Konten dari Pengguna

Remeh Tapi Sangat Berpengaruh? Itulah Basa Basi

Nur Lina Eryanti
Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang
22 November 2021 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Lina Eryanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku "Basa Basi yang Tak Basi" karya Nopitasari
zoom-in-whitePerbesar
Buku "Basa Basi yang Tak Basi" karya Nopitasari
ADVERTISEMENT
Judul : Basa Basi yang Tak Basi
Penulis : Nopitasari
ADVERTISEMENT
Penerbit : C-Klik Media, Jakarta Timur
Cetakan : Pertama, 2021
Tebal halaman : xii + 149
Peresensi : Nur Lina Eryanti
Buku “Basa Basi yang Tak Basi” karya Nopitasari ini membahas bagaimana mengubah basa basi yang membosankan menjadi obrolan sopan dan menyegarkan. Nopitasari merupakan seorang perempuan kelahiran Karanganyar yang menggeluti dunia penerbitan sejak tahun 2017. Ia juga menjadi penulis lepas. Beberapa tulisannya sudah diterbitkan baik secara indie maupun mayor.
Buku cetakan pertama ini, berisi tentang beberapa topik basa basi yang sering dibicarakan dan cara menghadapinya. Di dalamnya, pembaca diposisikan dalam 2 sudut pandang, yaitu penanya dan lawan bicaranya. Beberapa tips juga diberikan mengenai cara merespons basa basi dengan sopan. Penanya yang mengerti maknanya akan merasa segan dan beralih pada topik lain. Penulis pun menambahkan berbagai macam emosi yang muncul saat dilakukannya basa basi.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa alasan kenapa seseorang harus berbasa-basi, salah satunya adalah membangun hubungan. Hubungan selalu dimulai dari komunikasi. Dari sini, obrolan akan tercipta dengan sendirinya. Melalui hubungan yang terjalin, seseorang bisa mendapatkan informasi dan relasi. Selain itu, basa basi dapat menunjukkan sikap peduli terhadap sesama. Kepedulian dapat disalurkan dengan berbagai cara. Menjadi pendengar yang baik dengan menyediakan bahu, telinga, dan hati yang luas merupakan salah satunya.
Ada yang mengatakan jika seseorang tidak akan bisa menghargai orang lain, sebelum menghargai dirinya sendiri. Orang yang seperti itu tidak memiliki rasa percaya diri, hingga membuat orang lain tersakiti. Jangan sampai merugikan orang lain hanya karena kekesalan pada dunia. Di sini, Nopitasari mengajak pembaca untuk bisa menerima, mensyukuri, dan menghargai diri sendiri agar tidak mengembangkan bibit penyakit hati, baik dalam diri maupun orang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam obrolan antar perempuan, sering kali isinya berkaitan dengan gosip atau kondisi pribadi seseorang. Orang yang masuk dalam lingkaran gosip juga tak lepas dari topiknya. Saat ditanya, “kamu gendutan, Ya?”, pertanyaan tersebut bisa terasa berbeda di telinga pendengar. Walaupun si penanya mungkin melakukannya dengan spontan karena rasa penasaran sesaat, namun lawan bicaranya mungkin saja merasa sedih, marah, bahkan kecewa pada dirinya sendiri sebab kerja kerasnya tidak membuahkan hasil.
Bagi seorang mahasiswa, pertanyaan, “kapan lulus?” merupakan sebuah momok yang terus menghantui, terutama bagi yang sudah melewati periode normal. Banyak yang mengatakan bahwa mahasiswa adalah zona nyaman sebelum menjadi seorang pekerja. Saat ditanyai, beberapa orang juga akan menjawabnya dengan “Kita sudah berusaha, Tuhan yang menentukan,” sebagai alasan untuk menghindari pertanyaan. Ketika perasaan masih berkecamuk, penawaran bantuan adalah gerakan yang tepat untuk menenangkan hatinya.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa juga dekat dengan kata “pacaran”. Setidaknya, tujuh dari sepuluh mahasiswa sudah mengalami asmara cinta antar jurusan, fakultas, atau bahkan universitas. Karena banyaknya anak yang pacaran, seorang jomblo dianggap kuno dan tidak dewasa. Padahal, sebenarnya menjadi jomblo juga tidak salah. Menurut Nopitasari, memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, waktu untuk fokus menjalani kuliah atau bisnis, ruang untuk introspeksi diri, menghargai diri sendiri, dan menikmati quality time merupakan alasan seseorang belum bertemu dengan pasangan terbaiknya.
Ketika ditanya pertanyaan mengenai “jomblo,” seseorang bisa menanggapinya dengan sopan dan sabar agar tidak mengundang energi permusuhan. Katakan saja bahwa mereka perlu memantaskan hati dan mencintai diri. Sebenarnya, menjadi seorang single tidaklah buruk. Hal itu dapat membuktikan bahwa seseorang itu berprinsip serta berfokus pada kewajiban dan tanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Melalui buku ini, pembaca diajarkan untuk selalu berpikir kritis, kreatif, dan mengeluarkan kata-kata positif yang dapat membantu orang lain agar lebih happy dan nyaman. Suasana pertemanan yang membaik dapat memberikan dampak yang sangat bagus terhadap psikis. Prinsip dan gaya hidup orang lain pun tidak sepantasnya dihakimi karena hanya diri sendirilah yang dapat melakukannya. Semua hal tersebut dapat dilakukan selama selalu menerapkan untuk menghargai diri dan juga orang lain.
Buku ini memiliki cover berwarna cerah dan tidak memiliki terlalu banyak halaman, sehingga cocok untuk orang yang suka menghabiskan waktu luangnya dengan membaca buku. Topik bahasan dijelaskan secara runtut melalui 12 bab yang saling berkaitan. Alurnya sangat mudah dipahami dengan gaya bahasa yang kekinian. Apalagi dengan adanya gambar yang selalu menghiasi halaman sebagai gambaran umum dan penjelas topik yang akan dibahas. Terdapat pula “kolom cerita” di setiap akhir bab yang membantu mengekspresikan masalah terkait topik bahasan.
ADVERTISEMENT
Walaupun buku ini sangat menarik untuk dibaca, namun terdapat beberapa kesalahan pada penulisan. Salah satunya berada pada halaman 40 paragraf kelima. Selain itu, beberapa penulisan kata berulang muncul di paragraf yang sama. Penulisan tersebut tidak hanya ditemukan di dalam satu atau dua bab saja. Tentunya, hal ini akan lebih baik jika diubah dengan sesuatu yang baru sehingga terlihat bervariasi.
Buku ini sangat cocok bagi orang yang tidak mengerti bagaimana cara berbasa basi atau bosan dengan obrolan yang monoton. Terlebih pada remaja yang sedang kebingungan dengan dunia barunya. Basa basi ini dapat direalisasikan dimanapun ada orang berkumpul. Dengan begitu, dilema dalam menghadapi kondisi tak terduga saat ditanya hal-hal tersebut akan berkurang, serta kehidupan bersosial dan perbaikan moral juga akan semakin membaik.
ADVERTISEMENT
Nama : Nur Lina Eryanti
Tempat Tanggal lahir : Sidoarjo, 30 Juni 2004
Alamat : Kota Malang, Jawa Timur