Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
NASA Ungkap 7 Planet Mirip Bumi, 3 di Antaranya Layak Huni
23 Februari 2017 7:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Sebuah temuan besar dalam ilmu astronomi tercatat hari ini. Badan antariksa Amerika Serikat, NASA, melalui Spitzer Space Telescope, mengungkap keberadaan sistem tata surya yang bersebelahan dengan Galaksi Bima Sakti. Ia memiliki tujuh planet yang ukurannya mirip Bumi dan tiga di antaranya layak huni.
NASA mengatakan ketiga planet itu berpotensi layak huni karena diprediksi memiliki air car, sebuah kunci kehidupan seperti yang ada di Bumi. Ketiganya juga diprediksi memiliki atmosfer yang tempat.
Tujuh planet tersebut berada alam sebuah sistem tata surya yang diberi nama Galaksi Trappist-1.
"Penemuan ini bisa jadi bagian penting dalam teka-teki untuk menemukan lingkungan layak huni, tempat-tempat yang kondusif untuk hidup," kata Thomas Zurbuchen, Associate Administrator dari Direktorat Misi Sains di Washington. "Menjawab pertanyaan 'apakah kita sendirian' adalah prioritas ilmu dan menemukan begitu banyak planet-planet seperti ini untuk pertama kalinya di zona layak huni merupakan langkah luar biasa maju menuju tujuan itu."
ADVERTISEMENT
Galaksi Trappist-1 berada nun jauh di sana, 40 tahun cahaya dari Bumi. Sistem planet ini relatif dekat dengan sistem tata surya kita. Planet-planet yang berada di luar sistem tata surya kita biasa disebut exoplanet.
Nama Trappist-1 merupakan singkatan dari The Transiting Planets and Planetesimals Small Telescope (TRAPPIST), yang pertama kali diberikan di Chile pada Mei 2016. Waktu itu, para peneliti mengumumkan Trappist memiliki tiga planet. Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan memanfaatkan beberapa teleskop di darat, termasuk Very Large Telescope dari European Southern Observatory.
Tim yang mengoperasikan Spitzer Space Telescope awalnya membenarkan ada dua planet dalam sistem tata surya tersebut, kemudian ditemukan lima planet tambahan, sehingga meningkatkan jumlah planet dalam Trappist-1 menjadi tujuh.
ADVERTISEMENT
Tim Spitzer Space Telescope kemudian mengukur ukuran dari tujuh planet itu memanfaatkan teleskop inframerah mereka. Berdasarkan kepadatan mereka, planet dalam Trappist-1 cenderung berbatu. Kini, penelitian selanjutnya akan lebih memfokuskan soal kemungkinan keberadaan air di sana, dan planet mana saja yang kaya dengan air cair.
Dalam penjelasan NASA, tujuh planet dalam Trappist-1 mengorbit lebih dekat dengan bintang induk mereka daripada jarak mengorbit Merkurius dengan Matahari kita. Planet-planet di Trappist-1 berada sangat dekat satu sama lain.
NASA mengatakan, jika seseorang berdiri di salah satu permukaan planet pada Trappist-1, mereka bisa melihat dan berpotensi melihat fitur geologi atau awan dari planet tetangga. Bisa jadi planet tetangga itu terlihat lebih besar dibandingkan Bulan jika dilihat dari Bumi.
ADVERTISEMENT
Ada yang menarik dari planet di Trappist-1. NASA mengatakan sistem pasang surut pada planet di Trappist-1 semuanya terkunci, itu berarti sisi yang sama dari planet akan selalu menghadap ke bintang induk. Dan oleh karena itu, siang hari dan malam hari akan abadi di semua planet dalam sistem Trappist-1. NASA juga menyimpulkan bahwa cuaca di sana benar-benar tidak seperti di Bumi. Tak ada angin kencang yang berubah dari siang ke malam hari atau perubahan suhu ekstrem.
Teleskop NASA Hubble Space Telescope kini juga turut meneliti planet-planet dalam sistem bintang yang layak huni itu. Pengamatan itu bertujuan untuk mengetahui kandungan hidrogen di atmoster dan kandungan gas lain yang ada di sana.
"Sistem Trappist-1 memberi salah satu peluang terbaik untuk dekade berikutnya dalam mempelajari atmosfer di sekitar planet seukuran Bumi," kata Nikole Lewis, pemimpin dalam studi Hubble dan astronomi di Space Telescope Science Institute di Baltimore, Maryland.
Amerika Serikat berjanji mengerahkan sumber daya alat dan tim peneliti astronomi lain dalam Kepler, Jet Propulsion Laboratory (JPL), dan nanti ada James Webb Space Tekescope di tahun 2018 yang akan membantu penelitian Trappist-1. Webb dirancang agar turut mengamati kandungan kimia pada air, metana, oksigen, ozon, dan komponen lain pada atmosfer planet di Trappist-1. Webb juga akan menganalisis suhu dan tekanan permukaan.
ADVERTISEMENT