Konten dari Pengguna

Represi Politik dan Pembungkaman Suara Rakyat di Indonesia

Nur Adilah
Mahasiswi ilmu komunikasi universitas sultan Ageng Tirtayasa
5 November 2024 10:34 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Adilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nur Adilah
Ditengah kemajuan terkonologi dan informasi seperti sekarang,
foto dibuat oleh penulis canva (Nur Adilah)
banyak negara yang masih terjebak dalam praktik represi politik dan pembungkaman suara rakyat. Di Indonesia represi politik dan pembungkaman suara memiliki Sejarah mendalam dan merupakan bagian penting dalam Sejarah yang mencerminkan perjuangan Masyarakat dalam menghadapi kekuasaan yang menindas. Represi politik merupakan tindakan yang merujuk pada entitas negara yang mengendalikan warga negara karena alasan politik. Sedangkan pembungkaman suara rakyat berhubungan dengan usaha untuk menahan atau menghilangkan bentuk-bentuk eskpresi dan kritik yang berkembang di Masyarakat. Tindakan tersebut bertujuan untuk membungkam, mengekang, dan mengancam pihak-pihak tertentu, hal itu dapat menjadi faktor penghalang kebebasan berbicara dan berekspresi.
ADVERTISEMENT
Sejarah Singkat Represi Politik di Indonesia
Represi politik di Indonesia sudah ada sejak dahulu, yaitu sejak masa penajajahan hingga era reformasi dan seterusnya. Represi politik terjadi dalam berbagai priode Sejarah, serta dampaknya terhadap masyarakat dan perkembangan demokrasi .
Masa penjajahan
Kolonial Belanda yang berlangsung dari 1620-1942, kekuasaan dan penindasan sejak kedatangan voc, Belanda menerapkan sistem yang menindas melalui kerja paksa (rodi) dan pajak yang berat. Pelanggaran hak Asasi manusia, penangkapan dan esksekusi tanpa proses hukum kerap menjadi hal yang biasa. Belanda juga membatasi kebebasan berpendapat dan berorganisasi warga Indonesia, menekan segala bentuk kritik terhadap pemerintah kolonial, dan segala hal berupa perlawanan baik Secara fisik maupun gagasan dan menyuarakan untuk kebebasan merupakan tindakan yang dianggap melanggar.
ADVERTISEMENT
Pacsa kemerdekaan
Represi di era orde lama yang berlangsung dari 1945-1966, setelah kemerdekaan Indonesia mengalami ketegangan politik antara berbagai kelompok, termasuk PKI, militer, dan nasionalis. Pemerintah Soekarno menggunakan pendekatan otoriter untuk menanggulangi oposisi. hal ini juga ditandai oleh beberapa aspek penting yaitu: pembatasan kebebasan berpendapat, yang dimana pemerintah Soekarno memberlakukan kontrol ketat terhadap media dan kebebasan berekpresi. Pemberantasan Partai organisasi, ,konflik sosial dan kekerasan, dan juga penangkapan dan penahanan, yang dimana dalam kasus ini banyak aktivis politik, wartawan, dan tokok oposisi ditangkap tanpa proses hukum yang jelas.
Orde baru yang berlangsung dari 1966-1998 dengan Soeharto sebagai presiden orde baru menekankan stabilitas politik dan ekonomi. Namun, stabilitas ini dicapai dengan mekankan kebebasan berpendapat, menutup media, dan mengawasi organisasi Masyarakat.
ADVERTISEMENT
Era ini ditandai dengan kompleksitas dinamika politik, di mana tindakan represif pemerintah berujung pada kerusuhan dan perubahan kekuasaan yang dramatis pada tahun 1966.
Reformasi dan Era selanjutnya
Reformasi 1998, keterpurukan ekonomi dan tekanan dari Masyarakat menyebabkan Suharto mengundurkan diri. Era reformasi ini membawa harapan baru bagi warga Indonesia. Meskipun sudah memasuki era reformasi hal itu belum memungkinkan bahwa indonesia sudah masuk ke era yang Sejahtera, justru indonesia juga masih menghadapi berbagai tantangan untuk berdemokrasi diantaranya yaitu: korupsi, kepercayaan masyarakat terhadapa institusi pemerintah, dan kebebasan berpendapat.
Dari Sejarah Panjang represi politik di Indonesia, tentunya memiliki perubahan dari masa ke masa, seperti Tingkat represi yang ekstrem pada masa orde baru, dan berkurang represivitas pada era Reformasi. Kebebasan pers dan berpendapat, yaitu terjadinya peningkatan yang signifikan setelah Reformasi , meskipun dengan tantangan baru seperti berita palsu dan pengekangan terhadap jurnalis.
ADVERTISEMENT
Perubahan dalam represi politik di Indonesia mencerminkan perjalanan Panjang menuju demokrasi. Meskipun terdapat kemajuan yang signifikan, tantangan tetap ada, dan perhatian terus-menerus diperlukan untuk memastikan bahwa hak dan kebebasan semua warga negara terjamin.
Bentuk Bentuk Represi dan Pembungkaman Suara Rakyat
Represi dan pembungkaman suara rakyat dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk penangkapan dan pemenjaraan , penggunaan penahanan terhadap aktivis atau jurnalis yang mengkritik pemerintah. Sensor media, pembatasan informasi di media, baik cetak maupun daring, untuk mengontrol narasi yang disampaikan kepada publik. Banyak negara memberlakukan sensor ketat terhadap media yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah. Ancaman dan intimidasi, seperti penggunaan ancaman atau kekerasan terhadap individua tau kelompok yang mengkritik pemerintah seperti aktivis yang sering kali menghadapi intimidasi baik Secara fisik maupun psikologis.
