Konten dari Pengguna

Surat Cinta Untuk Siswaku

Nur Hafni
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia
10 Februari 2022 17:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Hafni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari ini adalah hari Senin dan aku memulai pagi dengan penuh semangat. Aku membereskan isi tasku dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tidak lupa aku masukkan surat cinta yang sudah aku siapkan untuk para siswa di kelas. Aku selalu menyiapkan surat cinta setiap Senin untuk mereka. Aku adalah seorang guru pendidikan agama di sekolah dasar swasta yang ada di Bireuen, Aceh.
ADVERTISEMENT
Setibanya aku di sekolah, beberapa murid berhamburan menemuiku. Berjabat tangan, dan menanyakan kabarku hari ini. Tidak lupa aku menanyakan keadaan mereka juga. Berhubung mereka merupakan siswa kelas satu, aku pun harus menyesuaikan diri dengan cara mereka menyapa.
Setelah melakukan presensi finger print di kantor, aku menuju ruang kelas 6 yang terletak di lantai 3. Sebagai guru kelas, sudah seharusnya menemani dan mendampingi para siswa dari pagi sampai kelas berakhir di sore hari.
Hari ini aku akan mengajar pelajaran pendidikan agama di kelas 6 dengan materi akhlak terpuji. Materi ini terdiri dari empat sub materi, yaitu menghargai pendapat, simpati, dan hidup rukun.
Aku memulai kelas dengan berdoa sebelum belajar dan menanyakan kabar mereka. Tidak lupa aku menanyakan salat subuh mereka hari ini. Beberapa di antaranya mengakui bahwa mereka tidak salat subuh hari ini dengan beragam alasan yang dimiliki. Telat bangun, bahkan ada yang beralasan lupa.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai dengan sesi menanyakan kabar, aku melanjutkan kegiatan belajar mengajar dengan membentuk 3 kelompok yang terdiri dari 10 siswa pada setiap kelompok. Pada setiap kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki bakat berbeda-beda.
Kelas 6 ini lumayan beragama. Mulai dari hobi yang mereka miliki, kemampuan akademik, dan berbagai skill yang mereka kuasai. Beberapa dari mereka adalah anak-anak yang sangat suka belajar. Beberapa lainnya sangat suka membuat komik atau menggambar pemandangan. Sisanya merupakan anak-anak yang sangat aktif bergerak. Tidak bisa berdiam lama di tempat duduk, dan selalu ada saja aktivitas fisik yang mereka lakukan. Berjalan ke meja guru untuk mengambil tisu, atau bahkan mereka bisa main bola di kelas. Tidak jarang juga ada yang sangat suka mengganggu teman yang lain.
ADVERTISEMENT
Tugas kelompok hari ini adalah membuat peta konsep dari materi akhlak terpuji. Mereka saling bekerja sama, dan membantu satu sama lain di kelompoknya masing-masing. Ada yang membantu mencari bahan yang akan ditulis, ada yang membuat desain peta konsep, dan ada yang mengambil barang-barang yang dibutuhkan. Seperti kertas karton, origami dan gunting.
Setelah 30 menit, peta konsep itu selesai dan dipresentasikan ke depan oleh para anggota kelompok. Setelah menyampaikan apresiasi terhadap tugas kelompok, aku membuka sesi pertanyaan. Para siswa sangat antusias bertanya. Hingga sebuah pertanyaan dari seorang siswa "Ustazah. Hari ini kan hari Senin. Kita ga dapat surat cinta ya hari ini? Aku sudah menunggu seminggu untuk dapat surat cinta terbaru dari ustazah." Tiba-tiba aku tersadar belum membagikan surat cinta kepada mereka.
ADVERTISEMENT
Setiap hari Senin aku sengaja membuat surat cinta kepada mereka. Surat tersebut berisi tentang catatan afirmasi positif untuk diri mereka. Aku juga menyampaikan sikap baik yang mereka miliki. Aku bangga pada mereka.
Setiap siswa punya bakatnya masing-masing. Setiap siswa punya sikap baik yang kadang kita sering melupakannya. Seperti salah satu siswa yang sangat usil. Pertama kali masuk kelas 6 ini, ada satu siswa yang dengan sengaja melempar bola ke atasku. Ada juga siswa yang selalu mengeluarkan ucapan kasar. Ada yang punya kebiasaan duduk di atas meja.
Jika sikap ini terus kita biarkan, atau guru hanya menegur dengan lisan. Maka mereka akan terus mengulang kebiasaan itu tanpa mereka sadar apa yang sedang terjadi. Tentunya para siswa tersebut memiliki latar belakang penyebab mereka bersikap demikian. Pernah dikucilkan dan dianggap tidak bisa apa-apa. Tidak pernah adanya pembicaraan dari hati ke hati dengan mereka. Tidak adanya pendampingan yang baik.
ADVERTISEMENT
Menyadari hal ini, aku mencoba membuat surat cinta untuk semua siswa di kelas 6 ini. "Abang itu ganteng. Tendangan bola abang selalu tepat sasaran. Abang punya bakat seperti Cristian Ronaldo." Atau "Kakak cantik dan tinggi. Sempurna. Namun akan lebih sempurna lagi jika kakak selalu berbicara dengan nada sedang dan tidak mengucapkan bodoh untuk temannya."
Membaca itu membuat mereka tersenyum-senyum sendiri. Seiring berjalannya waktu, mereka berubah lebih baik. Sudah tidak ada lagi bola terbang di kelas. Tidak ada lagi kebun binatang di kelas.
Setiap manusia memiliki bakat. Setiap manusia pada dasarnya adalah orang-orang baik. Namun seringkali lingkungan yang membuat semua itu hilang dari diri kita.
Untuk para guru. Siswa adalah permata. Dampingi mereka untuk bersinar.
ADVERTISEMENT