Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menggali Hikmah dari Sastra Klasik Indonesia "Azab dan Sengsara"
27 Juni 2024 15:39 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nur Rizka Laila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Membaca kembali novel karya sastra klasik Indonesia mengingatkan kita betapa indahnya karya sastra itu. Tulisan yang puitis dan memiliki makna mendalam membuat kita menyadari bahwa nilai estetika bahasa Indonesia sangatlah indah. Salah satu novel sastra klasik yang saya baca adalah "Azab dan Sengsara" karya Merari Siregar, yang diterbitkan oleh PT. Balai Pustaka pada tahun 1927.
ADVERTISEMENT
Setelah membaca novel tersebut, banyak pelajaran yang bisa diambil. Bukan hanya gaya bahasa yang indah, tetapi juga penggunaan bahasa figuratif atau metafora yang kuat untuk menyampaikan makna yang lebih dalam atau menggambarkan emosi dan situasi tertentu. Konflik-konflik dalam cerita, baik internal maupun eksternal, ditekankan dengan baik, menambah ketegangan dan menjaga minat pembaca. Latar alam di Batak dengan berbagai tradisi keagamaannya sangat mendukung perkembangan watak tokoh utama, Mariamin.
Mariamin adalah seorang gadis Batak yang cantik dan berbudi luhur. Ia jatuh cinta pada Aminuddin, seorang pemuda Batak yang baik hati dan tampan. Keduanya saling mencintai dan berniat untuk menikah. Namun, pernikahan mereka dihalangi oleh ayah Aminuddin, Baginda Diatas, yang menginginkan Aminuddin menikah dengan gadis pilihan keluarga yang dianggap lebih menguntungkan secara sosial dan ekonomi. Perjodohan ini memaksa Mariamin dan Aminuddin untuk berpisah meskipun mereka saling mencintai.
ADVERTISEMENT
Setelah berpisah dengan Aminuddin, Mariamin menghadapi banyak kesulitan. Ia dipaksa menikah dengan pria lain yang tidak dicintainya. Pernikahan tersebut tidak membawa kebahagiaan bagi Mariamin. Sebaliknya, ia mengalami banyak penderitaan karena suaminya adalah pria yang kasar dan tidak menghargainya. Mariamin menghadapi berbagai kesulitan, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga hingga tekanan sosial dari lingkungannya. Kebahagiaannya direnggut oleh adat dan norma sosial yang ketat, yang memaksa individu untuk mengorbankan kebahagiaan pribadi demi kepatuhan terhadap tradisi. Pada akhirnya, Mariamin meninggal dalam keadaan yang menyedihkan. Kisahnya berakhir tragis, menyoroti betapa adat dan norma sosial yang tidak fleksibel dapat membawa kesengsaraan bagi individu yang terjebak di dalamnya.
Dari cerita singkat tersebut, banyak hikmah yang dapat diambil. Pertama, novel ini mengajarkan bahwa adat yang terlalu kaku dan tidak fleksibel dapat menyebabkan penderitaan bagi individu. Tradisi dan norma sosial yang tidak memperhatikan kebahagiaan pribadi dan keadilan dapat merusak kehidupan seseorang, seperti yang dialami Mariamin.
ADVERTISEMENT
Kedua, pentingnya menghargai hak dan kebahagiaan individu. Setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, termasuk dalam hal pernikahan dan cinta. Paksaan dan tekanan dari keluarga atau masyarakat sering kali berdampak negatif.
Ketiga, novel ini menyoroti ketidakadilan sosial akibat perbedaan status sosial dan ekonomi. Pernikahan yang didasarkan pada keuntungan materi dan status sosial sering kali mengabaikan perasaan dan kebahagiaan individu.
Keempat, Mariamin adalah contoh karakter yang tabah dan berjuang melawan nasib yang tidak adil. Meskipun mengalami banyak penderitaan, ia tetap kuat menghadapi berbagai cobaan hidup, mengajarkan pentingnya ketabahan dan keberanian dalam menghadapi kesulitan.
Kelima, melalui kisah tragis ini, novel ini mengajak pembaca untuk lebih berempati terhadap penderitaan orang lain dan mendorong perubahan sosial yang lebih adil dan manusiawi. Keadilan sosial dan hak asasi manusia adalah hal yang harus diperjuangkan.
ADVERTISEMENT
Keenam, kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Mariamin menunjukkan pentingnya kesadaran akan isu ini dan perlunya perlindungan bagi korban kekerasan. Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah serius yang harus ditangani dengan tegas.
Ketujuh, novel ini juga mengajarkan bahwa pendidikan dan kesadaran akan hak-hak individu sangat penting untuk melawan ketidakadilan. Dengan pendidikan, seseorang dapat memahami haknya dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik.
Kedelapan, cerita ini mengkritik praktik perjodohan paksa yang sering kali mengabaikan keinginan dan perasaan individu yang dijodohkan. Perjodohan harus didasarkan pada kesepakatan dan kebahagiaan kedua belah pihak, bukan hanya pertimbangan materi atau status sosial.
Terakhir, novel ini mengajarkan pentingnya keberanian untuk melawan adat dan tradisi yang tidak adil. Meskipun sulit, perubahan hanya bisa terjadi jika ada keberanian untuk mempertanyakan dan menentang norma-norma yang merugikan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, "Azab dan Sengsara" karya Merari Siregar adalah cerminan realitas sosial masyarakat Batak pada awal abad ke-20. Melalui kisah tragis Mariamin, kita diajak untuk merenungkan pentingnya menghargai hak individu, mengedepankan keadilan sosial, dan bersikap kritis terhadap tradisi yang kaku dan tidak adil. Novel ini bukan hanya karya sastra yang berharga, tetapi juga panggilan untuk empati, perubahan, dan keberanian dalam menghadapi ketidakadilan. Hikmah-hikmah yang terkandung dalam cerita ini tetap relevan dan mengingatkan bahwa dalam setiap peradaban, martabat manusia harus selalu dijunjung tinggi. Mari kita terus belajar dari kisah-kisah masa lalu untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan manusiawi.
Selamat membaca !!