ADVERTISEMENT
Contoh konkret yang menggambarkan situasi saat ini bisa dilihat dalam beberapa kasus di berbagai negara. Misalnya, di Myanmar, setelah kudeta militer, banyak jurnalis dan aktivis ditangkap atau dibunuh. Di Iran, protes terhadap pemerintah sering kali direspon dengan kekerasan, di mana demonstran ditangkap dan diintimidasi.
Di Indonesia, terdapat laporan mengenai penangkapan aktivis yang menyuarakan kritik terhadap kebijakan pemerintah, serta sensor terhadap media yang meliput isu-isu sensitif. Bahkan Sejarah kelam yang belum terjawab dari menghilang dan meninggalnya para aktivis di indonesia masih meninggalkan luka dalam dan tanda tanya besar hingga sekarang. Seperti Kasus meninggalnya Munir Said Thalib, seorang aktivis hak asasi manusia yang meninggal di dalam pesawat karena di racun pada tanggal 7 september 2004 dan hingga sekarang masih meninggalkan tanda tanya besar atas kematiannya. Siapa pelakunya? Dan siapa yang berhak bertanggung jawab atas kematiannya?
ADVERTISEMENT
Lalu kasus lainnya seperti kematiannya marsinah seorang aktivis dan buruh pabrik yang diculik setelah melakukan unjuk rasa untuk menuntut kenaikan upah buruh di PT. Catur putra surya dan ditemukan terbunuh pada 8 mei 1993. Mayatnya ditemukan di sebuah gubuk di wilangan, nganjuk, jawa timur dengan tanda-tanda penyiksaan berat. Pembunuhan marsinah menjadi salah satu kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di indonesaia dan menarik perhatian dunia.
Dari kasus meninggalnya para aktivis di Indonesia sering kali mencerminkan tantangan serius terhadap kebebasan berpendapat dan perlindungan hal-hal sipil. Upaya untuk mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi para korban sangat penting untuk mendukung demokrasi dan penegakan HAM di Indonesia.
Dampak terhadap Masyarakat dan Partisipasi Publik
ADVERTISEMENT
Represi politik memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat dan partisipasi publik dalam proses politik. Ketika pemerintah melakukan tindakan represif, seperti penangkapan aktivis atau sensor media, hal ini dapat menciptakan iklim ketakutan di kalangan Masyarakat yang dapat menghalangi mereka untuk berpartisipasi secara aktif.
represi politik sering kali membuat orang merasa tidak aman untuk mengekspresikan pendapat mereka. Ketakutan akan konsekuensi negatif, seperti penangkapan atau intimidasi, dapat mengurangi keberanian individu untuk terlibat dalam demonstrasi, debat publik, atau bahkan diskusi di media sosial. Akibatnya, suara-suara kritis yang seharusnya memperkaya diskusi politik menjadi semakin tereduksi.
ketika informasi dikendalikan atau disensor, masyarakat tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang isu-isu penting. Kurangnya akses terhadap informasi yang beragam menghambat kemampuan masyarakat untuk membuat keputusan yang terinformasi dan berpartisipasi dalam proses politik dengan cara yang bermakna.
ADVERTISEMENT
Dari sudut pandang opini publik, banyak orang mungkin merasa bahwa partisipasi mereka tidak ada artinya dalam konteks di mana suara mereka ditekan. Ini bisa menyebabkan apatisme politik, di mana warga merasa bahwa tidak ada perubahan yang mungkin terjadi, sehingga mereka enggan untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum atau kegiatan politik lainnya.
Secara keseluruhan, represi politik tidak hanya mengancam individu, tetapi juga merusak fondasi demokrasi dan partisipasi publik. Untuk membangun masyarakat yang aktif dan terlibat, penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung kebebasan berekspresi.
Peran Media dan Teknologi dalam membangkitkan suara rakyat
Di era sekarang ini, media dan teknologi memiliki peran penting yang sangat signifikan dalam dalam membangkitkan suara rakyat. Baik media tradisional maupun digital, memberikan platform bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat, berbagi pengalaman, dan mengorganisir aksi kolektif. Dengan adanya media sosial, informasi dapat tersebar dengan cepat, dan memungkinkan mobilitas lebih luas serta efisien.
ADVERTISEMENT
Namun, tantangan seperti penyebaran disinformasi dan kontrol terhadap konten juga muncul, yang memerlukan kewaspadaan dari pengguna. Secara keseluruhan memang media dan terkonologi berfungsi sebagai alat pemberdayaan, dan memungkinkan suara rakyat terdengar lebih kuat dalam proses pengambilan Keputusan.
Berikut contoh dari peran media dan teknologi dalam membangkitkan suara rakyat: aplikasi pengorganisasian, aplikasi seperti meetup dan slack digunakan aktivis untuk mengorganisir pertemuan, kampanye, dan aksi protes, sehingga dapat memudahkan kolaborasi dan komunikasi di antara anggota komunitas. Contoh ini menunjukan bagaimana media dan teknologi dapat memfasilitasi dari partisipasi aktif masyarakat dalam isu-isu yang mereka pedulikan.
Perjalanan menuju Masyarakat yang lebih terbuka memerlukan komitmen bersama untuk melawan represi dan pembungkaman , serta dapat membangun ruang bagi dialog yang konstruktif. Masyarakat yang bebas untuk menyuarakan pendapat dan kritik terhadap pemerintah dapat berkontribusi pada akuntabilitas dan transparansi. Kebebasan berpendapat adalah fondasi demokrasi yang sehat.
ADVERTISEMENT