Alih-alih Full Day School, Pemerintah Diminta Perbaiki Suasana Belajar

17 Juni 2017 12:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Diskusi di Gado-gado Boplo (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi di Gado-gado Boplo (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
Pengelola Sekolah Highscope Indonesia, Antarina F Amir, menilai penambahan jam belajar anak didik menjadi delapan jam dalam satu hari kurang tepat jika tujuannya untuk mengembangkan karakter anak didik. Menurut Antarina, memperbaiki suasana dalam proses belajar mengajar justru lebih memberi dampak positif.
ADVERTISEMENT
"Atmosfer suasana belajar ini sangat berdampak sekali," ujar Antarina dalam diskusi di Gado-Gado Boplo Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/6).
Ia mengatakan, dalam prosesnya, sekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi anak didik. Selain itu, guru harus lebih kreatif ketika menyampaikan materi tanpa harus menjelaskan bahwa materi yang diajarkannya itu bertujuan mengembangkan karakter. Misalnya, mengajarkan secara langsung bagaimana belajar bekerjasama.
"Lebih baik kalau menurut saya, konsen pada itu (memperbaiki atmosfer di sekolah). Dengan cara itu akan terjadi pengembangan karakter, karena ketika (murid) akan bekerjasama dengan yang lain, penguatan value (nilai) dan etika akan masuk ke situ (ke anak)," kata dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Antarina juga menyoroti soal hukuman terhadap anak didik. Saat ini, hukuman bagi anak didik yang melakukan kesalahan, masih kerap dilakukan. Padahal, hukuman bagi anak didik bukan solusi yang tepat karena akan mempengaruhi kepercayaan diri anak didik tersebut.
Menurut Antarina, seharusnya penekanannya bukan pada menerapkan sanksi terhadap anak didik, tetapi bagaimana agar anak didik bisa mengakui kesalahan yang dibuatnya. Mereka juga harus sadar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
Namun, untuk menanamkan nilai kepercayaan diri itu terlebih dahulu harus membuat anak didik merasa nyaman berada di tempat belajar.
"Tidak boleh ada hukuman, tapi guru harus memberikan inspirasi, karena hukuman larinya ke kepercayaan diri. Kalau nyaman, larinya anak jadi percaya diri lebih dan jujur," kata Antarina.
ADVERTISEMENT