Konten dari Pengguna

Pengaruh Revolusi Industri 4.0 terhadap Perubahan Wujud Arsitektur

Leonard Richie
Mahasiswa Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan
17 Februari 2021 6:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Leonard Richie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Zayed National Museum, UEA.
zoom-in-whitePerbesar
Zayed National Museum, UEA.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Revolusi Industri 4.0 mengakibatkan banyak sekali perubahan pada dunia. Terjadinya perubahan terhadap industri dengan pemanfaatan secara luas tenaga mesin yang menggantikan tenaga manusia. Sebelum revolusi industri 4.0 manusia mengerjakan pekerjaannya dengan alat-alat sederhana yang merupakan perpanjangan dari anggota tubuhnya dan tenaga hewan. Setelah revolusi industri 4.0 semua pekerjaan digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis manufaktur, yang mampu melakukan pekerjaan dengan lebih efisien dan efektif. Perubahan ini juga berdampak pada wujud arsitektur yang telah dianut berubah, arsitektur beradaptasi dengan paradigma baru industrialisasi, hingga penyesuaian-penyesuaian elemen-elemen infrastruktur agar dapat merespon era revolusi industri dengan baik.
ADVERTISEMENT
Arsitektur adalah ilmu merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi).
Sebelum vs Sesudah
Revolusi industri 4.0 juga memberikan perubahan bagi wujud arsitektur di antaranya dengan menjadikan pabrik atau mesin-mesin mampu untuk memproduksi arsitektur dengan bentuk-bentuk yang sulit dilakukan oleh manusia. Teknologi ini yang menjadi inspirasi bagi para arsitek setelah revolusi industri untuk dapat mendesain menggunakan material-material baru baik alam maupun sintetis pada desain mereka. Keahlian mereka dalam melakukan eksplorasi material lebih maksimal dilakukan dengan dibantu oleh mesin-mesin dan teknologi baru. "Bahwa arsitektur hendaknya dapat mengekspresikan kekuatan seperti halnya mesin uap, listrik dan dapat memanfaatkan material baru misalnya baja. Dan apabila suatu bentuk tidak dapat menjelaskan alasan mengapa demikian, maka dia tidak akan memancarkan keindahan," (Ragon, dalam Yulianto Sumalyo, 1997).
Hotel Marques De Riscal: Elciego, Spain(2003), Arsitek: Frank Gehry. Foto: Juan E. M./commons wikimedia
Asal-usul arsitektur modern terlahir sebagai respons atas revolusi industri dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi. Arsitektur modern di kendalikan oleh teknologi dan pengembangan konstruksi dan dengan munculnya material-material yang dipakai dalam membangun gaya bangunan modern seperti material besi, baja, kaca dan beton menambahkan pengetahuan bahwa arsitektur modern adalah sebuah penemuan baru dalam bidang Revolusi Industri. Desainnya yang menyatu dengan alam, yang mana berstruktur pada besi cor dan batu bata. Revolusi industri sangat mendukung, bahkan juga memberi tantangan baru dalam dunia rancang bangun karena pesatnya inovasi material, juga dalam sistem standardisasi dan efisiensi.
Falling Water House: Pennsylvania, USA (1935), Arsitek: Frank Llyod Wright. Foto: flickr
Munculnya gaya industrial yang kerap digunakan dalam arsitektur modern yang sedang naik daun sekarang ini. Berlatar belakang dari munculnya perubahan material dalam struktur konstruksi arsitektur. Adanya perubahan idealisme dalam merancang bangunan bergaya industrialisme yang mengadopsi prinsip bahwa bahan dan fungsi sangatlah menentukan hasil dalam suatu bangunan. Wujud yang tampak dari gaya ini adalah penyederhanaan bentukan rancangan arsitektur di mana format detail pada gaya ini dianggap tidak perlu. Hasilnya gaya industrial menolak adanya bordiran atau ukiran dalam bangunan, sehingga menghasilkan karya arsitektur yang sederhana, bersih, anti ornamen, teratur dan seragam. “Sedikit adalah lebih / Less is more” (Arsitek Mies van der Rohe). “Sedikit adalah lebih dan lebih adalah terlalu banyak /Less is more only when more is too much” (Arsitek Frank Llyod Wright). Ciri khas gaya industrial yang berbeda dengan gaya-gaya arsitektur sebelumnya ada pada konstruksi arsitektur yang terekspose, terutama material strukturnya, baik itu bertekstur finish (bersih), matte finish (natural), ataupun raw (kasar), contohnya memakai material beton dan baja yang tidak dicat ataupun diukir namun dibiarkan tidak diolah sehingga terlihat tekstur kasarnya.
