Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Memanusiakan Manusia Jakarta
14 November 2017 14:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Nur Fadhilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia yang kini berada di bawah kepemimpinan baru dengan gaya kepemimpinan yang baru pula. Jakarta kini bukanlah lembaran baru dari Jakarta kemarin atau bahkan masa lalu. Jakarta kini masih sama dengan Jakarta sebelumnya di mana ketimpangan masih menjadi isu utama.
ADVERTISEMENT
Anies Baswedan dalam acara kumparan Onboarding Batch 2 menyampaikan bagaimana ketimpangan masih menjadi persoalan yang terjadi di Jakarta. Ketimpangan masih menjadi permasalahan yang sudah hadir di Jakarta selama berdekade-dekade. Ketimpangan menurutnya cepat sekali berimplikasi dengan konflik-konflik sosial.
Ketimpangan menjadi persoalan yang bersanding dengan permasalahan lain, seperti lapangan pekerjaan, biaya hidup yang tinggi, masalah kesehatan, dan pendidikan.
Persoalan lainnya adalah pendidikan. Jakarta bagi Anies merupakan kota besar yang mana pendidikan menjadi salah satu isu yang luput dari permasalahan di Jakarta. Melalui pendidikan, manusia menjadi komponen penting dalam membangun Jakarta.
Dalam membangun Jakarta, Anies menyampaikan bahwa pendekatan yang ia gunakan adalah pendekatan "movement" atau dalam kata lain pendekatan gerakan. Pendekatan gerakan memiliki arti bahwa perlu ada hubungan antara pemerintah dan warga di mana keduanya harus saling terlibat dalam ikhtiar pembangunan.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan ini, ia menyampaikan bahwa ada 4 tingkat evolusi kota.
City 1.0: Pemerintah kota berperan sebagai administrasi dan warga sebagai penghuni.
City 2.0: Pemerintah kota berperan sebagai penyedia jasa dan warga sebagai konsumen.
City 3.0: Pemerintah kota berperan sebagai fasilitator dan warga sebagai partisipan.
City 4.0: Pemerintah kota berperan sebagai kolaborator dan warga sebagai ko-kreator.
Jakarta, menurut Anies, masih bergerak di fase 1.0 dan 2.0, sementara warganya sudah masuk 4.0. Artinya warga Jakarta memiliki konektivitas luar biasa yang memungkinkan pemerintah untuk masuk dan bergerak ke fase 4.0.
Inilah yang menjadi fokusnya dalam membangun Jakarta sebagai kota dengan memanusiakan warganya bukan hanya membangun infrastrukturnya, sebab yang membuat kota menjadi ada adalah manusianya, bukan bangunannya.
ADVERTISEMENT