Filsafat Arah Sejarah

Nukman
Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
19 Desember 2020 12:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nukman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ke manakah arah filsafat sejarah?
Begitulah pertanyaan yang keluar dari benak seseorang ketika baru belajar dan membaca sejarah. Semakin berpikir untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut, maka semakin jauh pula akan jawaban tersebut.
ADVERTISEMENT
Berkenaan dengan arah, definisi arah ini sangatlah luas dan bisa dibenarkan dari berbagai perspektif. Misalnya arah itu bisa disematkan pada sebuah tujuan, maka identik dengan kata “dari” dan “ke”, contohnya dari Malang ke Jakarta.
Kembali kepada sejarah maka seseorang itu akan berasumsi bahwa sejarah arah sejarah itu dari masa lalu ke masa kini kemudian dari masa kini ke masa depan. Dari konsep ini diketahui bahwa ada sebuah kontiunitas atau kesinambungan dalam sejarah yang mengarah pada perkembangan.
Mungkin dari pemaparan di atas jelas, arah sejarah berjalan maju ke depan. Namun mengapa para sejarawan mempelajari sejarah yang bernotabene masa lalu atau lampau, jadinya arah sejarah berjalan mundur ke belakang guna memahami nilai atau pesan yang tersimpan dari sebuah peristiwa tertentu, kemudian diterapkan untuk mempersiapkan masa depan. Dengan kata lain, sebelum arah sejarah berjalan maju ke depan maka terlebih dahulu berbalik arah mundur ke belakang. Jadi apakah sejarah memiliki dua arah?
ADVERTISEMENT
Jika sejarah memiliki sebuah arah yang menujukkan kemana sejarah akan berjalan atau kemana tujuaannya, maka muncul lagi sebuah pertanyaan “siapa yang menentukan arah sejarah itu berjalan mencapai tujuannya?”.
Maka jawaban yang tepat adalah bahwa manusia lah yang menentukan arah sejarah itu akan berlabuh ke mana dan kapan. Mengapa demikian? Karena pada hakikatnya dalam sejarah itu tidak akan lepas dari Manusia, Ruang dan Waktu. Dari sanalah sejarah itu muncul, sejarah itu lahir.
Berawal dari manusia dalam jumlah populasi yang sedikit ke populasi yang banyak dan membentuk komunitas atau koloni dan terus berlanjut sampai pada tatanan Negara bahkan Dunia. Berawal dari masa prasejarah sampai masa sejarah, dari masa kuno sampai masa modern. Itu semua saling berkaitan antara Manusia, Ruang dan Waktu.
ADVERTISEMENT
Ditinjau dari segi filsafat sejarah spekulatif
Dalam pandangan filsafat sejarah, arah dalam sejarah ini merupakan sebuah rangkaian kebetulan-kebetulan yang terjadi dalam setiap peristiwa sejarah. Hal ini berkenaan dengan filsafat sejarah spekulatif yang bertujuan untuk mengetahui pola-pola yang terjadi dalam sejarah. Dalam bahasa sederhananya, sejarah ini berbicara mengenai sebuah pola pergerakan bisa bergerak spiral, maju, mundur bahkan berputar seperti halnya siklus. Hal ini juga mengidentifikasi bahwa setiap realitas itu akan memunculkan suatu perubahan atau pergerakan ke arah kemajuan (progres). Konsep pemikiran ini yang mendasari kajian filsafat sejarah tokoh-tokoh besar seperti Hegel, Karl Marx, Auguste Comte dan penganut filsafat sejarah spekulatif lainnya.
Menurut pandangan Hegel terkait dengan ide kemajuan, bahwa setiap peristiwa sejarah terbentuk melalui realitas yang tercipta dari pikiran. Oleh sebab itu setiap pikiran individu berkontribusi dalam pembentukan pikiran global, sehingga memunculkan perkembangan kesadaran akan kebebasan. Filsafat sejarah Hegel, terlihat nampak pada konsep negara. Dalam konsep negara ada sebuah realitas kemajuan pikiran ke arah kesatuan yang dapat direalisasikan melalui penalaran, maka bisa dikatakan bahwa tatanan negara merupakan realitas yang dibayangkan.
ADVERTISEMENT
Dari sini dapat dipahami bahwa sejarah itu ada yang menentukan arahnya, kemana akan berlabuh dan singgah kemudian meneruskan perjalanan menuju tujuan. Terlepas dari segi maju mundur atau baik buruknya, yang terpenting adalah sejarah itu berada dalam tangan pencipta sejarah itu sendiri, Manusia.