Konten dari Pengguna

Diskusi Mitigasi Krisis Air

15 November 2017 13:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari sofria sofi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada kumparan onboarding batch 2 yang diselenggarakan selasa (15/11/2017) di Ballroom Kuningan City menghadirkan talkshow "Diskusi Mitigasi Krisis Air".
ADVERTISEMENT
Diskusi Mitigasi Krisis Air
zoom-in-whitePerbesar
Dalam diskusi ini menghadirkan Ari Mochamad selaku pembicara dari climate change governence advisor USAID, Andrew Hallatu selaku Public Affairs and Company Manager Coca-cola Indonesia, Pratomo selaku Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani dan Pak Joko selaku ketua kelompok masyarakat sumur resapan (Kabupaten Semarang).
Mas Ari mendapatkan kesempatan pertama untuk memaparkan tentang perubahan iklim yang terjadi di dunia. Dunia saat ini perlu concern terhadap fenomena perubahan iklim. Dalam konteks perubahan iklin di dalam pembangunan strategi adaptasi iklim harus ditangani dengan serius karena perubahan iklim membentuk tekanan pada kondisi masyarakat dunia. Ia menekankan pentingnya upaya mitigasi perubahan iklim dengan usaha mengurangu dampak efek rumah kaca. Selai. Itu, perlu adanya adaptasi masyarakat dengan cara upaya penyesesuaian, tata kelola pemerintahan dll. Karena pada dasarnya, isu tentang perubahan iklim ini adalah tanggung jawab dari setiap manusia yang tinggal di bumi.
ADVERTISEMENT
Andrew Hallatu menjelaskan peran perusahaan coca-cola dalam fenomena krisis air. Perusahaan coca-cola merupakan perusahaan penyedia produk berupa beverages. Dalam proses produksinya air memegang peranan penting karena 90% elemen dari coca-cola adalah air. Perusahaan coca-cola memiliki komitmen global dalam menangani krisis air dengan cara water conservation dengan slogan "for every drop we used we give one back".
Pratomo menjelaskan tentang pelaksanaan program "embung air" yang sejalan dengan program pemerintah. Embung air adalah konservasi dan irigasi pertanian dengan cara menabung air di musim penghujan dan memanfaatkannya di musim kemarau. Embung diibaratkan sebagai ember raksasa yang menampung air di bukit dengan teknologi geomembran. Embung air ini memberikan pengairan pada hasil pertanian yang tidak memerlukan energi listrik/pompa air karena memanfaatkan aliran gravitasi yang cakupannya mencapai hingga 1-2 km.
ADVERTISEMENT
Pak Joko memberikan cerita pengalamanya dalam mengelola sumur resapan Desa Patemon, Kabupaten Semarang. Di akhir 2012 terjadi krisis air bersih di daerah Patomon yang merupakan daeran industri kebanyakan menggunakan sumur bor. Ia bersama warga lainnya berinisiatif untuk membuat sumur resapan. Kemudian, atas bantuan dari perusahaan coca-cola sumur resapan semakin bertambah hingga saat ini dapat dimanfaatkan hingga 20 kepala keluarga.
Pada dasarnya isu mengenai krisis air dan perubahan iklim adalah tanggung jawab setiap orang. Coca-cola sebagai salah satu perusahaan global memiliki komitmen dalam membangun sumber daya alam di pedesaan melalui program kerjasama dengan pemerintah.