Konten dari Pengguna

Gambaran Kehidupan Masyarakat Pasca Kemerdekaan pada Naskah Drama Awal dan Mira

Muhamad Nur Iqbal
Guru Bahasa Indonesia
9 Desember 2020 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Nur Iqbal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Google.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Google.
ADVERTISEMENT
Karya sastra terlahir sebagai hasil dari proses kreatif manusia yang mampu mengabadikan, merepresentasikan, dan memotret segala sesuatu yang ada pada masyarakat. Hal tersebut terjadi karena terdapat hubungan yang hakiki antara karya sastra dan masyarakat. Hubungan yang dimaksud adalah; a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, d) hasil karya itu dimanfaatkan lagi oleh masyarakat (Nyoman, 2009:60). Atau singkatnya pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan karya sastra merupakan cerminan realitas kehidupan pengarang itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Proklamasi kemerdekaan merupakan tonggak awal berdirinya negara Indonesia. Dengan dibacakannya proklamasi oleh presiden Soekarno, secara sah Indonesia berdiri sebagai sebuah negara. Hal-hal sesudah proklamasi kemerdekaan merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dibicarakan. Karena di masa itu masyarakat sedang membangun negara, disisi lain segala hal mengenai perang masih melekat diingatan masyarakat.
Melalui drama, baik membaca naskahnya ataupun menonton pementasannya, orang-orang dimasa sekarang dapat mengetahui serta merasakan bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia di masa silam. Banyak naskah drama yang diciptakan oleh para pengarang Indonesia yang menceritakan kondisi negara sesudah kemerdekaan. Hal itulah yang ditunjukan oleh Utuy Tatang Sontani tentang kehidupan masyarakat Indonesia pasca kemerdekaan dalam naskah dramanya yang berjudul "Awal dan Mira".
ADVERTISEMENT
Starata Sosial Pasca Kemerdekaan pada Naskah Drama "Awal dan Mira"
Strata sosial atau pengkelasan masyarakat merupakan sesuatu yang ada pada masyarakat Indonesia sejak dahulu, atau dapat dikatakan sejak zaman kerajaan. Strata sosial yang terjadi ialah pengkelasan masyarakat berdasarkan pendidikan, keturunan, harta, dan jabatan. Seseorang yang memiliki pendidikan, keturunan, harta, serta jabatan yang tinggi, maka akan semakin tinggi pula derajat orang tersebut. Pengkelasan masyarakat tersebut masih terus terjadi hingga pada masa orde lama atau sesudah kemerdekaan.
Pengkelasan masyarakat digambarkan di naskah drama ini dengan profesi dan riwayat pendidikan serta keturunan para tokohnya. Tokoh Mira digambarkan sebagai seorang pedangang yang hidup bersama ibunya yang sudah tua di rumah bambu. Mereka menjalani hidup dengan membuka kedai kopi diserambi muka rumahnya. Disisi lain, tokoh Awal pada cerita digambarkan sebagai seseorang keturunan keluarga kelas atas, serta tokoh ini di gambarkan pula memiliki pendidikan yang tinggi. Dari penggambaran kedua tokoh diatas, serta dialog antar para tokoh yang ada, secara eksplisit hal tersebut menggambarkan tentang tingkatan atau strata sosial, serta mempertegas bahwa strata sosial merupakan sesuatu yang ada dan berlaku pada masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Trauma Peperangan
Peperangan dapat dikatakan merupakan sejarah kelam bagi sebuah negara, termasuk Indonesia. Hal tersebut terjadi karena perang membuat banyak nyawa hilang, serta kerugian yang tidak sedikit baik materiel maupun nonmateriel. Karena itulah peperangan sangat membekas pada ingatan para pelaku serta korbannya. Hal itu pulalah yang ditunjukan oleh naskah drama ini.
Pada naskah drama ini, digambarkan pada dialog antartokohnya bahwa peperangan menyisakan kesan tersendiri. Hal tersebut dibuktikan dengan salah satu adegan dalam cerita yang memperdengarkan siaran radio yang berisikan pidato seorang perempuan, bahwa perempuan harus bisa berjuang berdampingan bersama laki-laki dalam membangun negara pasca peperangan. Selain itu, pada sebuah dialog antartokohnya, digambarkan bahwa pada peperangan tidaklah ada pengkelasan sosial, baik golongan atas dan bawah sama-sama menenteng senjata untuk berperang. Adegan-adegan tersebut mampu menggambarkan tentang bagaimana peperangan berpengaruh dalam kehidupan pelaku dan korbannya, baik ketika atau sesudah peperangan terjadi.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Kutha Ratna, Nyoman. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar