Menyusuri Perjalanan Spiritual dalam Puisi "Tiga Lembar Kartu Pos"

Nur Rizka Laila
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
8 Juni 2024 17:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Rizka Laila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto tumpukan buku-buku dan laptop diatas meja (Sumber: Dokumen Pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Foto tumpukan buku-buku dan laptop diatas meja (Sumber: Dokumen Pribadi).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam puisi "Tiga Lembar Kartu Pos" karya Sapardi Djoko Damono, setiap bagian puisi memperlihatkan perjalanan spiritual penyair dalam mencari dan memahami hubungan dengan Tuhan. Lewat metafora surat yang hilang dan topeng, Sapardi menyelipkan pesan-pesan mendalam tentang pencarian makna dalam hubungan spiritual.
ADVERTISEMENT
Bagian Pertama: Ketidakpastian dan Pencarian Awal
Lembar kartu pos pertama menggambarkan fase awal pencarian, di mana penyair merasa kecewa akan ketidakjelasan dalam hubungan dengan Tuhan. Penggunaan kata-kata seperti "tak pernah tegas" mencerminkan keinginan akan kejelasan dan kepastian dalam hubungan spiritual. Penyair merindukan rasa keterhubungan yang pernah dirasakan, namun sekarang hilang, menggambarkan kerinduan akan kesatuan dengan Tuhan.
Bagian Kedua: Kebingungan dan Keraguan
Di bagian kedua, penyair masih merayakan ketidakpastian dan kebingungan dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Tidak adanya tanggapan atau kabar dari Tuhan menambahkan kebingungan dan ketidakpastian. Penyair merasa terabaikan dan ditolak, menimbulkan rasa keraguan dan ketidakpercayaan akan hubungan mereka dengan Tuhan. Penggunaan metafora "mungkin selama ini kau tak pernah merasa memelihara hubungan dengan-Ku" menyoroti keraguan akan kesetiaan Tuhan.
ADVERTISEMENT
Bagian Ketiga: Keterasingan dan Kesedihan
Lembar kartu pos ketiga mencerminkan kesedihan penyair akan hubungan yang terputus dan keterasingan dari Tuhan. Penemuan alamat Tuhan di tempat sampah oleh anak orang yang dicintai menyiratkan pengabaian dan penolakan terhadap hubungan yang sakral. Ini menimbulkan perasaan keterasingan dan kesedihan yang mendalam bagi penyair. Penggunaan metafora "siasatnya pasti siasatmu juga" menyiratkan ketidakpahaman akan keberadaan Tuhan.
Kesimpulan: Pencarian Makna dalam Kehidupan Spiritual
Melalui perjalanan emosional dalam puisi ini, Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan spiritual yang penuh dengan keraguan dan keputusasaan. Puisi ini tidak hanya mencerminkan pengalaman manusia dalam menghadapi kehilangan dan kerinduan dalam hubungan yang terputus, tetapi juga menyoroti kompleksitas perjalanan spiritual dan pencarian makna dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, "Tiga Lembar Kartu Pos" bukan hanya puisi, tetapi juga refleksi mendalam tentang perjalanan spiritual manusia dalam mencari dan memahami hubungan dengan Tuhan.
ADVERTISEMENT
Selamat Membaca !!