Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjadi Agen ‘Rahasia’ Restoran Halal di Seoul
16 Maret 2018 16:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Noviyanti Nurmala tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Pernah penasaran apa rasanya menjadi agen rahasia di negeri asing? Kelihaian tokoh James Bond yang terkenal sebagai agen 007 di film Hollywood pastinya menyulut imajinasi siapapun akan serunya menjadi agen rahasia. Itulah satu satu sebab saya memberanikan diri melamar menjadi agen ‘rahasia’ ketika sedang bersekolah di Seoul, Korea Selatan. Meski tugas agen ini tidak terkait rahasia negara seperti halnya James Bond, tapi tetap menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi saya.
ADVERTISEMENT
Awal Rekrutmen
Ceritanya bermula pada pertengahan tahun 2017 ketika Pemerintah Korea Selatan melalui Korea Tourism Organization (KTO) merekrut mahasiswa asing untuk menjadi agen ‘rahasia’ di bidang kuliner halal. Disebut rahasia karena tugas para agen ini adalah untuk mendatangi, mencoba menu, dan memonitor secara diam-diam beberapa restoran yang mendapatkan sertifikasi halal maupun ramah halal (halal friendly) pada tahun 2016. Pemilik restoran tidak boleh tahu kalau mereka sedang dipantau.
Seperti yang umum diketahui, Korea Selatan merupakan negara non-muslim. Secara budaya, kuliner negeri gingseng ini mayoritas menggunakan bahan-bahan non halal seperti babi, arak bahkan darah hewan. Alhasil, wisman muslim biasanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan makanan halal. Keberadaan restoran dengan sertifikasi halal dan halal friendly tentunya akan meningkatkan pamor Korea Selatan di mata wisman muslim tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa, kesempatan untuk menjadi agen ‘rahasia’ kuliner sekaligus menikmati beragam makanan halal secara gratis sudah tentu sayang untuk dilewatkan. Imbalan menjadi agen pun cukup menggiurkan. Setiap restoran yang dimonitor, KTO memberikan fee sebesar 30.000 won (sekitar Rp360.000). Karena masing-masing agen bertanggungjawab atas tiga restoran yang sudah dipilihkan oleh KTO, maka total imbalan yang diterima tak kurang dari 90.000 won (sekitar Rp1.080.000).
Cara untuk mendapatkan pekerjaan ini pun cukup mudah, hanya meng-klik link yang disediakan melalui e-mail. Tidak ada wawancara maupun tatap muka secara langsung. Semua komunikasi antara para calon agen dengan KTO hanya melalui e-mail dan sms.
Arahan Sebagai Agen
Selang beberapa waktu saya pun resmi diterima menjadi agen setelah mendapatkan e-mail konfirmasi dari salah satu peneliti KTO di bulan Juli 2017. Pada e-mail tersebut saya diberikan empat dokumen pendukung untuk menjalankan misi layaknya agen rahasia.
ADVERTISEMENT
Dokumen pertama berupa panduan dasar tugas para agen. Kedua adalah panduan dalam mengunggah hasil pengamatan ke media sosial. Dokumen ketiga merupakan file yang berisi nama-nama restoran, menu yang harus dipesan, klasifikasi halal serta alamat restoran terkait.
Dokumen terakhir adalah standar klasifikasi halal restoran yang terdiri atas empat kategori yakni 1). Halal Certified yang berarti restoran tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari Korea Muslim Federation 2). Self certified dimana pemilik restoran yang mensertifikasi kehalalan dari produk makanan dan minuman yang dijual 3). Muslim friendly yang menyediakan makanan halal namun tetap menjual minuman keras 5). Pork-free dimana produk daging yang dijual bukan daging babi.
Stiker "Muslim Friendly Restaurant" yang terpampang di pintu masuk Restoran Aangan (Sumber: Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Dalam mekanisme pemantauan, setiap agen ditugaskan untuk memesan tiga menu yang sudah ditentukan oleh KTO pada setiap restoran. Biaya dari pemesanan menu tersebut akan dibayarkan oleh KTO setelah seluruh proses pemantauan selesai. Jika total harga di kwitansi melebihi 40.000 won per restoran, maka sisanya akan ditanggung oleh agen terkait.
