Mengenang Josef Masopust, Pencetak Gol di Final Piala Dunia yang Dipecat PSSI

Konten dari Pengguna
13 April 2020 12:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nugroho Sejati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Josef Masopust saat menerima Ballon d'Or. Foto: Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Josef Masopust saat menerima Ballon d'Or. Foto: Wikimedia Commons.
ADVERTISEMENT
Di tengah cuaca sejuk yang memayungi Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Rochy Putiray dengan kaki lincahnya berusaha melewati adangan bek tangguh Nil Maizar. Bolanya lewat, tapi kaki Rochy dan Nil baku bentur. Erangan tak terhindarkan dan diakhiri dengan jabat tangan.
ADVERTISEMENT
Pada akhir tahun 1987, di lapangan sepak bola yang dikelilingi pohon rindang tersebut sedang berlatih Tim Nasional Indonesia Garuda II atau lebih dikenal sebagai Tim PSSI Garuda II.
Tim Garuda II diresmikan oleh Ketua Umum PSSI kala itu, Kardono, pada 29 Agustus 1987 di Cibubur. Tim yang berisikan para pemain pilihan dari kompetisi PSSI U-16 I tahun 1986 tersebut ditargetkan untuk tembus ke Olimpiade 1992 di Barcelona.
Tim PSSI Garuda II merupakan edisi baru dari PSSI Garuda I yang gagal mencapai target lolos ke putaran final Kejuaraan Asia 1984 setelah hanya meraih posisi ketiga klasemen babak kualifikasi di bawah Iran dan Suriah.
Belajar dari kegagalan sebelumnya, PSSI meninggalkan gemblengan ala militer di Garuda I yang nyatanya gagal mengangkat prestasi.
ADVERTISEMENT
Di Garuda II, Rochy Putiray dan kawan-kawan digojlok dengan teknik dasar sepak bola selama setahun penuh.
Tidak tanggung-tanggung, PSSI merekrut Josef Masopust yang berasal dari Ceklosowakia (kini terbagi menjadi dua negara: Republik Ceko dan Slowakia) untuk melatih anak-anak di Garuda II. Masopust adalah nama besar di negaranya, bahkan seantero dunia.
Bersama Garuda II, kariernya kurang menyenangkan. Belum turun gelanggang dalam pertempuran, ia sudah dipulangkan.
"Berita tentang sepak bola Indonesia lagi-lagi tak menyenangkan--dan mudah-mudahan Anda belum bosan," tulis wartawan Tempo, Toriq Hadad/Iwan Q. Himawan, membuka berita yang tayang pada 16 Februari 1991 terkait pemberhentian Masopust.
Masopust dipecat sekitar empat bulan sebelum babak kualifikasi Olimpiade Barcelona 1992. Padahal, PSSI menargetkannya agar dapat meloloskan Tim Garuda II yang belakangan berganti nama menjadi Tim Pra-Olimpiade Indonesia untuk lolos ke Barcelona.
ADVERTISEMENT
Di bawah Masopust, Garuda II dianggap tak memiliki perkembangan berarti. Puncaknya, saat mereka dikalahkan Tim Pra-Olimpiade Singapura dengan skor 1-2 pada bulan Desember 1990.
Sebelumnya, Garuda II tampil buruk dalam Turnamen Piala Raja 1990. Kalah 0-8 dari klub Shanghai asal China, kalah 2-3 dari Kenya, lalu ditahan imbang Thailand 1-1.
Mari lupakan karier Masopust di Indonesia yang tak bagus-bagus amat itu--jika tak mau dibilang buruk. Sebagai pemain, ia adalah nama besar yang pernah membuat legenda asal Brasil, Pele, cemas.
Lahir di Most (sekarang Republik Ceko), 9 Februari 1931, Masopust menjadi satu-satunya anak laki-laki dari enam bersaudara. Ayahnya yang bekerja sebagai penambang batu bara, mendukung penuh kariernya sebagai pesepak bola.
ADVERTISEMENT
Mengawali karier sebagai pesepak bola, Masopust bermain di klub Vodotechna Teplice. Ia hanya bermain selama dua tahun di klub tersebut karena harus menjalani wajib militer.
Oleh karena itu, ia akhirnya membela Dukla Praha, sebuah tim berbasis militer. Bermain di sana, Masopust tak menerima bayaran. Ia hanya mendapat gaji bulanan sebagai tentara.
Dukla Praha menjadi klub terlama Masopust. Selama 16 tahun mengabdi, ia tampil dalam 386 partai dan menjalakan gol sebanyak 79 kali.
Tampil baik di Dukla Praha, Masopust menjadi langganan tim nasional. Ia menjadi salah satu pemain yang membantu Cekoslowakia lolos ke Piala Dunia 1958 dan 1962.
Piala Dunia 1962 di Cile menjadi puncak performa dari Josef Masopust, sekaligus Cekoslowakia.
ADVERTISEMENT
Gagal lolos dari babak grup di Piala Dunia 1958 membuat publik Cekoslowakia tak berekspektasi apa pun terhadap tim nasional mereka.
"Kalian sesungguhnya tak perlu membuka koper kalian, karena kalian akan kembali secepatnya," sebuah kalimat menyakitkan yang keluar dari banyak warga Cekoslowakia setelah Masopust dan kolega memastikan diri lolos ke Cile 1962. Jangan harapkan pula ucapan "selamat bertanding" atau "semoga beruntung".
