Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menyingkap Sejarah dan Rahasia Sukses Korean-Wave
10 Maret 2018 23:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Noviyanti Nurmala tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Sumber soompi.com)
Popularitas Korean Wave (K-Wave) yang terdiri dari Korean Pop (K-Pop), film, serial TV hingga budaya Korea Selatan kini telah menjamah hampir seluruh pelosok dunia. Sebagai gambaran, pada tahun 2003 serial TV Korea berjudul Dae Jang-geum (Jewel in the Palace) dengan setting pada masa dinasti Joseon berhasil menyihir penonton global hingga akhirnya diekspor ke 91 negara termasuk Indonesia. Tak pelak lagi, serial ini sering didapuk sebagai pendorong mewabahnya budaya Korea di berbagai negara.
(Sumber : dayangutama.blogspot.com)
ADVERTISEMENT
Untuk bidang musik, K-Pop juga mampu menggaet penggemar dari berbagai belahan dunia, tidak ketinggalan Amerika Serikat (AS) yang sering dijuluki sebagai kiblatnya kebudayaan pop dunia. K-Pop sendiri tak hanya sebatas music pop, tapi gabungan dari beragam genre music seperti dance-pop, pop, ballads, techno, rock, R&B dan hip-hop.
K-Pop dan Dunia
Musik Korea pertama kali mengguncang dunia ketika penyanyi Psy dengan lagunya berjudul “Gangnam Sytle” pada tahun 2012 berhasil bertengger di British Official Singles Chart, peringkat ke-2 di Billboard’s Hot 100 di AS, dan merajai anak tangga musik di lebih dari 30 negara. Hingga saat ini, video klip lagu tersebut merupakan video yang paling banyak ditonton dengan lebih dari 20 juta penonton di Youtube. Popularitas global seperti Psy juga dinikmati oleh boyband maupun girlband Korea seperti EXO, Big Bang, ShiNee, Super Junior, Girl’s Generations dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Saat ini salah satu boyband Korea dengan nama Bangtan Sonyeodan atau yang populer dengan sebutan BTS (Beyond The Scene) menjadi buah bibir dunia. Dengan dukungan puluhan juta penggemarnya yang menamakan diri sebagai A.R.M.Y (Adorable Representative MC for Youth), grup yang memulai debutnya tahun 2013 ini berhasil menembus tangga lagu AS di tahun 2017 dengan lagu berjudul “DNA”.
Mereka pun menyabet Top Social Artist Award pada Billboard Music Awards di tahun yang sama dengan mengalahkan artis pop terkenal, Justin Bieber, yang menjadi langganan pemenang kategori tersebut selama enam tahun berturut-turut. Tak hanya itu, BTS menjadi satu-satunya boyband K-Pop yang diundang tampil di perhelatan musik terkemuka, American Music Awards tahun 2017. Jadi, bisa dibayangkan seberapa besar popularitas grup BTS di dunia.
BTS menyabet penghargaan Top Social Artist Award Billboard Music Awards (Sumber : @bts_bighit)
ADVERTISEMENT
Bahasa Asing Bukan Penghalang
Semua kesuksesan K-Wave tersebut sekaligus mencerminkan keunikannya. Meskipun semua K-Pop, film dan serial TV tersebut memakai bahasa Korea, namun nyatanya tidak menghalangi para penggemar yang berasal dari berbagai negara untuk menggandrunginya. Bahasa asing tidak lagi menjadi penghalang utama untuk menarik perhatian publik dunia.
Hal ini dapat dibuktikan dengan popularitas K-Wave di internet. Data google trends menunjukkan lima negara dengan penyebaran K-Wave paling intensif yakni Taiwan, Vietnam, Jepang, China, Hongkong dan Indonesia. Sementara itu, pengaruh K-Wave juga terlihat semakin meningkat di AS, Turki, Uni Emirat Arab, Kazakhstan dan India. Bahkan pengaruh K-Wave juga mulai dikenal di negara-negara seperti Perancis, Inggris, Rusia, Uzbekistan dan Brasil.
Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
ADVERTISEMENT
Lalu apa yang menjadi rahasia kesuksesan K-Wave ini? “Secara umum kolaborasi dukungan pemerintah Korea Selatan dan inovasi serta inisiatif sektor swasta merupakan faktor utama,” jelas Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Y.M. Chang-beong Kim. Hal ini diutarakan Dubes Kim saat berdiskusi dengan 36 diplomat muda peserta Sekolah Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan ke-60 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri Indonesia beberapa waktu lalu.
Dubes Korea Selatan bersama CEO SM Entertainment Indonesia saat presentasi tentang K-Wave di Sesdilu ke-60 (Sumber : UPT Sesdilu Kemlu)
Pada kesempatan langka tersebut, Dubes Kim tidak hanya menjelaskan mengenai K-Wave dari sudut pandang pemerintah Korea Selatan. Untuk memberikan perspektif dari sektor swasta, CEO SM Entertainment Indonesia, Kyung Jin Han, turut dihadirkan. SM Entertainment merupakan salah satu perusahaan manajemen artis terbesar di Korea Selatan. Kredibilitas perusahaan yang berdiri sejak tahun 1957 ini sudah tidak diragukan karena reputasinya sebagai pencetak artis dan pemusik papan atas Korea.
