Konten dari Pengguna

Israel-Gaza terhadap Iklim : Urgensi Kolaborasi Global Perkara Kepunahan SIDS

Nisrina Zahra
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Mulawarman, Samarinda.
7 Mei 2024 10:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nisrina Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika dampak perubahan iklim semakin besar dan mengubah kondisi geografis planet kita, semakin jelas bahwa pendekatan terpadu dan harmonis diperlukan dalam menangani beragam tantangan untuk kelangsungan hidup kita bersama. Tantangan berat yang ditimbulkan oleh naiknya permukaan air laut, peristiwa cuaca ekstrem, dan gangguan ekologi melampaui batas negara dan memerlukan respons global yang terkoordinasi. Dengan berkembangnya teknologi canggih, kita melihat peningkatan aktivitas industri, konsumsi energi, dan produksi limbah. Hal ini telah mengganggu ekosistem dan memperburuk perubahan iklim. Namun, seiring upaya kita mengatasi krisis iklim, konflik antar negara hingga perpecahan perang pun masih tetap berlanjut. Tanpa disadari, dampaknya dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca dan polutan lainnya dalam jumlah besar ke atmosfer. Termasuk di dalamnya adalah konflik dan operasi militer Israel-Gaza yang telah berlangsung.
ADVERTISEMENT
Perpecahan konflik Israel-Gaza telah menimbulkan kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan kerugian materi yang signifikan. Dampak ini tidak hanya terlihat berdampak pada wilayah konflik saja, tetapi juga dapat dirasakan oleh negara-negara kecil yang berkembang, termasuk Small Island Developing States (SIDS). SIDS adalah kelompok yang terdiri dari 38 Negara Anggota yang menghadapi kerentanan sosial, ekonomi dan lingkungan yang unik. Tiga wilayah geografis di mana SIDS berada adalah: Karibia, Pasifik, dan Atlantik, Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan (AIMS). Mengingat kerentanan ekonomi SIDS yang unik seperti basis sumber daya yang sempit, keterpencilan dari pasar, dan terbatasnya kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari skala ekonomi, tidak mengherankan jika perubahan iklim memberikan beban tambahan pada perekonomian masing-masing negara. Artikel ini bertujuan untuk menggarisbawahi urgensi kolaborasi global dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dengan menyoroti hubungan antara konflik bersenjata dan perubahan iklim serta mengeksplorasi bagaimana perpecahan perang berdampak negatif terhadap lingkungan dan kondisi geografi politik negara-negara SIDS.
ADVERTISEMENT

Urgensi Kolaborasi Global

Gas rumah kaca telah menjadi permasalahan global yang memerlukan perhatian dan tindakan dari semua negara. Perjanjian Paris, yang disepakati oleh hampir semua negara di dunia pada tahun 2015, menegaskan pentingnya kerja sama internasional dalam mengatasi perubahan iklim. Tujuan utama Perjanjian Paris adalah untuk memperkuat respons global terhadap ancaman perubahan iklim dengan menjaga kenaikan suhu global abad ini jauh di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan untuk mengejar upaya membatasi kenaikan suhu lebih jauh hingga 1,5 derajat Celcius.
Belum sepenuhnya teranalisis seberapa besar dampak operasi militer dalam perubahan iklim, namun sebuah studi baru-baru ini diterbitkan di Jaringan Penelitian Ilmu Sosial, 'Greenhouse Gas Emissions from the Israel-Gaza Conflict,' mengungkapkan estimasi 60 hari pertama perang Israel-Gaza menghasilkan emisi yang melebihi 20 negara dan wilayah lain dalam setahun, menunjukkan pentingnya memperhitungkan dampak lingkungan dari konflik bersenjata. Kemudian jika kita menghitung pembangunan infrastruktur-infrastruktur keperluan perang Israel-Gaza total emisi bisa melebihi 33 negara dan wilayah. Selain itu, biaya karbon untuk merekonstruksi atau membangun kembali Gaza akan memerlukan angka emisi tahunan total yang lebih tinggi dari lebih dari 130 negara.
ADVERTISEMENT
Jika kita akumulasi dampak dari konflik bersenjata antara Israel-Gaza sendiri, peran negara secara individu dalam pengurangan emisi gas rumah kaca saja kurang untuk mewujudkan cita-cita dari perjanjian Paris. Maka, diperlukannya langkah lebih lanjut seperti:
ADVERTISEMENT

Tantangan Bagi Small Island Developing States (SIDS)

Small Island Developing States (SIDS) termasuk menjadi negara-negara yang merasakan dampak dari perubahan iklim secara signifikan. Naiknya permukaan air laut mengancam keberadaan mereka, memperburuk masalah seperti erosi pantai, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kelangkaan air tawar. Negara-negara ini berada di garis depan krisis iklim, menghadapi dampak yang tidak proporsional. Emisi gas rumah kaca yang SIDS hasilkan hanya merupakan sebagian kecil dari total emisi global. Meskipun demikian, mereka menjadi korban utama dari kesalahan global ini. Ketidakadilan ini menyoroti pentingnya kesadaran global dan tindakan kolaboratif. Negara-negara industri dan berkembang yang lebih besar harus mengambil tanggung jawab lebih besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung upaya mitigasi dan adaptasi di SIDS. Dukungan finansial, transfer teknologi, dan bantuan dalam membangun infrastruktur tangguh adalah beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan untuk membantu SIDS menghadapi tantangan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT

Geografi Politik Small Island Developing States (SIDS)

Adanya ketegangan regional dapat memperumit hubungan diplomatik antara negara-negara tetangga SIDS sehingga menghambat upaya kolaborasi dalam mengatasi tantangan perubahan iklim yang bersifat lintas batas, seperti mitigasi bencana alam dan manajemen sumber daya alam bersama. SIDS sering bergantung pada bantuan luar untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan keberlanjutan ekonomi mereka. Konflik bersenjata seperti Israel-Gaza dapat mengalihkan perhatian dan sumber daya internasional dari upaya bantuan kepada SIDS, sehingga meningkatkan ketergantungan mereka pada bantuan luar yang akan terganggu oleh konflik dan ketidakstabilan politik.
Upaya untuk mendukung gencatan senjata (ceasefire) dari penggunaan senjata beracun dan pengeboman massal bersifat genosida yang dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca secara signifikan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan keikutsertaan peran Perserikatan Bangsa-Bangsa sangat diperlukan. Dengan mengurangi konflik bersenjata dan dampak lingkungan yang dihasilkannya, SIDS dapat lebih fokus pada upaya adaptasi terhadap perubahan iklim dan memperkuat ketahanan mereka terhadap risiko yang terkait.
ADVERTISEMENT
Di era krisis iklim ini, umat manusia harus mengesampingkan perbedaan atau perpecahan politik untuk bekerja sama, beradaptasi, melakukan mitigasi, dan berinovasi demi masa depan yang berkelanjutan.