Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pemilu 2024: Labilitas Generasi Z Terhadap Kontestasi Politik di Indonesia
13 Desember 2022 18:43 WIB
Tulisan dari Reza faturrahman Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Negara demokrasi adalah suatu negara dimana suara rakyat adalah suara yang paling penting. Bahkan dalam negara demokrasi kita sering mendengar bahwa suara rakyat adalah suara tuhan yang ditulis dengan kalimat “Vox populi vox dei”. Untuk itu pentingnya suara rakyat menjadikan partisipasi politik menjadi sebuah hal yang fundamental dalam rangka sistem politik yang berbasis demokrasi. Dalam konteks Indonesia, jelas bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar kedua di dunia. Bentuk nyata dari Indonesia sebagai negara demokrasi dapat kita lihat dengan adanya sirkulasi elit baik dalam lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang dijalankan dengan sebuah pemilihan umum berdasarkan suara rakyat secara konstitusional.
ADVERTISEMENT
Dapat kita amati bersama dalam 2 dekade terakhir khususnya pasca tahun 1998 Indonesia kembali mengalami demokratisasi dan mengalami banyak reformasi dalam bidang sosial dan politik. Hal ini ditandai dengan pemilihan presiden langsung pertama pada tahun 2004. Hal yang menarik bagi saya adalah kontestasi politik di Indonesia yang turut dibarengi dengan berkembangnya teknologi informasi yang menciptakan berbagai platform media sosial sehingga media sosial dan teknologi informasi menjadi faktor penting dan menjadi sarana politisi dalam melakukan berbagai aktivitas politik.
Dewasa ini dalam pemilu terutama dalam menyambut pemilu 2024. Saya melihat bahwa pemilih pemula menjadi sebuah objek yang menarik bagi para politisi. Jumlahnya yang banyak dan uniknya karakteristik Generasi Z membuat generasi ini menjadi faktor penting dalam pemilu. Milenial dan Generasi Z sangat menjadi suatu faktor yang diperhitungkan tentang partisipasinya di pemilu 2024 yang akan datang, Hal ini mereka lakukan karena menjadi salah satu penentu sukses tidaknya pemilu 2024. Perlu kita ingat bersama bahwa Milenial dan Generasi Z menguasai 40-50% pemilih, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap hasil pemilu 2024 (Wempie & Akmaluddin, 2022).
ADVERTISEMENT
Salah satu karakteristik Generasi Z yang mencolok adalah generasi yang menguasai berbagai teknologi informasi dan mudah untuk mendapatkan berbagai informasi dari berbagai platform media sosial. Namun karakteristik ini menjadi sebuah kelebihan sekaligus kekurangan bagi generasi ini, disatu sisi Generasi Z dapat memperoleh informasi informasi politik dengan mudah di internet namun Generasi Z dapat pula juga tersesat dalam hoax yang turut beredar luas di internet dan berbagai platform media sosial. Apabila kita berangkat dari fakta tersebut ini dapat dikatakan bahwa Generasi Z selain menjadi faktor penentu dalam kontestasi politik juga rawan dipengaruhi oleh pihak pihak yang berkepentingan
Sekarang ini kita sebagai bagian dari Generasi Z dihadapkan dalam 2 masalah yaitu apatisme politik dan antusiasme politik yang tidak rasional. Dalam ilmu politik terdapat 2 sudut pandang yang berbeda dalam memandang apatisme politik. Sudut pandang yang pertama adalah sudut pandang yang mengatakan bahwa apatisme politik adalah hal yang negatif, hal ini dianggap dapat mengindikasikan rendahnya kesadaran politik dan pejabat yang terpilih dalam pemilu tersebut akan memiliki legitimasi yang rendah karena implementasi dari apatisme politik adalah perilaku golput sedangkan dalam sudut pandang lain beberapa ilmuwan politik seperti Galen Arnold Irwin yang berpendapat bahwa perasaan puas terhadap sistem politik akan menyebabkan rendahnya partisipasi politik dan meningkatnya pemikiran pemikiran apatis di dalam masyarakat (Irwin, 1975).
ADVERTISEMENT
Namun apabila apatisme politik kita kaitkan dengan Indonesia pendapat Galen Arnold Irwin terhadap apatisme politik tidak relevan denga Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia masih negara berkembang dimana apatisme politik dalam negara berkembang memiliki konotasi dan tanda yang negatif karena apatisme politik dalam negara berkembang dapat melahirkan fenomena anomie dan “revolusi” yang membahayakan stabilitas politik suatu negara
Masalah lain yang juga dihadapi Generasi Z dalam konteks pemilihan umum adalah antusiasme politik yang tidak rasional. Dalam konteks pemilu hal yang dimaksud dengan antusiasme politik yang tidak rasional adalah memilih suatu pasangan calon atau partai tanpa melihat visi, misi dan program calon tersebut sehingga memilih berdasarkan romantisme politik. Antusiasme politik yang irasional berbahaya karena akan membuat pemilih Generasi Z sering menjadi sasaran empuk politik uang karena kurangnya kesadaran politik.
ADVERTISEMENT
Apatisme politik dan antusiasme politik yang tidak rasional turut menjadi sebuah tren negatif di kalangan Generasi Z, mereka menganggap bahwa pemilihan umum tidak akan berguna bagi perubahan bangsa Indonesia. Menurut saya ada 2 hal yang dapat melawan apatisme politik dan antusiasme politik irasional yang ada pada Generasi Z yaitu pendidikan politik yang menarik dan kampanye politik yang rasional. Untuk mendapatkan minat Generasi Z agen agen pendidikan politik seharusnya mengemas konten Pendidikan politik dengan lebih menarik dengan cara seperti memanfaatkan platform platform media sosial sehingga mencapai audiens yang lebih luas. Apatisme politik dan antusiasme politik yang tidak rasional juga dapat dikurangi dengan perubahan kualitas kampanye politik dalam kontestasi pemilu dengan melakukan adu gagasan dan menghilangkan segala bentuk politik identitas dan black campaign.
ADVERTISEMENT
Kita dapat melihat sisi unik dari Generasi Z merupakan sebuah anugerah bagi Indonesia, apabila kita berkaca pada prediksi bonus demografi di tahun 2045. Namun untuk menciptakan sebuah masyarakat yang sehat dibutuhkan masyarakat dan generasi penerus yang cerdas serta kritis. Maka menurut saya pemerintah perlu mendukung perkembangan kesadaran politik Generasi Z dengan meluncurkan program pendidikan politik yang menarik dan membuat aturan terkait kampanye politik. Untuk itu menurut saya sebagai Generasi Z semestinya kita harus mempergunakan hak pilih dalam pemilu dengan rasional dan pertimbangan yang matang serta mengawal pemerintahan agar menjadi pemerintahan yang bersih, sehat, dan juga transparan.
Referensi
Akmaluddin, A., & Wempie, M. A. R. (2022). BUDAYA POLITIK PEMILIH MILENIAL DALAM PEMILU TAHUN 2024 DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU. Jurnal Ilmu Pemerintahan Unbara, 1(1), 49-57.
ADVERTISEMENT
Budiardjo, M. (2003). Dasar-dasar ilmu politik. Gramedia pustaka utama.
Irwin, G. A. (1975). Political Efficacy, Satisfaction, and Participation. Mens en Maatschappij, 50(1), 24-37.