyak lada, minyak kayu manis, minyak pala, minyak cengkeh, minyak ketumbar dan minyak jahe, umumnya digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan pangan dan minuman.
Indonesia Penghasil Terbesar Kedua
Minyak atsiri adalah salah satu komoditas ekspor tradisional Indonesia yang sudah diusahakan sejak sebelum Perang Dunia II. Indonesia merupakan negara penghasil minyak atsiri nomor dua terbesar dengan sekitar 40 jenis minyak atsiri yang sudah dikenal. Diperkirakan terdapat 12 jenis minyak atsiri Indonesia yang diekspor ke pasar internasional dari 80 minyak atsiri di dunia.
Jenis-jenis minyak atsiri yang diekspor antara lain minyak kayu manis, minyak akar wangi, minyak cendana, minyak kemukus, minyak nilam, minyak kenanga, minyak pala, minyak cengkeh, minyak kayu putih. Sekitar 20 diantaranya merupakan minyak potensial yang telah berkembang di pasar serta bernilai ekonomi tinggi. Sementara untuk ekspor minyak daun cengkeh dan turunannya, Indonesia telah menyuplai lebih dari 70% dari kebutuhan dunia. Indonesia juga memasok lebih dari 90% kebutuhan minyak pala dunia.
ADVERTISEMENT
Total kapasitas produksi minyak atsiri Indonesia bisa mencapai 5.000 hingga 6.000 ton per tahun dengan jumlah pelaku usaha mencapai 3.000 usaha. Oleh karena itu tidak mengherankan jika bagi sejumlah daerah di Indonesia seperti Ponorogo, Aceh dan Kulonprogo, bisnis minyak atsiri membawa dampak yang sangat positif terhadap perekonomian setempat. Saat angka ekspor di Yogyakarta cenderung menurun pada awal Januari 2017, komoditas minyak atsiri, kosmetik wangi-wangian justru meningkat sebesar 177,12%. Tak hanya itu, mengingat Indonesia masih memiliki banyak lahan, maka ada banyak sumber-sumber minyak atsiri baru yang dapat terus digali. Maka dari itu, dapat dipahami jika potensi ekonomi minyak atsiri tidak main-main bagi Indonesia.
Tidak Berdaya Menentukan Harga
Nilai ekspor minyak atsiri merupakan salah satu sumber devisa utama bagi Indonesia. Dalam daftar 10 komoditas potensial dari Kementerian Perdagangan, nilai ekspor minyak atsiri dan kosmetik wewangian berada di sekitar USD 580 juta hingga USD 637 juta selama periode 2011 hingga 2015. Negara tujuan ekspor utama Indonesia antara lain Amerika Serikat, Eropa, Australia, Afrika dan ASEAN. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Leffingwell & Associates, Asia Tenggara menyumbang 10 persen pada pangsa pasar perasa dan wewangian global yang bernilai USD 24,1 miliar pada 2015.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, sangat disayangkan Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk menentukan harga. Industri domestik masih sebatas mengekspor minyak atsiri yang belum diolah sebagai produk jadi. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain masih rendahnya pemahaman petani dan koperasi dalam menerapkan agricultural process dan manufacturing process yang bagus. Karena itulah tidak mengherankan jika layaknya petani lahan garapan, Indonesia tidak lagi berperan sebagai pemilik. Harga minyak atsiri dunia ditentukan oleh broker di negara tetangga.
Mengulik Kisah Ironis Minyak Atsiri di Indonesia (1)
zoom-in-whitePerbesar
Aneka macam minyak atsiri (sumber foto: www.pixabay.com)
Pemasok Utama yang Mengimpor Parfum
Parfum berasal dari bahasa latin "per fume" yang artinya "melalui asap". Parfum merupakan salah satu kebutuhan perawatan tubuh terutama di zaman modern. Meski demikian, tak banyak orang yang mengetahui hubungan antara minyak atsiri dengan parfum. Minyak atsiri atau essential oil atau juga sering disebut aromatic oil memang tak sepopuler produk jadinya meskipun merupakan zat pengikat yang penting sebagai bahan pembuatan parfum.
ADVERTISEMENT
Minyak nilam (Patchouli oil) merupakan salah satu bintang ekspor ekspor minyak atsiri Indonesia. Sekitar 85-90 persen pangsa pasar minyak nilam global (2.000 ton per tahun) dipasok dari Indonesia atau sekitar 35-40% dari total nilai ekspor minyak atsiri. Sayangnya sebagian minyak nilam yang diekspor masih dalam bentuk minyak yang belum diolah jadi produk hilir. Bahkan tidak ada satupun produsen kosmetik wewangian Indonesia yang masuk dalam 10 besar daftar perusahaan dunia yang bergerak di bidang perasa dan wewangian.
Di samping itu, industri hilir di dalam negeri belum mampu memaksimalkan potensi yang besar ini. Sebagai gambaran, nilai impor minyak atsiri dan kosmetik wewangian domestik selalu lebih besar dari nilai ekspor minyak atsiri. Pada periode 2011 hingga 2015, nilai impor bernilai di kisaran USD 750 juta hingga $1,1 miliar. Kemudian pada tahun 2015, Indonesia harus mengimpor USD 962 juta, tapi nilai ekspor komoditas ini hanya USD 637 juta.
ADVERTISEMENT
Melihat potensi besar produk turunan minyak atsiri di tingkat global, rasanya sangat ironis jika Indonesia hanya bisa menjadi penonton. Maka dari itu, untuk dapat meningkatkan nilai tambah dari bisnis minyak atsiri, Indonesia harus terus melakukan inovasi. Pemerintah perlu menerapkan kebijakan antara lain pendampingan terhadap petani, penerapan teknologi terkini yang dapat mendukung produksi minyak atsiri berkualitas tinggi, dan visi bersama untuk mencapai mutu produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Semuanya memungkinkan jika ada kemauan keras dari semua pihak terkait.