2 Mahasiswi Indonesia Kibarkan Merah Putih di Puncak Antartika

5 Januari 2017 18:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Puncak Vinson Massif, Antartika (Foto: Mahitala, Unpar)
zoom-in-whitePerbesar
Puncak Vinson Massif, Antartika (Foto: Mahitala, Unpar)
Tim pendaki wanita dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Parahyangan (Mahitala Unpar) berhasil menapaki puncak tertinggi Antartika. Mereka dilaporkan tiba di puncak gunung Vinson Massif (4.892 mdpl) pada Rabu (4/1) pukul 23.48 waktu setempat atau pukul 09.48 WIB hari ini.
ADVERTISEMENT
Alunan musik angklung yang dibawa tim Women of Indonesia's Seven Summit (Wissema) turut menggema mengiringi pengibaran bendera merah putih di puncak Vinson Massif. Tim yang beranggotakan Fransiska Dimitri Inkiriwang (23) dan Mathilda Dwi Lestari (23) ini tiba dengan selamat.
Jubir Wissema, Nadya A Pattiasina mengatakan, tim mulai melakukan pendakian menuju puncak pada Rabu (4/1) pukul 12.00 waktu setempat. Mereka menempuh jarak 14 km selama 12 jam dengan cuaca cerah namun angin kencang. Suhu udara begitu dingin mencapai -33°C.
"Untuk mencapai puncak Vinson Massif, Tim Wissemua telah melalui perjalanan panjang sejak tanggal 1 Januari," ujar Nadya dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Kamis (5/1).
Puncak Vinson Massif, Antartika (Foto: Mahitala, Univeristas Parahyangan)
zoom-in-whitePerbesar
Puncak Vinson Massif, Antartika (Foto: Mahitala, Univeristas Parahyangan)
Tim sempat beristirahat di Low Camp dengan ketinggian 2.800 mdpl. Mereka melanjutkan aklimatisasi (kegiatan untuk adaptasi tubuh) sekaligus melakukan load carry ke High Camp (3.770 mdpl) keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
Perjalanan menuju High Camp tidaklah mudah. Suhu udara selama perjalanan mencapai -30°C disertai hujan salju. Dengan elevasi 1.020 m dan kemiringan mencapai 45 derajat, tim harus menggunakan bantuan fixed ropes untuk mencapai titik ini.
"Dengan ini pula, Tim Wissemu mencatatkan diri sebagai dua orang perempuan Indonesia pertama yang menapakkan kakinya di Puncak Gunung Vinson Massif," ujarnya.
Rektor Unpar, Mangadar Situmorang memberikan apresiasi atas perjuangan kedua mahasiswi jurusan Hubungan Internasional itu.
"Terimakasih telah mewujudkan mimpi Unpar dan bangsa Indonesia. Khususnya untuk membuktikan kepeloporan dan kejuangan perempuan Indonesia," ujarnya.
Negara terdekat dengan Benua Antartika adalah Chile. Titik terakhir sebelum menuju Benua Antartika adalah Punta Arenas yang dapat ditempuh selama sekitar 3,5 jam dengan pesawat dari Santiago.
ADVERTISEMENT
Mahasiswi Unpar di Antartika (Foto: Mahitala, Universitas Parahyangan)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswi Unpar di Antartika (Foto: Mahitala, Universitas Parahyangan)
Benua Antartika tempat Gunung Vinson Massif berada adalah benua paling terisolasi sekaligus paling bersih di dunia. Untuk menjaga kesterilan benua ini setiap tahunnya hanya sedikit orang yang bisa mendapatkan izin masuk benua ini yang kebanyakan adalah para peneliti.
"Karena sedikitnya orang yang bisa masuk dalam benua ini maka dalam perjalan kali ini Tim Wissemu juga diharuskan untuk membawa beban tambahan dalam sled yang berisikan keperluan logistik yang beratnya mencapai 20 kg," ujar Nadya.
Puncak Vinson Massif merupakan salah satu dari 7 puncak tertinggi di 7 lempeng benua. Selama ini seven summits kerap diartikan sebagai tujuh gunung tertinggi di dunia.
Seven summits terdiri dari Gunung Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) di Papua mewakili Lempeng Australasia, Gunung Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia yang mewakili Lempeng Eropa, Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Tanzania yang mewakili Lempeng Afrika, Gunung Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina yang mewakili Lempeng Amerika Selatan, Gunung Vinson Massif (4.892 mdpl) di Antartika yang mewakili Lempeng Antartika, Gunung Denali (6.190 mdpl) di Alaska yang mewakili Lempeng Amerika Utara dan Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal yang mewakili Lempeng Asia.
ADVERTISEMENT