Korean Wave, Bentuk De-Westernisasi?

Nuha Fidaraini
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada-Media Digital, Budaya Populer
Konten dari Pengguna
9 Februari 2023 17:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nuha Fidaraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh BigHeart dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh BigHeart dari Pixabay
ADVERTISEMENT
K-Pop, K-Drama atau pun K-Beauty merupakan beberapa sektor dalam Korean Wave atau gelombang Korea. Saat ini Korean Wave (Hallyu) telah banyak diakses dan dinikmati oleh penduduk di hampir seluruh negara di dunia, termasuk salah satunya adalah Indonesia. Korean Wave masuk ke Indonesia sekitar tahun 2000-an melalui industri hiburan drama Korea dengan judul drama Mother’s Sea. Rupanya drama Korea telah berhasil menyita perhatian masyarakat Indonesia, hingga berbagai judul drama Korea lainnya mulai ditayangkan di berbagai stasiun televisi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada drama Korea, kita dapat menemukan musik, makanan, pariwisata hingga kecantikan khas Korea Selatan dan ini menjadi bagian dari promosi akan budaya mereka. Setelah berhasil membawa drama Korea, giliran musik Korea mulai terjun ke pasar Indonesia dan kembali disambut baik oleh masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya konser yang digelar untuk boy group dan girl group asal Korea Selatan di Indonesia. Boy group atau girl group asal Korea Selatan, biasanya terdiri dari beberapa anggota yang menampilkan tarian dan nyanyian secara bersamaan.
Eksistensi dari aktor, boy group atau girl group Korea Selatan masih terasa dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia sampai saat ini. Mulai dari konsumsi pernak-pernik K-Pop, merchandise drama Korea hingga kiblat fashion. Barang-barang tersebut pun didatangkan langsung dari negara yang memiliki julukan negeri gingseng. Bahkan beberapa industri dagang Indonesia, menggaet dan tidak jarang mendatangkan para aktor atau idol (sebutan untuk anggota boy atau girl group) dijadikan brand ambassador dalam menarik perhatian masyarakat untuk membeli produk yang mereka jual.
ADVERTISEMENT

Korean Wave bentuk globalisasi

Fenomena ini merupakan bentuk dari globalisasi. Anthony Giddens mendefinisikan globalisasi sebagai fenomena percepatan hubungan sosial seluruh dunia, terjadi di satu lokasi dengan lokasi lainnya yang mengakibatkan perubahan pada keduanya, termasuk dalam urusan budaya. Sebelum muncul gelombang Korea, Indonesia terlebih dahulu menerima westernisasi, atau gelombang barat. Film, musik termasuk gaya hidup barat merupakan beberapa sektor yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Tidak hanya Indonesia, westernisasi terjadi di hampir seluruh dunia dan fenomena ini masih terjadi sampai sekarang.
Kemunculan Korean Wave menimbulkan pertanyaan, apakah fenomena tersebut merupakan bentuk dari de-westernisasi?
Hal ini dikarenakan sejak kemunculannya, Korean Wave terus menunjukkan kenaikan peminat. Akan tetapi penilaian penulis dapat pula mengalami perubahan di masa mendatang, seperti yang pernah terjadi pada gelombang sinema Hongkong dan industri hiburan Bollywood.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Indonesia juga pernah menerima kedatangan budaya dari Hongkong dan Bollywood, khususnya di bidang hiburan seperti film dan musik. Sama seperti yang terjadi pada gelombang Korea, film, musik, drama ataupun sinetron Hongkong dan Bollywood pernah diputar di berbagai saluran televisi, radio dan layar lebar Indonesia. Kedua industri hiburan tersebut jika dibandingkan dengan eksistensi dari gelombang Korea, menurut penulis memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Keberadaan budaya Hongkong dan Bollywood di Indonesia, jika merujuk pada pertama kali Korean Wave ada di Indonesia hingga saat ini, usia Korean Wave lebih panjang umur dibandingkan dengan dua budaya pendahulunya.
Di sisi lain, Korean Wave terus berkembang di zaman yang semakin maju dalam bidang teknologi, sehingga hal ini semakin mempercepat penyaluran budaya dan tidak hanya berkutat dalam industri hiburan seperti drama, film atau pun musik, tetapi juga pada sektor lain, seperti beberapa di antaranya yaitu sektor pariwisata dan makanan.
ADVERTISEMENT
Kita ambil salah satu contoh boy group Korea Selatan yang bernama BTS atau dikenal juga sebagai Bangtan Boys, di mana mereka saat ini telah menjadi pusat perhatian penjuru dunia. BTS telah menjadi represntasi dari K-Pop dan menempatkan diri mereka sebagai tamu dalam berbagai acara dunia. Adanya kedekatan budaya, termasuk Indonesia dengan Korea, yaitu dalam satu rumpun Asia, menjadikan popularitas Budaya Korea semakin kuat untuk menciptakan fenomena de-westernisasi, terlebih Indonesia menjadi salah satu negara dengan peminat terbanyak K-Pop.
Akan tetapi, perlu diketahui pula bahwa kita masih dapat menemukan unsur barat dalam beberapa produk hiburan Korea, seperti salah satunya penggunaan lirik Bahasa Inggris dalam K-Pop. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya barat masih dan sangat mendominasi sampai saat ini. Kendati demikian, budaya Korea telah mampu menggeser industri sinema Hongkong dan Bollywood untuk beberapa waktu menjadikan Korea Selatan kini menjadi episentrum budaya populer berikutnya di Asia. Sehingga berdasarkan pengamatan sekilas penulis dengan merujuk pada gelombang budaya sebelumnya, yaitu sinema Hongkong dan Bollywood, maka nasib Korean Wave ke depannya akan dapat menjadi de-westernisasi secara nyata atau tidak itu tergantung pada bagaimana mereka melakukan ekspansi dan inovasi dalam mempertahankan dan melahirkan peminatnya.
ADVERTISEMENT