news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Simbol Kekuatan Mistik: Nyai Kertareja dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk

Nur Habibah Mustofa
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9 Maret 2025 13:04 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Habibah Mustofa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Novel yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari pada tahun 80an merupakan trilogi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk, Jentera Bianglala, dan Lintang Kemukus Dinihari. Mengisahkan perjalanan seorang tokoh yang bernama Srintil untuk menjadi Ronggeng, tradisi turun menurun dalam sebuah dukuh terpencil, Dukuh Paruk.
ADVERTISEMENT
Srintil pertama kali memperlihatkan keahlian menarinya saat ia sedang bermain bersama Rasus dan dua teman lainnya di bawa pohon. Saat itu, kakek Srintil yang merupakan seorang tetua di Dukuh Paruk tidak sengaja melihatnya lalu ia melaporkan kejadian itu pada Dukun Ronggeng Dukuh Paruk, Kertareja. Awalnya dukun ronggeng itu tidak percaya bahwa telah kembali ronggeng ke dalam kampungnya itu setelah sekian lama, tetapi setelah Srintil menunjukkan aksinya barulah ia percaya. Menurut kakek Srintil, Srintil sudah dirasuki oleh Roh Indang Ronggeng yang menjadi wangsit dalam Dukuh Paruk itu.
Srintil yang sudah dirasuki Indang Ronggeng sebagai wangsit Dukuh Paruk langsung diserahkan kepada dukun Ronggeng di kampung tersebut, Nyai Kertareja. Nyai Kertareja sangat bersemangat mengasuh Srintil untuk benar-benar menjadi Ronggeng. Syarat yang dilakukan Srintil untuk menjadi Ronggeng sudah ia lakukan semua, seperti upacara pemandian dan bukak-klambu. Saat itu Srintil dengan senang hati menerimanya karena ia akan menjadi Ronggeng, namun tidak dengan syarat terakhir menjadi Ronggeng, yaitu bukak-klambu.
ADVERTISEMENT
Kertareja membuk sayembara untuk seluruh masyarakat dalam maupun luar Dukuh Paruk. Yang disayembarakan adalah keperawanan Srintil dimana ia baru memasuki remaja awal, 13 tahun. Namun, tidak ada pilihan lain sebagai syarat untuk menjadi Ronggeng. Srintil sudah berhasil melakukan semua syaratnya.
Nyai Kertareja yang berperan banyak dalam dunia peronggengan Srintil merasa harus mendapat imbalan terhadap apa yang sudah ia lakukan. Awalnya Srintil merasa baik saja dengan hal tersebut, namun saat dimana Srintil sadar bahwa Nyai Kertareja memijat perutnya sampai membuat indang telurnya mati, masa depan suram telah menghantui Srintil. Hal tersebut dilakukan Nyai Kertareja bukan tanpa alasan, demi karir Srintil menjadi Ronggeng.
Nyai Kertareja selalu menyalahgunakan kemampuan mistiknya terhadap Srintil supaya tidak ada lagi hubungan Srintil dengan Rasus. Selain itu, Nyai Kertareja yang selalu menerima orang-orang untuk meniduri Srintil bahkan sampai Memaksa Srintil supaya ia mau. Nyai Kertareja yang pernah berbohong kepada orang yang mau meniduri Srintil demi kalung berlian. Srintil merasa Nyai Kertareja sudah berlebihan terhadapnya sampai dimana ia sudah tidak mau menurut dengan Nyai Kertareja. Meskipun begitu, semua yang dilakukan Nyai Kertareja terhadap Srintil adalah demi karir Srintil menjadi Ronggeng. Sampai dimana Srintil sudah 'tidak sanggup' untuk menjalani kegiatan Ronggengnya
foto milik pribadi