Konten dari Pengguna

Mitigasi Gempa Megathrust Pulau Jawa

Novy Khayra
ASN di BNN RI, Alumni Ilmu Komunikasi UNDIP (S1), dan UGM (S2), SDGs Certified Leader, , Penulis Buku ajar, puisi, dan non fiksi.
19 Agustus 2024 16:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novy Khayra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wilayah Indonesia terancam gempa megathrust (sumber: dibuat oleh AI)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wilayah Indonesia terancam gempa megathrust (sumber: dibuat oleh AI)
ADVERTISEMENT
Pada beberapa hari yang lalu BMKG mengeluarkan statement bahwa gempa Megathrust Indonesia tinggal menunggu waktu, bisa capai magnitud0 8,9. Penjelasan yang lebih detail bisa melalui video atau berita-berita yang sudah beredar di internet. Artikel ini akan focus mitigasi secara fisik, mental, dan spiritual.
ADVERTISEMENT
Waktu terjadi dan Mitos Ramalan
Sama halnya dengan BMKG, saya, atau cenayang manapun tidak mampu memprediksi waktu tepatnya namun tahu sudah dekat saja. Beberapa dari cenayang atau indigo biasanya membuat ramalan awal tahun yang itupun bisa saja meleset. Dengan kata lain waktunya tidak pernah persis dapat diprediksi. Prediksi megathrust ini juga ada yang menghubungkan dengan ramalan Jaya baya yang pulau Jawa akan terbelah dua serta ada juga yang dihubungan dengan ramalan petinggi Sunda Empire tentang tatanan baru nusantara.
Mitigasi Fisik
Berbeda dengan negara yang sudah lebih dulu berpengalaman dengan gempa dan sudah maju dalam teknologi seperti Jepang, Indonesia masih sangat minim kesadaran dalam membuat bangunan yang konstruksi tahan gempa. Dengan alasan tersebut, tentu saja jika hal ini terjadi jumlah korban akan lebih banyak daripada yang sudah berpengalaman dan antisipatif seperti Jepang. Selain teknologi konstruksi, Indonesia juga masih memiliki kelemahan dalam peringatan dini, sehingga sering kali korban tidak punya waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri. Karena negara kita masih memiliki dua kekurangan ini, antisipasi penyelamatan untuk mengurangi jumlah korban jauh-jauh hari adalah:
ADVERTISEMENT
1. Hindari bekerja atau tinggal di gedung tinggi, atau jika harus, milikilah alat penyelamatan cepat.
Mitigasi paling praktis ketika terjadinya gempa adalah ketika kita berada di bangunan lantai dasar. Karena waktu melarikan diri lebih cepat sebelum tertimpa reruntuhan. Sebaliknya, di Gedung yang tinggi sangat riskan sekali tertumpuk lantai di atasnya atau terjebak ditengah-ditengah reruntuhan. Antisipasinya sudah ada alat canggih bernama escape bag sejenis perosotan yang dipasang ke jendela luar dan turun langsung ke bawah secara bergiliran dan jangan panik. Selain itu, individu masing-masing bisa membeli parasut, baiknya lagi sudah terlatih bagaimana cara menggunakannya sebagaimana atlet skydiving atau tentara Angkatan udara.
Ilustrasi menyelamatkan diri di sekitar gedung tinggi (sumber: dibuat oleh AI)
2. Hindari pergi ke arah episentrum gempa
Saat manusia bersatu menjadi kerumunan atau massa biasanya mereka kehilangan akal sehat dan hanya mengikuti orang banyak pergi kearah mana. Meski demikian, tetap tenang dan jaga akal sehat. Hal yang perlu di catat adalah jangan menuju ke arah pusat episentrum gempa. Jika episentrum gempa ada di laut jangan berlari ke arah pantai karena bisa terjadi potensi tsunami. Begitupun sebaliknya, jika episentrum gempa dekat gunung menujulah ke dataran rendah karena gempa dapat memicu gempa vulkanik gunung.
