Konten dari Pengguna

Representasi Media terhadap Kasta Dalit dalam Film Article 15

Nur Rahma
Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program Studi Ilmu Komunikasi. Fokus pada Broadcasting. Suka membaca dan menulis. Usia 20 tahun berasal dari Masamba ,Sulawesi Selatan
22 Mei 2022 21:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Rahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kasta Dalit adalah salah satu kasta yang sering diangkat menjadi sebuah kisah untuk menggambarkan kehidupan golongan masyarakat tersebut, dalam film Article 15 kasta Dalit direpsentasikan sebagai kasta yang sangat rendah berdasarkan pada kepercayaan orang India yang masih memegang teguh sistem kasta. Merujuk pada konteks media, bahasa, komunikasi, representasi dapat berwujud kata, gambar, sekuen, cerita lain-lainnya yang mewakili ide, emosi, fakta lainnya (Hartley, 2010).
Sumber gambar shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar shutterstock
Konstruksi film Article 15 dimulai dari menampilkan kasta Dalit sebagai kasta yang terpencil, bodoh serta menjadi budak. Bahkan dalam adegan di film memperlihatkan adanya larangan meminum air yang telah disentuh oleh kasta Dalit serta diharamkan terhalang bayangan dari kasta Dalit. Jika dilihat lebih kritis film ini tidak hanya menampilkan representasi kasta Dalit sebagai kasta terbuang, tetapi juga memperlihatkan adanya diskriminasi. Beberapa scene pada film Article 15 kasta Dalit diperlihatkan sebagai kasta yang berkulit hitam, sedangkan kasta atas seperti kasta Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra diperankan oleh kulit putih.
ADVERTISEMENT
Hasil analisis film Article 15 ditemukan banyak diskriminasi, namun dinormalisasikan oleh media. Kasta kulit hitam ditampilkan sebagai objek. Kasta tersebut ditampilkan berdasarkan sudut pandang dari pembuat film. Sebaliknya kasta atas ditampilkan sebagai subjek, mereka menampilkan identitas dirinya sendiri. Melihat dari sudut pandang yang berbeda kulit hitam selalu ditampilkan sebagai kasta rendah, hina dan bodoh. Bahkan yang lebih disayangkan adalah kasta kulit putih dihias agar menjadi kulit hitam untuk memerankan film tersebut, inilah diskriminasi yang sering ditampilkan media, namun luput dari perhatian khayalak.
Representasi yang ditampilkan media berlandaskan pada kepercayaan masyarakat India akan kasta, dengan demikian penonton akan menganggap diskriminasi yang dialami Kasta Dalit adalah hal yang biasa karena merujuk pada kepercayaan nenek moyang mereka.Hal tersebut dapat kita lihat di India pada tahun 1950 sistem kasta telah dihapus secara konstitusional dengan tujuan diskriminasi berbasis kasta tidak dilakukan lagi, namun sistem kasta telah lama mendikte seluruh aspek kehidupan masyarakat sehingga penghapusan kasta hanya sekadar formalitas.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan film Article 15 media mengkonstruksi masyarakat melalui representasi yang telah diciptakan berdasarkan ideologinya sendiri. Kasta Dalit berasal dari kulit hitam ditampilkan sebagai objek. Dengan kata lain kasta Dalit tidak menampilkan dirinya sendiri namun diwakili oleh media. Kemungkinan diskriminasi yang dialami kasta Dalit lebih mengerikan, namun lagi-lagi media mencoba menyaring mana yang pantas untuk ditampilkan. Perlu kita ketahui bahwa media tidak pernah menampilkan sebuah realitas, sebaliknya media justru menampilkan konstruksi yang tak lepas dari ekonomi politik ataupun kepentingan lainnya. Keberpihakan sangat jelas diperlihatkan Film tersebut. Meski di akhir film kasta Dalit mendapat keadilan atas kekerasan yang dialami, namun pada hakikatnya film ini ingin menunjukkan kasta kelas ataslah yang memiliki kekuasaan, menegakkan keadilan dan penggerak film adalah mereka yang berasal dari kasta atas.
ADVERTISEMENT
References
Jurnal: Ganjar Wibowo. 2019 “Representasi Perempuan dalam Film Siti”