Peneliti IPB Duga Hewan Raksasa di Maluku adalah Paus Sperma Bergigi

11 Mei 2017 19:27 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Cumi-cumi raksasa (Foto: Dok. Kodam Pattimura )
zoom-in-whitePerbesar
Cumi-cumi raksasa (Foto: Dok. Kodam Pattimura )
Belum ada kesimpulan jenis binatang raksasa yang terdampar di peisisir pantai di Kabupaten Seram Barat, Maluku. Sementara menurut peneliti IPB, Mohammad Mukhlis Kamal, binatang tersebut adalah paus sperma bergigi.
ADVERTISEMENT
"Itu paus sperma jenis paus bergigi. Nama latinnya Physeter macrocephalus," ujar Mukhlis saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Kamis (11/5) petang.
Menurut Mukhlis, gading sepanjang 5 meter yang menonjol dari tubuh binatang tersebut menunjukkan bahwa dia adalah golongan paus bergigi. Menurutnya paus sperma jenis ini ukurannya dapat mencapai 12 meter.
Cumi-cumi raksasa (Foto: Dok. Kodam Pattimura )
zoom-in-whitePerbesar
Cumi-cumi raksasa (Foto: Dok. Kodam Pattimura )
Mukhlis tidak heran dengan kemunculan binatang raksasa itu. Sebab Indonesia adalah jalur lintasan mamalia yang menyeberang dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik atau sebaliknya.
"Di daerah sana banyak binatang yang sering terdampar. Orang lokal sudah tahu. Cuma ini jadi heboh karena ukurannya raksasa," ujar.
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini mengatakan, ada beberapa kemungkinan penyebab paus sperma tersebut terdampar. Di antaranya karena sakit atau tersesat saat keasyikan mencari makan hingga terdampar di perairan dangkal.
ADVERTISEMENT
Gading dari hewan raksasa di Maluku. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Gading dari hewan raksasa di Maluku. (Foto: Dok. Istimewa)
Mukhlis menjelaskan, paus tidak melihat sesuatu dengan mata, melainkan menggunakan organ melon yang berada di otaknya. Melon akan melancarkan impuls yang begitu mengenai suatu objek akan dikembalikan lagi ke otak. Objek yang dimaksud bisa saja musuh, lokasi perairan atau penunjuk arah.
"Jadi kalau dia terdampar di perairan dangkal, kemungkinan organ melonnya terganggu. Sederhananya, sistem navigasinya terganggu," terangnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP, Andi Rusandi, mengatakan, saat ini timnya masih berada di lokasi untuk mencari tahu apa jenis binatang yang dimaksud.
"Belum ada kesimpulan itu binatang apa," ujar Andi kepada kumparan.