Konten dari Pengguna

Ibu Hebatku: Pahlawan Tanpa Medal

NUR HANIFAH
Mahasiswa Penerbitan (Jurnalistik) di Politeknik Negeri Jakarta
9 Juni 2024 11:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NUR HANIFAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kedekatan seorang ibu dan anak yang sedang berada di sekitar rumah, Jakarta Timur. (Foto : Nurhanifah)
zoom-in-whitePerbesar
Kedekatan seorang ibu dan anak yang sedang berada di sekitar rumah, Jakarta Timur. (Foto : Nurhanifah)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ibu adalah sosok yang paling aku idolakan. Beliau adalah panutanku, sumber kasih sayang, dan kekuatan dalam hidupku. Dedikasi dan pengorbanannya yang tak kenal lelah telah membantuku menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan penuh rasa syukur.
ADVERTISEMENT
Walau sejak kecil, aku terbiasa dengan kesederhanaan. Tinggal bersama kedua orang tua dan kakak perempuan tercinta, aku dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Sejak dini, aku sudah terbiasa dengan kesibukan orang tua. Ibu, dengan penuh dedikasi, bekerja di pabrik dekat rumah untuk membantu ayah mencari nafkah.
Kesibukan ibu menuntutku untuk mandiri sejak dini. Sejak usia taman kanak-kanak, aku sudah terbiasa berangkat sekolah sendiri. Tak jarang, aku dititipkan pada tetangga saat orang tua sedang bekerja. Rasa haru dan iri sering kali muncul saat melihat ibu teman-teman menunggu di ruang kelas, menemani anaknya belajar. Aku hanya ditemani oleh guru di kelas, berbekal pesan dari ibu kepada para guru untuk menjagaku.
Kemandirian itu terus kujalani hingga menginjak bangku sekolah dasar. Meskipun terkadang ibu ingin menjemputku, aku selalu menolak. Melihat ibu harus berjalan kaki ke sekolah dan kembali membawa tasku yang berat, membuatku tak tega.
ADVERTISEMENT
Di balik kesibukannya bekerja, ibu tak pernah melupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Ia selalu memperhatikan kebutuhan dan memberikan kasih sayang kepada aku dan kakakku. Aku teringat betul saat aku masih kecil bahkan hingga aku menginjak dewasa, ibu selalu menyuapiku makan dengan penuh kasih sayang. Beliau selalu sabar dan telaten menemaniku belajar, meskipun terkadang aku membuatnya kesal karena kecerobohanku. Beliau selalu menjadi tempatku untuk berbagi cerita dan mendapatkan nasihat yang bijaksana.
Ibu juga tak segan untuk menyisihkan waktunya untuk bekerja sampingan di rumah sebagai penjahit. Kesibukan ibu tak pernah membuatnya lelah. Beliau selalu penuh semangat dan tak kenal lelah dalam bekerja demi masa depan anak-anaknya. Semangatnya bagaikan kobaran api yang tak pernah padam, membakar rasa kagum dan haru di dalam hatiku. Melihatnya bekerja keras dari pagi hingga malam, aku merasa kasihan sekaligus bangga memiliki ibu yang begitu hebat.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, ibuku bangun sebelum mentari menyapa, bersiap untuk memulai perjuangannya. Keringat membasahi dahinya, namun tak pernah menyurutkan semangatnya untuk memenuhi segala kebutuhanku. Ia bekerja tanpa henti, hanya beristirahat sejenak saat makan siang dan malam. Tatapan matanya yang lelah terkadang tak kuasa menyembunyikan rasa lelahnya.
Aku seringkali melihat ibuku kelelahan dan meminta untuk dipijat. Aku pijat pundaknya dengan penuh kasih sayang, merasakan setiap ototnya yang kaku dan lelah. Di saat itu, air mata haru tak kuasa aku bendung. Aku merasa begitu sedih melihat ibuku bekerja begitu keras untukku.
Namun, di balik rasa sedih itu, aku juga merasa sangat bangga memiliki ibu yang begitu hebat. Ia adalah pahlawanku, sosok yang selalu berkorban demi kebahagiaanku. Dedikasi dan pengorbanannya telah membantuku menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan penuh rasa syukur.
ADVERTISEMENT
Meski diliputi rasa bangga, terkadang aku juga merasa sedih karena waktu yang ibu berikan untukku terasa sedikit. Kesibukannya membuatnya tak selalu bisa menemaniku bermain atau belajar. Namun, aku sadar bahwa semua itu dilakukannya demi masa depanku yang lebih baik.
Ibu bekerja hingga rasa haru dan khawatir bercampur aduk di dalam hatiku saat melihat ibuku kelelahan dan mengeluarkan darah dari hidungnya. Mimisan yang dialaminya membuatku tak kuasa menahan rasa sedih dan kasihan. Aku segera menemaninya ke rumah sakit, dan dokter pun mengabarkan bahwa ibu terkena darah tinggi.
Kejadian itu membuatku semakin terpacu untuk membantu ibu. Aku tak ingin ibu terus bekerja keras dan membahayakan kesehatannya. Aku selalu membantunya dalam membersihkan rumah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan memastikan ia memiliki waktu istirahat yang cukup.
ADVERTISEMENT
Sosok ibuku tak hanya hebat dalam bekerja dan mengurus rumah tangga, tetapi juga dalam ketaatannya beribadah. Salah satu kenangan yang selalu membekas dalam ingatanku adalah kebiasaan ibu sholat di tengah malam. Di sepertiga malam yang sunyi, aku sering terbangun mendengar suara ibu berdoa dengan khusyuk.
Air mata haru sering kali menetes di pipiku saat melihat pengorbanan ibu. Ibu adalah pahlawanku, dan aku akan selalu menyayangimu.

Terima Kasih, Ibu

Aku ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibuku tercinta. Terima kasih atas kasih sayang, pengorbanan, dan didikan yang telah ibu berikan kepadaku. Ibu adalah pahlawanku, dan aku akan selalu menyayangimu.
Aku berjanji akan selalu membuat ibu bangga. Aku akan belajar dengan giat dan bekerja keras untuk mencapai cita-citaku. Aku juga akan selalu menjadi anak yang berbakti dan selalu membantu ibu di rumah.
ADVERTISEMENT
Bagi para ibu di seluruh dunia, aku ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Ibu adalah pahlawan bagi anak-anaknya. Dedikasi dan pengorbanan ibu tak ternilai harganya. Mari kita jaga dan lindungi ibu-ibu tercinta, karena tanpa mereka, hidup kita tak akan berarti apa-apa.