Ibu bunuh diri seret anak ke akhirat, tanggung jawab kita semua lho

Konten dari Pengguna
23 Februari 2018 9:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novrida Masli-Suwito tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus lagi Ibu di Bali berusaha bunuh diri dengan 3 anaknya. Miris, ya Tuhan sedih sekali.. Ekonomi terlalu mengimpit. Apa benar hanya salah ekonomi??
ADVERTISEMENT
Perempuan lahir, tumbuh besar sudah susah. Berumur sedikit sudah harus menikah. Terlambat sedikit, menjadi "perawan tua". Belum lagi orang tua yang mau segera lepas dari beban mengurus anak; nikahkan saja cepat-cepat. Pendidikan belum tentu ada, mau kerja apa yang sanggup ditanggung badan yang lemah. Menikah, belum tentu bisa KB. Adapun akses ke KB, belum tentu fisik menerima. Berhasilpun badan menerima intervensi KB, belum tentu pemahaman agamanya membuat dia ber-KB. Hamil lah lagi dan lagi. Hamil sembilan bulan, kadang masih harus sambil bekerja. Pulang ke rumah harus menghadapi segudang urusan dan pekerjaan, yang membebani. Tahukah semua orang bahwa hamil itu sangat berat, melahirkan apalagi. Dan saat tubuh pasca melahirkan yang sebetulnya harus beristirahat total, tapi malah harus bekerja keras menghidupi si bayi baru lahir dengan mengerahkan nutrisi terbaik -sumber energi tubuh- lewat ASI. Masih banyak anggapan bahwa itukan tugasnya perempuan. Sudah kodratnya begitu. Sudah itu, harus menanggung semua pekerjaan rumah, dengan badan yang "sudah turun mesin", BERKALI-KALI. Masalahnya masih banyak anggapan sumur-kasur-dapur hanyalah tugas perempuan.
ADVERTISEMENT
Tahukah semua orang, kutukan lain seorang ibu, adalah TIDAK BISA MELIHAT ANAKNYA MENDERITA, kurang makan, atau makan makanan tak bergizi. Anaknya yang tak makan, ibunya yang makan hati, air mata tumpah ke dalam, istilah orang tua jaman dulu. Ketika anaknya sakit, tak mampu untuk membawa ke dokter, Ibunya yang merasa jauh lebih sakit.
Melihat anak tumbuh menjadi sampah, seorang ibu sangat tersiksa, saking tersiksanya kadang hingga terpikir, biarlah tak usah kau melanjutkan hidup anak-anakku, tak usah kau menjalani kehidupan yang berat, tak usah kau merasakan kekejaman dunia. Lebih baik skarang kau mati.
Seorang ibu yang tak sanggup lagi menanggung beban kehidupan akan berpikir, aku mau mati tapi tak mampu meninggalkan kalian di dunia ini tanpa satu-satunya orang yang akan membela kalian hingga titik darah penghabisan. Lebih baik kalian ikut aku ke akhirat.
ADVERTISEMENT
Seorang ibu yang merasa terbebani oleh anak-anaknya, tidak menyayangi anak-anaknya, tidak mau membunuh mereka karena takut konsekuensinya, dipenjara, hukuman mati. Tak mungkin kabur dari tanggung jawab. Lepaspun dari jerat hukum, apa mungkin lepas dari rasa bersalah. Tak ada mahluk hidup yang mampu, kecuali hewan barangkali. Ada yang memang secara naluriah bisa memakan anaknya sendiri. Tapi manusia, saya tak percaya. Kalaupun ada, pastilah ia korban dari orang tua yang tak menyayanginya dulu.
Ekonomi bukan satu-satunya sebab, kasus semacam ini terjadi. Karena kehidupan kadang sama kejamnya ada atau tidak ada uang. Persoalan hidup setiap manusia berbeda-beda. Ada yang uangnya banyak, anaknya kena kanker yang dengan uang milliaranpun tak sembuh juga. Apa sang Ibu tidak sempat terpikir ke arah negatif hingga urusan bunuh diri? Bisa saja.
ADVERTISEMENT
Ayo lah mari kita lebih baik kepada para Ibu, dukunglah keluarga semaksimal mungkin. Para laki-laki, berhentilah mengandalkan kodrat perempuan untuk tidak menyingsingkan lengan baju untuk membantu. Ayo kita cek di lingkungan kita siapa yang membutuhkan. Yuk bantu sekuat tenaga. Yuk ajak teman-teman yang lebih mampu untuk terus berbagi. Agar kejadian yang miris seperti ini tak terulang lagi.