Konten dari Pengguna

Titiek Soeharto Mengajak Anak Muda Desa Bertani Melon

Numataraman
Biasa mengikuti perkembangan apa yang menjadi topik dan wawasan disekitaran Wilyah Wilayah Jawa Tengah , Jogyakarta , dan Jawa Timur.
5 Maret 2018 17:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Numataraman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Titiek Soeharto Mengajak Anak Muda Desa Bertani Melon
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Haryadi SE, atau akrab juga dikenal dengan nama Titiek Soeharto, mengapresiasi upaya Kelompok Tani Mulyo, yang mampu mendorong anak-anak muda di desanya menjadi petani buah melon.
ADVERTISEMENT
Terlebih di tengah situasi gencarnya serbuan buah impor, serta semakin berkurangnya minat pemuda untuk menjadi petani.
“Saya senang anak-anak muda di sini mau bertani melon. Karena biasanya anak muda tidak mau jadi petani dan memilih kerja di kota. Saya juga sangat mengapresiasi di sini bisa dihasilkan buah lokal melon yang luar biasa bagus, di tengah banyaknya gempuran buah impor. Ini harus didukung pemerintah,” katanya saat berkunjung ke Kelompok Tani Mulyo, yang berada di Dusun Karangasem, Sendangtirto, Berbah, Sleman, belum lama ini.
Kelompok Tani Mulyo sendiri merupakan kelompok petani melon di Desa Sendangtirto, yang sudah berdiri sejak tahun 1990-an. Memiliki puluhan anggota, mereka biasanya menanam melon di lokasi berbeda secara berpindah-pindah dengan sistem sewa lahan.
ADVERTISEMENT
Salah seorang petani melon, Hartoyo, mengatakan, banyaknya anak muda di Desa Sendangtirto yang tertarik menjadi petani melon karena keuntungan yang luar biasa besar. Ia menyebut, keuntungan menanam melon 5 kali lipat lebih besar dibanding menanam padi. Yakni mencapai sekitar Rp15 juta per 1000 meter.
“Dari lahan 1000 meter bisa dihasilkan 3,5 ton melon dengan harga jual sekarang Rp9.000 per kilo. Kalau ditanam padi paling hanya bisa menghasilkan 3,5 kuintal per 1000 meter dengan harga jual Rp10.000 per kilo, jadi sangat jauh,” katanya.
Meski memiliki keuntungan tinggi, Hartoyo mengakui, menanam melon juga membutuhkan modal yang cukup besar, serta risiko gagal panen yang juga cukup tinggi. Hal itu dikarenakan seluruh proses produksi mulai dari pengolahan lahan hingga perawatan membutuhkan biaya operasional yang besar. Apalagi tanaman melon rentan terserang penyakit seperti jamur pengerek batang dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Karena itu kita biasanya menanam melon secara berpindah-pindah. Yakni untuk meminimalisir penyebaran siklus penyakit. Selain itu kita juga menerapkan teknik pola tanam tumpang sari. Jadi di sebelah melon kita tanam cabai. Agar jika melon gagal panen, masih ada hasil pengganti dari cabai,” katanya.