Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Eni Saragih Ungkap Penyebab UMKM di Bawean Sulit Berkembang
11 Mei 2018 17:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Numataraman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pulau Bawean memiliki segudang potensi kekayaan laut yang dapat dikembangkan melalui Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Namun, beberapa faktor ini disebut menjadi pemicu UMKM di Bawean, Gresik, berjalan lambat.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eni Maulani Saragih mengungkapkan, tingginya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas LPG di menjadi penyebab utama lambatnya perkembangan UMKM di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur (Jatim).
Itu diungkapkan Eni saat membuka acara Desiminasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LIPI) bertajuk “Memanfaatkan Hasil Perikanan Menjadi Produk Komersial dan Pelatihan Pembuatan Kerupuk Ikan di Gedung Muslimat NU Sangkapura Bawean, Jumat (11/05/2018).
Anggota DPR RI dari Fraksi Lartai Golkar itu menuturkan, potensi kekayaan laut yang dimiliki Pulau Bawean seharusnya menjadi peluang besar untuk dikembangkan menjadi kerupuk ikan dan bahan olahan lainnya, sehingga menjadi nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi di Bawean.
Namun demikian, tingginya harga BBM dan LPG di sana membuat produktifitas kerupuk ikan berjalan lamban. Harga LPG dan BBM yang terlampau mahal otomatis menyebabkan biaya produksi juga tinggi.
ADVERTISEMENT
“Akibatnya, kerupuk ikan Bawean juga harus dijual dengan harga mahal dan akhirnya tidak mampu bersaing dengan kerupuk-kerupuk ikan dari daerah lain yang harganya lebih murah,” terang Eni.
Untuk itu, Eni berjanji dalam waktu dekat ini akan membawa BPH Migas dari Jakarta melihat langsung kondisi warga Bawean yang sampai saat ini belum dapat menikmati sepenuhnya BBM dan Gas bersubsidi seperti di daerah lainnya.
“Kalau di tempat lain LPG 3 kg bersubsidi itu harganya Rp 15.500, tapi di sini (Bawean red) berkisar antara Rp 27.000-Rp 30.000. Demikian juga BBM selisihnya masih terlalu jauh, insyaallah nanti habis lebaran saya akan ajak BPH Migas ke Bawean, supaya harga BBM dan harga LPG juga sama seperti daerah lain,” tandasnya.
Eni Maulani menyerahkan 3.000 bibit mangrove kepada anggota DPRD Gresik Miftahul Jannah untuk ditanam di pantai Bawean. (Foto: BG/Abr)
ADVERTISEMENT
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI Mego Pinandito, memberikan sejumlah kiat bagaimana supaya hasil olahan kerupuk ikan Bawean mampu bersaing dengan daerah lainnya. Salah satunya dengan membuat standar rasa yang khas.
Untuk itu, lanjut Mego, kedatangan LIPI kali ini akan memberikan pelatihan bagaimana cara membuat kerupuk ikan Bawean dengan cita rasa yang khas. Sehingga pembeli akan mendapatkan kerupuk ikan khas Bawean dimanapun tempat membeli.
“Jadi nanti teman-teman dari LIPI juga akan memberikan pelatihan kepada ibu-ibu yang ada disini, setelah nanti tahu caranya produksi kerupuk ikan Bawean dapat dikerjaan dengan cara membentuk kelompok usaha bersama,” terangnya.
Acara pelatihan kali ini juga diselingi dengan penyerahan 3.000 bibit mangrove dari Eni Maulani yang diterima secara simbolik oleh Miftahul Jannah, anggota DPRD Kabupaten Gresik dari Fraksi Golkar.
ADVERTISEMENT
Rencanya, bibit mangrove dengan nama latin Avicennia marina itu akan ditanam disepanjang pantai Desa Diponggo, Kecamatan Tambak Bawean, Gresik.
Sumber : beritagresik.com