Cathedral of Saint Mary of the Flower : Florence, Spain(1436), Arsitek : Filippo Brunelleschi
Adaptasi dan penyesuaian atau bahkan terobosan baru dalam pembentukan kota muncul seiring dengan kondisi dan situasi kota dan manusia yang berubah akibat revolusi industri. “Bahwa Arsitektur Klasik Gothic, identik dengan Katolikisme dan bahwa pada era revolusi industri gereja-gereja yang menghiasi kota-kota katholik digantikan oleh pabrik” (Michel Ragon, dalam Yulianto Sumalyo, 1997). Revolusi Industri 4.0 menimbulkan kondisi kejenuhan tata perkotaan maupun karya arsitektural, di mana segala sesuatu halnya menjadi tidak manusiawi yang memperlihatkan penurunan kesehatan, kesenjangan sosial, kenyamanan dari kehidupan buruh pada umumnya.
Taman Kota di Jakarta
Arsitektur modern selalu melakukan penyelesaian secara Form Follows Function) yang dicetuskan oleh pemahat Horatio Greenough atau yang lebih dikenal sebagai Louis Sullivan. Revolusi Industri memberikan gerakan modern dalam arsitektur yang mencoba menjawab kekacauan mengenai peranan tata perencanaan daan perkotaan dengan adanya pengaruh revolusi industri 4.0. The Garden City Movement merupakan respons pemikiran menanggapi masalah yang disebabkan karena menurunnya kualitas lingkungan kota khususnya lingkungan permukiman yang diakibatkan oleh industrialisasi besar-besaran. “Konsep kota taman Howard merupakan konsep yang mendasari konsep untuk Super Block, yang mulai marak dikembangkan di Indonesia, yaitu di segitiga emas Jakarta, yakni di Kawasan Super Block Sudirman, Taman melati dan Mega Kuningan. Untuk peningkatan kualitas lingkungan, maka di antara kota-kota taman yang juga sebagai kota satelit dari kota inti, maka dibangun sabuk hijau yang dapat berupa taman dan area pertanian. Manfaat dari Garden City ini adalah untuk membatasi pemekaran kota yang tidak terkendali seperti yang terjadi pada kota kota industri. 6
ADVERTISEMENT
Revolusi Industri 4.0 memengaruhi wujud arsitektur. Munculnya material-material struktur yang memungkinkan memproduksi desain dengan bentuk-bentuk yang sulit dilakukan karena memakai konstruksi material struktur bangunan, seperti material besi, baja, dan beton. Perubahan penggunaan struktur juga mempengaruhi bentukan konstruksi arsitektural yang cenderung terekspose baik itu material struktur yang terfabrikasi maupun konvensional. Dari perubahan konstruksi struktur memunculkan gaya arsitektur industrial yang lebih menampilkan bentukan tidak kompleks dan tidak hanya mengakomodasi euforia dari bentukan arsitektural sehingga tampilannya tidak membosankan karena berbeda dengan gaya yang dianut sebelumnya melalui bentukan yang sederhana, bersih (anti ornamen). Terjadinya penolakan akan gaya lama, para arsitek mulai mencari bentuk baru untuk mendobrak gaya-gaya klasik sejalan dengan kemajuan Revolusi Industri 4.0. Perubahan dalam kebudayaan ditandai dengan gaya arsitektur Neo Klasik yang semakin pudar, menuju ke arah ‘Form Follow Function’. Arsitektur yang berdiri tidak berhubungan dengan sejarah masa lalu, berdiri sendiri sesuai dengan perkembangan iptek. Hal ini berdampak pada wujud arsitektural yang cenderung bersifat universal karena adanya industrialisasi, ilmu pengetahuan, teknologi serta manusianya yang universal. Kondisi arsitektur tata perkotaan dipenuhi dengan ambisi, ketegangan, dan ketergeseran nilai kemanusiaan,sehingga munculnya konsep Garden City dalam upaya peningkatan kualitas kota sebagai respons dari perkotaan industrialis akibat dari revolusi industri 4.0.
ADVERTISEMENT