Saudi Tetapkan Pihak yang Terhubung dengan Qatar sebagai Teroris

9 Juni 2017 7:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Doha, Qatar (Foto: REUTERS/Naseem Zeitoon)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Doha, Qatar (Foto: REUTERS/Naseem Zeitoon)
ADVERTISEMENT
Empat negara Arab yang memutuskan hubungan dengan Qatar menetapkan puluhan orang dengan dugaan punya hubungan dengan Qatar sebagai teroris. Mereka mengintensifkan pengamanan yang mengancam stabilitas wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, yang melansir kantor berita Saudi, Jumat (9/6), Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir dan Bahrain, menetapkan 59 orang sebagai teroris. Termasuk dalam 59 tersebut, pemimpin spiritual Ikhwanul Muslimin Yousef al-Qaradawi, dan 12 entitas, di antaranya adalah badan amal Qatar yang didanai Qatar Charity dan Idul Fitri.
Pengumuman tersebut meningkatkan tekanan pada Qatar. Ini mengikuti daftar sebelumnya dari sejumlah organisasi pada tahun 2014 oleh Arab Saudi dan UEA dalam pertengkaran sebelumnya dengan Qatar.
Seorang pejabat Qatar menolak memberi komentar terkait hal ini. Namun dia menyebut, Qatar mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB dalam melawan terorisme termasuk memberantas sumber pendanaan untuk terorisme.
ADVERTISEMENT
Di antara 18 Qataris yang disebut adalah pemodal terorisme dan juga pengusaha terkemuka, politisi, dan anggota senior keluarga yang berkuasa termasuk seorang mantan menteri dalam negeri.
Abdel Hakim Belhadj, mantan komandan Islam Libya, adalah satu dari lima warga Libya yang terdaftar. Sementara Qaradawi dan mahasiswi pengkhotbah Salafi Wagdi Ghoneim termasuk di antara 26 warga negara Mesir.
Daftar tersebut juga mencakup kelompok militan Syiah di Bahrain yang terlihat oleh beberapa pemerintah Teluk Arab yang terkait dengan Iran termasuk Saraya Ashtar, Saraya Mukhtar.
Daftar tersebut juga menyebutkan tiga warga Kuwait, dua orang Yordania, dua warga Bahrain, Emirati, seorang Saudi dan seorang warga Yaman.
ADVERTISEMENT
Qatar Tolak Tawaran Perundingan dari AS
Sementara itu di sisi lain, pemimpin Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Tsani, menolak mediasi yang ditawarkan Amerika. Emir Qatar itu tak akan menghadiri undangan Presiden Donald Trump untuk menghadiri perundingan damai di Washington.
"Emir tidak memiliki rencana untuk meninggalkan Qatar sementara negara tersebut berada di bawah blokade," kata pejabat tersebut.
Apalagi pada Rabu (7/6) lalu, Trump memposting cuitan menyerang Qatar. Meskipun setelahnya, Jubir Pentagon, Capt Jeff Davis, memuji Qatar dengan menyebut negara itu memiliki komitmen abadi terhadap keamanan regional.