Sebagai negara komunis, tim Cekoslowakia hanya disewakan hotel yang paling murah di Kota Valparaiso, Cile, oleh pemerintah mereka.
Cekoslowakia harus bertemu juara bertahan Brasil di pertandingan kedua babak grup setelah sebelumnya menang tipis 1-0 atas Spanyol.
Menghadapi Brasil yang diperkuat Pele, yang ada di pikiran Rudolf Vytlacil, pelatih Cekoslowakia, adalah bagaimana caranya agar tidak kalah.
ADVERTISEMENT
Pertandingan Brasil vs Cekoslowakia menjadi pertandingan terakhir Pele di Piala Dunia 1962. Ototnya tertarik di tengah laga. Belum adanya peraturan tentang pergantian pemain mengharuskan ia tetap berada di lapangan sampai laga usai.
"Saya berlari untuk menutup pergerakan Pele. Namun, ketika saya berjarak sekitar satu setengah meter darinya, saya melihat dia cedera dan saya berhenti untuk tidak memperparah cederanya," ujar Masopust dalam wawancara dengan Michael Donald di buku GOAL: Intimate Portraits and Interviews with Every Living FIFA World Cup Final Scorer.
Josef Masopust (ketiga kiri) saat berhadapan dengan Pele (kedua kiri) di Piala Dunia 1962 di Cile. Foto: Getty Images.
Pele dibiarkan mengontrol bola dan mengoper bola tanpa kawalan. Semua penonton sontak memberi tepuk tangan meriah atas aksi sportif yang dipertontonkan Masopust.
Legenda Prancis, Michael Platini, pernah berkata bahwa Masopust adalah pemain tengah yang luar biasa sekaligus seorang gentleman sejati, baik di dalam maupun luar lapangan.
ADVERTISEMENT
Bertentangan dengan anggapan publik negaranya, Josef Masopust tampil baik dan memimpin rekan-rekannya sebagai jenderal lapangan tengah untuk melaju ke partai puncak Piala Dunia 1962 setelah mengalahkan Hungaria dan Yugoslavia masing-masing dengan skor 1-0 dan 3-1.
Pada partai final, Cekoslowakia kembali ditantang Brasil. Pertemuan tersebut menjadi ajang pembuktian setelah hanya bermain imbang 0-0 di babak grup.
Masopust sangat berbahagia. Hari berlangsungnya partai final bertepatan dengan ulang tahun istrinya.
Meskipun sang istri tak bisa hadir langsung di stadion, semangatnya tetap meluap-luap. Kebijakan pemerintah Cekoslowakia mewajibkan minimal satu anggota keluarga harus tetap berada di negara mereka jika anggota keluarga lain bepergian ke luar negeri.
Jelang laga, ruang ganti tim Cekoslawakia dipenuhi wartawan yang mewawancarai penjaga gawang mereka, Vilda Schrojf, yang tampil baik sepanjang turnamen.
ADVERTISEMENT
"Jujur saja, saat itu saya sendiri tidak yakin bahwa kami bisa mengalahkan Brasil," kenang Masopust.
Pertandingan dimulai. Cekoslowakia menyerang lewat sisi kanan pertahanan Brasil. Masopust yang tanpa pengawalan di kotak penalti mendapat umpan matang. Tanpa berpikir panjang, ia menendang bola ke gawang. Gol.
"Itu menjadi mimpi saya sejak kecil bisa mencetak gol di Piala Dunia."
Gol di menit ke-15 tersebut mengejutkan 68.679 penonton di Estadion Nacional, Santiago, Cile. Megabintang Brasil, Pele, yang hanya bisa menonton dari luar lapangan, cemas.
Brasil tetaplah Brasil. Hanya perlu waktu 2 menit untuk mereka bisa menyamakan kedudukan. Gol penyama itu akibat Vilda Schrojf gagal menebak arah bola tendangan dari Amarildo, pemain yang diplot menggantikan Pele. Lalu, berturut-turut Zito dan Vava mencetak gol di babak kedua untuk memastikan kemenangan Brasil.
ADVERTISEMENT
Cekoslowakia pulang dengan kepala tegak. Mereka telah menunjukkan kemampuan terbaiknya. Namun, ada yang membuat mereka kecewa.
"Fans menganggap kami sukses besar, tetapi negara tidak menganggapnya demikian. Kami hanya dapat 5.000 crown Ceko (sekitar 2,8 juta rupiah), itu pun masih dipotong pajak," ujar Masopust dalam wawancaranya dengan Michael Donald.
Atas pencapaiannya di tahun 1962, Masopust diganjar penghargaan European Player of The Year alias Ballon d'Or pada tahun yang sama.
Josef Masopust saat menerima Ballon d'Or. Foto: Getty Images.
"Pada zamannya, Josef benar-benar pemain yang luar biasa. Dia merupakan gelandang dengan bakat untuk mencetak gol dan kemampuan menggiring bola yang elegan. Dia pantas memenangkan Ballon d'Or pada tahun 1962," ujar Michael Platini dikutip dari situs UEFA.
Atas penampilan gemilang selama 63 pertandingan disertai 10 golnya, Republik Ceko menahbiskan Josef Masopust sebagai pemain paling bersinar di negaranya selama 50 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Pada Maret 2004, Pele memasukkan Masopust dalam daftar 125 pemain terhebat sepanjang sejarah.
Josef Masopust wafat di Praha, Republik Ceko, pada 29 Juni 2015, dalam usia 84 tahun.