ADVERTISEMENT
Ingin tahu lebih lanjut mengenai sejarah singkat dan rahasia kunci sukses K-Wave? Simak penjelasan Dubes Kim dan CEO SM Entertainment Indonesia yang terangkum dibawah ini.
Sejarah Singkat K-Wave
K-Wave dikenal juga dengan istilah Hallyu yang diadopsi oleh media China yang berarti aliran budaya Korea. K-Wave sendiri terdiri atas tiga gelombang. Gelombang pertama berkisar pada awal tahun 1990-an hingga awal 2000-an saat drama dan film Korea Selatan sangat populer di Jepang dan China. Kemudian gelombang kedua menyusul pada pertengahan tahun 2000-an ketika drama, film, dan musik Korea populer di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Akhirnya K-Wave mulai mencapai belahan dunia lainnya seperti Eropa, Australia, Amerika dan Afrika pada gelombang ketiga di tahun 2010-an. Tidak terbatas hanya pada drama dan musik, pada masa itu semua yang berbau Korea seperti fashion, makanan hingga permainan komputer menjadi mesin utama popularitas K-Wave.
ADVERTISEMENT
“Di sisi lain, dari segi periode K-Wave juga terbagi dua. Sebelum tahun 2000, K-Wave hanya terkenal di kawasan Asia dengan penonton mayoritas wanita paruh baya dan menggunakan medium komunikasi analog. Lalu sejak tahun 2000 hingga sekarang, K-Wave mulai berkiprah di kancah internasional dengan penggemar dari berbagai usia dan memanfaatkan medium komunikasi digital,” imbuh Dubes Kim.
Dari sisi demografis, berdasarkan hasil survei Korean Tourism Organization, K-Pop merupakan bagian dari K-Wave yang paling menarik perhatian orang asing. Sementara di peringkat kedua diduduki drama Korea disusul dengan film. Yang menarik, dari survei ini juga terlihat mayoritas penggemar K-Wave (sekitar 67%) adalah kaum muda berusia 20-an dan 30-an. Dengan kata lain, mayoritas penggemar K-Wave merupakan usia produktif.
ADVERTISEMENT
Kunci Sukses K-Wave
Ketika menyebutkan kunci sukses K-Wave, hal utama yang disebutkan oleh Dubes Kim adalah lingkungan pendukung pertumbuhan K-Wave yang terdiri atas lima faktor.
Pertama, pencabutan larangan bagi warga Korea Selatan untuk bepergian ke luar negeri. Kedua, konsistensi dalam mencari mesin pertumbuhan K-Wave yang baru. Ketiga, mempromosikan ekonomi terbuka dan pendekatan aktif terhadap kebudayaan yang beragam. Keempat, pelarangan UU Sensor. Terakhir adalah peningkatan investasi untuk infrastruktur internet berkecepatan tinggi.
”Untuk aspek-aspek yang mendukung tumbuh kembang K-Wave, ada lima faktor juga yakni peraturan pemerintah yang minim; investasi jangka panjang dan berkesinambungan; pemanfaatan sosial media secara proaktif; konten yang kuat dengan sumber global; serta pendekatan yang menyeluruh dan sistematis dengan prinsip "from management to creation", ujar Dubes Kim.
ADVERTISEMENT
Khusus aspek investasi, Kyung Jin Han dari SM Entertainment menggarisbawahi lamanya waktu dan besarnya biaya yang diperlukan dalam K-Pop. “Diperlukan setidaknya 3-5 tahun dan dana sekitar Rp 28 milyar untuk membentuk suatu grup musik, baik boyband maupun girlband hingga berkiprah di kancah internasional,“ tukas Han. Karena itu tidak mengherankan jika komitmen dan totalitas sektor swasta untuk melibatkan musisi, penulis lagu dan koreografer terkemuka di dunia berbuah manis dengan semakin tenarnya K-Pop di seluruh dunia.
Hal ini pun sejalan dengan popularitas produk Korea yang semakin meningkat, peningkatan riset dan pengembangan dalam desain, produksi yang dipadukan dengan pemasaran produk berbasis K-Wave serta prinsip "going global". Semua faktor tersebut berkontribusi sebagai pendorong pengembangan K-Wave di dunia.
ADVERTISEMENT
Singkat kata, dapat disimpulkan nuansa sinergi antara pemerintah dan swasta dalam popularitas K-Wave sangat kental. Ibarat sepasang sepatu, pemerintah maupun swasta Korea saling beriringan dalam memajukan K-Wave untuk kemajuan ekonomi maupun diplomasi publik Korea Selatan.
Setelah mengetahui rahasia kesuksesan K-Wave tersebut, rasanya tidak mustahil untuk mengharapkan Indonesia dapat mengikuti jejak Korea Selatan. Sebagai negara yang kaya akan budaya dengan industri kreatif yang juga semakin menggeliat, Indonesia tentunya memiliki potensi besar untuk menciptakan Indonesian Wave layaknya K-Wave di masa mendatang. Semoga saja!