Kebetulan dari daftar tiga restoran yang harus dimonitor, semuanya dikategorikan sebagai 'muslim friendly'. Hanya satu restoran yang menghidangkan kuliner Korea sementara sisanya merupakan restoran India. Saya pun semakin bersemangat merancang jadwal pemantauan.
Tugas yang Menyenangkan
Untuk bulan Agustus, pilihan perdana saya jatuhkan pada restoran Aangan yang menyediakan makanan khas India dan Nepal dan berlokasi tidak jauh dari kampus. Di bulan berikutnya saya memonitor restoran India lainnya yakni Restoran Om. Kemudian di bulan Oktober giliran restoran Chunja Daegu-tang yang menyajikan hidangan seafood khas Korea.
Salah satu makanan khas Korea berupa sup seafood di Restoran Chunja Daegu-tang yang merupakan Muslim Friendly Restaurant (Sumber: Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Ibarat agen profesional, saya mengikuti semua panduan KTO saat melaksanakan pemantauan rahasia. Bahkan untuk lebih meyakinkan ‘penyamaran’ sebagai turis biasa, saya pun mengajak dua orang teman pada tiap pemantauan. Di sinilah saya merasa beruntung. Tak hanya mendapatkan pengalaman berharga dan uang tambahan sebagai agen, saya pun dapat mentraktir teman. Hal ini dirasa istimewa karena harga makanan halal di Seoul lazimnya kurang bersahabat untuk ukuran kantong mahasiswa.
Setiap selesai berkunjung ke restoran terkait, saya mengunggah foto-foto serta hasil pengamatan ke akun sosial media pribadi seperti Facebook dan Instagram. Tidak lupa, saya juga mencantumkan kalimat penutup “Restoran di atas telah dinominasikan sebagai Muslim Friendly Restaurant oleh Korea Tourism Organization dan unggahan ini ditulis oleh pendukungnya.” Kemudian saya kirimkan laporan singkat terkait ketiga restoran kepada KTO via e-mail sebagai laporan pamungkas.
ADVERTISEMENT
Bagian dari Wisata Ramah Muslim
Usut punya usut, kegiatan ini ternyata kelanjutan dari program pariwisata Korea Selatan yang ditujukan pada wisatawan asing muslim. Di tahun 2015 pemerintah Korea Selatan meluncurkan aplikasi digital bertajuk “Halal Korea” yang memuat informasi arah kiblat, al-qur'an, lokasi masjid, lokasi restoran halal, sampai scanner untuk barcode produk halal. Untuk daftar restoran halal di Korea Selatan, wisatawan asing muslim dapat merujuk pada buku Muslim Friendly Restaurants in Korea di situs KTO yang menampilkan profil 135 restoran yang bersertifikasi dan halal friendly.
Semua upaya ini mencerminkan kesadaran Pemerintah Korea Selatan akan pentingnya wisman muslim untuk kemajuan pariwisatanya. Seiring dengan semakin meningkatnya popularitas negara K-Pop ini sebagai destinasi wisata dunia, jumlah wisman muslim juga bertambah secara signifikan. Sebagai gambaran, menurut data KTO pada tahun 2016 sebanyak 190.000 wisman muslim asal Indonesia mengunjungi Korea Selatan dan diprediksi akan meningkat menjadi 250.000 pada tahun 2017.
ADVERTISEMENT
Hikmah yang dapat saya ambil dari pengalaman menjadi agen ‘rahasia’ di Seoul ini adalah pentingnya kreatifitas dalam mengolah peluang yang ada. Siapa sangka Korea Selatan yang notabene negara non-muslim akan sangat jeli memanfaatkan mahasiswa asing dalam promosi restoran halal di Korea Selatan?