Ilustrasi menyelamatkan diri ketika terjadi tsunami (sumber:dibuat oleh AI)
3. Semakin ringan bawaan semakin lincah, hal ini berlaku juga dengan kendaraan
ADVERTISEMENT
Memang, disaat normal naik kendaraan dapat mempercepat aktivitas. Namun sebaliknya, disaat panik kendaraan malah memperlambat aktivitas karena terjadi kemacetan, kecuali di daerah yang tidak ramai seperti di desa. Barang yang dibawa adalah cukup yang berharga dan bermanfaat Seprti HP, dompet dengan indetitasnya, surat-surat penting, dan perhiasan berharga. Ada baiknya, baik rumah atau kendaraan yang dimiliki sudah diasuransikan. Kalau anda miskin, malah lebih praktis lagi tinggal bawa hal-hal yang diperlukan saja.hehe
4. Hindari menyebrangi Jembatan besar
Jika sudah terjadi gempa jangan melarikan diri lewat jembatan besar yang perlu waktu lama, misal jembatan Suramadu, Jembatan Ampera, atau jembatan lain sejenisnya yang bisa roboh kapan saja. Jika memang perlu sekali, gunakan kapal atau perahu dan jangan lupa pakai pelampung.
Ilustrasi menyelamatkan diri saat dijembatan (sumber: dibuat oleh AI)
5. Hindari tempat berbahaya dan padat penduduk
ADVERTISEMENT
Kematian saat gempa tidak hanya disebabkan oleh kena runtuhan gedung dan tsunami tapi juga ledakan gas/kilang minyak korsleting listrik, dsb. Jadi selalu cari tempat yang lapang seperti lapangan bola, taman, sawah, atau jalan raya yang tidak beresiko tertimpa pohon atau tiang listrik.
6. Menuju Tempat Ibadah Terdekat
Dari berbagai banyak kasus bencana alam baik gempa maupun tsunami, selalu ada fun fact bahwa rumah ibadah terselamatkan dari reruntuhan dan masih tegak berdiri. Misal masjid-masjid saat Tsunami Aceh dan Tsunami palu. Konon katanya karena dijaga oleh banyak malaikat. Walaupun tidak selalu seratus persen terjadi pada masjid lain juga, ya..
Ilustrasi menyelamatkan diri menuju tempat ibadah (sumber:dibuat oleh AI)
Mitigasi Mental & Spiritual
1. Persiapan Mental
Selain yang sudah disebutkan, kematian saat gempa tidak jarang disebabkan oleh kepanikan dan serangan jantung. Maka persiapan mental itu penting sehingga bisa mengurangi rasa panik dan hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik kita.
ADVERTISEMENT
2. Persiapan spiritual
Persiapan spiritual adalah bagaimana kita berelasi dengan Tuhan atau Ilahi. Semakin baik Individu berhubungan dengan Tuhannya semakin dekat Tuhan pada dirinya dan ditolong. Hal ini sebenarnya banyak kasus, namun yang paling relate adalah kisah nyata dari seorang pria Jepang yang selamat dari ledakan bom atom Jepang karena dia adalah seorang dokter yang akan membantu pasiennya di kota yang tidak terdampak serangan bom atom itu pada tahun 1945 lalu. Keajaiban semacam ini tentu saja bisa jadi terjadi lagi di masa depan.
Ilustrasi menyiapkan diri secara mental dan spiritual (sumber: dibuat oleh AI)
3. Tawakal
Tawakal adah tingkat ikhlas tertinggi pada cobaan dan ujian yang diberikan oleh Tuhan. Menariknya, dalam tawakal ini terjadi pula hukum paradoks, dimana seseorang yang paling tenang adalah yang paling mampu mengatasi persoalan. Sedangkan yang paling panik adalah yang terus mengalami persoalan bertubi-tubi. Orang yang tidak memaksakan diri diberi umur Panjang, sebaliknya yang memaksakan diri ingin Bahagia diberi usia pendek.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, seberapa mampu kita untuk tetap tenang disegala situasi? Sudahkah kita khlas dengan hidup yang dijalani? Sudah relakah jika harus mati? Jika masih ingin hidup apa yang masih mau dipenuhi? Maut adalah kepastian bagi siapa saja. Tapi jika kita sudah siapa akan berbeda sensasinya dengan yang belum siapa.
Ilustrasi menyelamatkan diri beserta keluarga dan barang berharga (Sumber: dibuat oleh AI)
Itu tadi beberapa mitigasi yang bisa saya sarankan terlepas kapan akan terjadi. Tentu saja ini Cuma opini bukan sumber resmi dari institusi terkait. Sehingga sangat fleksibel terhadap saran dan masukan dari siapa saja dalam rangka meminimalkan jumlah korban jiwa. BMKG juga tidak menyatakan akan terjadi dalam waktu dekat, namun bisa menjadikan berita ini sebagai bentuk kewaspadaan dalam menyikapi bencana alam.
Wallahualam bisshowab
ADVERTISEMENT