Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Sejengkal Lebih Dekat dengan Dramawan Akhudiat
8 Desember 2020 12:19 WIB
Tulisan dari Nur Qoyimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Akhudiat merupakan dramawan asal Jawa Timur yang lahir di desa Karanganyar, Banyuwangi pada tanggal 5 Mei 1946. Ia merupakan penulis naskah drama tahun 1970-an dan sering memenangkan sayembara kepenulisan.
ADVERTISEMENT
Sastrawan yang sering disebut Diat ini mulai terjun dalam dunia kepenulisan sejak dirinya bersekolah di Pendidikan Guru Agama Negeri IV pada tahun 1976. Ia meyakini seni teater dan tari akan tetap berkutat dengan peran manusia. Karena keduanya berasal dari alam primordial yang sama, yaitu upacara, ritus dan laku ritual.
“Maka selama masih ada upacara, ritus, ritual, atau apapun sebutannya, seni teater dan tari dengan peran manusia akan tetap berdaya dan berjaya.” ucapnya pada sebuah acara Festival Teater Jawa Timur.
Akhudiat bukan merupakan penulis konvensional. Beberapa karyanya memiliki keunikan tersendiri. Seperti karya teaternya yang berjudul Re ini tidak menampilkan dialog, melainkan hanya berupa matriks dan tabel. Oleh karena itu, dalam setiap pementasannya, ia kerap meninggalkan panggung prosenium.
ADVERTISEMENT
Sastrawan yang sering disebut sebagai pelopor ini mengatakan bahwa panggung prosenium merupakan panggung srimulat yang tidak imajinatif, kurang liar, dan terlalu diatur. Karena alasan tersebut, ia bersama Bengkel Muda Surabaya menghadirkan panggung kosong yang disebut-sebutnya sebagai dunia imajiner.
“dari dulu saya memang tidak suka yang konvensional. Saya selalu mencoba yang baru. Hingga saya bermimpi, suatu saat saya ingin bermain teater jalanan di Jakarta.” ujarnya.
Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan yang ditempuhnya dimulai sejak tahun 1952 di Sekolah Rakyat Negeri (SR), Rogajampi, Banyuwangi. Kemudian ia melanjutkan sekolah ke Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) di Jember pada tahun 1958-1962. Usai tamat dari PGAPN, ia meneruskan ke sekolah Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA) Malang. Tahun 1962-1965, ia meneruskan ke Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Tahun 1965, ia mengikuti Acting Course Teater Muslim, Yogyakarta. Selanjutnya pada tahun 1968 ia mengikuti Pendidikan di Akademi Wartawan Surabaya. Selain itu, ia juga mengikuti International Writing Program di Universitas Lowa, Amerika Serikat pada tahun 1975. Tidak berhenti disitu, pada tahun 1983 ia mengikuti pendidikan Sekolah Pimpinan Administrasi Dasar, Balai Pendidikan Latihan Tenaga Teknis Keagamaan Departement Surabaya. Ia berhasil menyelesaikan Sarjana Administrasi Negara, FISIPOL, di Universitas Terbuka pada tahun 1992.
Segudang Prestasi yang Pernah Diraih
Akhudiat merupakan sastrawan yang berprestasi. Naskah sandiwara yang pernah dimenangkan dari sayembara Dewan Kesenian Jakarta adalah Graffito (1972), Jaka Tarub (1974), Rumah Tak Beratap Rumah Tak Berasap dan Langit Dekat dan Langit Sehat (1974), Bui (1975), Re (1977). Selain naskah drama, ia juga pernah mendapat penghargaan atas cerita pendeknya yang berjudul New York: Sesudah Tengah Malam dan dimuat dalam majalah Horison Vol. XIX (1984).
ADVERTISEMENT
Cerpen tersebut kemudian diterjemahkan oleh Dede Oetomo dengan judul New York After Midnight, Jakarta: Executive Commite, Festival of Indonesia, USA (1990-1991) dan John H. McGlynn dengan judul yang sama dalam Manhattan Sonnet, Jakarta (2002).
Naskah dramanya yang berjudul Jaka Tarub termasuk kedalam karya yang dimuat dalam kompilasi seratus tahun drama Indonesia pada buku Antologi Drama Indonesia jilid 3 (1946-1968). Kemudian naskah tersebut pernah diterjemahkan kedalam bahasa inggris dan dimuat dalam The Lontar Anthology of Indonesian Drama 3: New Directions (1965-1998). Menurut Cobina Gillit, editor The Lontar Anthology of Indonesian Drama, karya Akhudiat dipilih sebagai bentuk representasi karya drama yang mengadaptasi cerita rakyat.
Pada tahun 1975, Akhudiat mendapat Honorary Fellow in Writing, International Writing Program, University of Lowa, USA. Atas dedikasi yang tinggi dibidang seni, Walikotamadya Surabaya memberikannya penghargaan sebagai Aktivis Teater Modern (1989). Selanjutnya, diberi penghargaan oleh Gubernur Provinsi Jawa Timur sebagai seniman berprestasi (2001). Akhudiat merupakan penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Pencipta, Pelopor dan Pembaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2016).
ADVERTISEMENT
Kumpulan Karya
Kumpulan naskah drama dan monolog miliknya adalah Graffito (1972), Rumah Tak Beratap Tak Berasap dan Langit Dekat dan Langit Sehat (1974), Jaka Tarub (1974), Bui (1975), Re (1977), Putih dan Hitam (1978), Suminten dan Kang Lajim (1982), Memo Putih (2000), Dewa Mabuk (2008).
Selain menulis naskah drama, ia juga menulis cerpen dan puisi diantaranya: puisi Gerbong-gerbong Tua Pasar Senen (1973), antologi cerpen Mencari Air dalam Air (1983), skenario film Menyambung yang Patah (1984) dan Endang Baru (1984), antologi cerpen Cerita Pendek Dari Surabaya (1991), cerpen New York Sesudah Tengah Malam (1994), Masuk Kampung Keluar Kampung Surabaya Kilas Balik (2008).
Beberapa karya yang berhasil diterjemahkannya adalah: karya Sherwood Anderson dengan judul Fred yang diubah menjadi Kematian di Dalam Hutan, Sumur karya Agusto Cespedes, Model karya Bernard Malamud, Apotek karya Anton Chekov, Kisah Pohon Sisa dari Pembakaran karya Peter Handke, Benang Laba-laba karya Ryonusuke Akutagawa, Raja Ubu karya Alfred Jarry, Jalan Tembakau karya Erskine Caldwell, dan Kattastrof dari New Yorker, drama tidak hadir akal karya Samuel Beckett.
ADVERTISEMENT