Perjalan Seorang Atheis dalam Mencari Kebenaran

Nur Rizka Laila
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
19 Mei 2024 10:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Rizka Laila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membaca kembali novel karya sastra klasik Indonesia mengingatkan betapa indahnya karya sastra itu, tulisan yang puitis dan memiliki makna yang mendalam membuat kita paham bahwa nilai estetika bahasa Indonesia itu sangat indah sekali. Seperti salah satu novel karya sastra klasik yang sudah saya baca berjudul “Atheis” karya Achdiat K. Mihardja, yang diterbitkan oleh PT. Balai Pustaka tahun 1949.
ADVERTISEMENT
Novel “Atheis” yang saya beli secara online ini seharga Rp.75.000 mempunyai cover berwarna hijau dan ada sedikit motif merah yang mungkin memiliki makna dibalik cover nya tersebut. setelah saya baca novel tersebut banyak sekali pelajaran yang saya ambil, bukan hanya gaya bahasa yang sangat indah, terkadang cerita ini menggunakan bahasa figuratif atau metafora untuk menyampaikan makna yang lebih dalam atau untuk menggambarkan emosi dan situasi tertentu yang lebih kuat. Konflik-konflik yang terjadi dalam cerita ditekankan dengan baik, baik itu konflik internal maupun eksternal. Hal ini menambah ketegangan dalam cerita dan menjaga minat pembaca. Latar alam yang terjadi di Pasundan dengan berbagai tradisi keagamaannya sangat mendukung perkembangan watak tokoh utamanya yaitu Hasan.
ADVERTISEMENT
Dalam novel Atheis pada bab pertama ceritanya diawali dengan akhir Riwayat hidup tokoh utamanya, menyerupai cerita berbingkai, hanya dalam struktur yang berbeda. Unsur lain yang tak kalah pentingnya adalah penggunaan sekaligus tiga pencitraan. Sangat wajar sekali jika sampai sekarang novel Atheis ini masih banyak digemari, diulas, dan terus dibicarakan. Saya akan menceritakan sedikit kisah dalam novel tersebut yang mengena hati para pembaca.
Hasan, yang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat religius, tumbuh dengan kecemasan akan neraka dan ketaatan agama yang tinggi. Namun, saat dewasa, cintanya pada Rukmini terhalangi oleh perbedaan kasta. Hasan kemudian bergabung dengan Tarekat Qadariyah, mencari jawaban atas keraguannya tentang keyakinannya. Ketika bertemu dengan Rusli dan Kartini, teman masa kecilnya, Hasan terlibat dalam konflik antara keyakinan agama dan paham Marxis. Meskipun awalnya memutuskan untuk mengislamkan mereka, Hasan akhirnya terpengaruh oleh argumen Rusli dan Kartini, hingga akhirnya meyakini Marxisme tanpa menjadi atheis.
ADVERTISEMENT
Perubahan ini mengakibatkan konflik dengan keluarganya, terutama ayahnya, yang memicu putusnya hubungan antara Hasan dan keluarganya. Hasan menikahi Kartini tanpa sepengetahuan keluarganya, namun pernikahannya dipenuhi dengan pertengkaran, terutama terkait kedekatan Kartini dengan Anwar. Hasan juga dihadapkan pada gangguan penyakit TBC dan kabar sakit parahnya ayahnya.
Dalam kegelapan malam yang gelap, Hasan, yang dipenuhi oleh kemarahan dan kekecewaan, bertekad untuk membunuh Anwar, namun malah tertembak di pahanya. Kejadian ini menjadi titik balik dalam kehidupan Hasan, mempertanyakan pilihan hidupnya dan konsekuensinya.
Dari cerita singkat yang saya paparkan tersebut, banyak sekali hikmah dari cerita tersebut, pertama dalam tokoh Hasan mengalami perubahan yang sangat drastis, dari seorang yang taat beragama menjadi seorang yang mengikuti paham Marxis. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk yang kompleks dan dapat mengalami perubahan besar dalam pandangan dan keyakinannya seiring waktu dan pengalaman hidup.
ADVERTISEMENT
Kedua, lingkungan dan pengaruh teman-teman dapat memengaruhi keyakinan seseorang. Hasan, yang awalnya sangat taat beragama, mengalami perubahan besar dalam pandangan hidupnya setelah terpapar pada pandangan-pandangan yang berbeda dari teman-temannya.
Terakhir, Cerita tersebut menunjukkan bahwa setiap pilihan yang dibuat oleh seseorang memiliki konsekuensi, baik positif maupun negatif. Pilihan-pilihan yang dibuat oleh Hasan mempengaruhi kehidupannya secara keseluruhan, termasuk hubungan dengan keluarga, pasangan, dan teman-temannya.
kita melihat bagaimana perjalanan Hasan dari seorang yang taat beragama menjadi terpengaruh oleh ideologi Marxis, menghadapi konflik internal dan eksternal yang mengubah jalannya hidup secara drastis. Meskipun berakhir dengan luka fisik, Hasan juga mengalami luka batin yang mendalam. Cerita ini mengajarkan kita tentang kompleksitas manusia, konflik antara keyakinan dan ideologi, pengaruh lingkungan terhadap individu, konsekuensi dari pilihan hidup, dan perubahan serta pertumbuhan pribadi. Dalam kegelapan malam yang gelap, Hasan mungkin menemukan sinar kebenaran yang baru, atau mungkin hanya menemukan lebih banyak pertanyaan. Tetapi satu hal yang pasti, cerita Hasan akan terus memunculkan diskusi tentang kompleksitas kehidupan manusia dan perjuangannya untuk mencari makna dalam dunia yang berubah.
ADVERTISEMENT
Selamat Membaca !!