Program Makan Siang Gratis Ancam Kantin Sekolah

Ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam konferensi pers peluncuran Program Makan Siang Gratis di sekolah-sekolah seluruh Indonesia.

Program yang memberikan makan siang gratis kepada siswa-siswa di sekolah ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap anak memperoleh nutrisi yang baik selama jam sekolah. Namun, di balik manfaat sosialnya, program ini turut memunculkan dampak ekonomi bagi kantin sekolah yang selama ini menjadi salah satu sumber pendapatan bagi pihak sekolah. Banyak pengelola kantin yang mengkhawatirkan keberlanjutan usaha mereka karena penurunan penjualan makanan dan minuman sejak implementasi program tersebut.

Kantin SMAN 5 Purwokerto. Sumber: Galeri Pribadi

Beberapa Sekolah di Purwokerto, kantin yang sebelumnya menyediakan berbagai pilihan makanan sehat kini terancam gulung tikar. "Dengan adanya makan siang gratis, kami tidak lagi mendapat banyak pembeli. Sebagian besar siswa lebih memilih makanan yang disediakan sekolah" kata salah seorang pengelola kantin yang enggan disebutkan namanya.

Meski demikian, pihak pemerintah berusaha memberikan solusi, dengan memastikan kantin sekolah tetap dapat beroperasi, salah satunya dengan mengizinkan mereka untuk menjual makanan ringan atau minuman tambahan.

Namun, kekhawatiran ini juga tidak sepenuhnya tanpa alasan. Beberapa pengamat mengingatkan bahwa meskipun program makan siang bertujuan baik, tidak jarang keberlanjutan usaha lokal, seperti kantin sekolah, terabaikan dalam proses implementasi. Seharusnya, pemerintah perlu melibatkan semua pihak terkait, termasuk pengelola kantin, untuk menemukan formula yang seimbang antara kebutuhan nutrisi siswa dan kelangsungan usaha kantin.

Meski Program Makan Siang Gratis memiliki dampak positif terhadap kesehatan anak-anak, keberlangsungan kantin di sekolah tidak bisa diabaikan begitu saja. Pemerintah perlu mencari solusi yang lebih holistik agar keduanya. Kesejahteraan anak-anak dan keberlanjutan usaha kantin diharapkan dapat berjalan berdampingan tanpa saling merugikan.