Inilah Orang Myanmar yang Menerima Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan Award

Nur Rochma Amaliah
Diplomat Muda yang tinggal di Depok. Suka menyanyi dan menari. Cinta Damai.
Konten dari Pengguna
29 Mei 2023 21:51 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Rochma Amaliah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diplomat Indonesia yang bertugas di luar negeri tidak bekerja sendirian. Salah satu unsur penting yang membantu para diplomat yaitu pegawai setempat. Kali ini saya akan memperkenalkan sosok seorang pegawai setempat berkewarganegaraan Myanmar yang bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yangon bernama Aung Soe Moe.
Penulis dengan Aung Soe Moe di Bandara Internasional Yangon, Myanmar (Sumber: Dokumen Pribadi).
Saya beruntung dapat mengenal Aung Soe Moe ketika penempatan di KBRI Yangon pada kurun waktu tahun 2018-2021. Sebagai pegawai setempat yang bekerja di bawah Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Yangon, sosok Aung Soe Moe tidak asing bagi para delegasi dan tamu Indonesia yang pernah berkunjung ke Myanmar. Selain memberikan pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran, Aung Soe Moe juga membantu upaya pelindungan warga negara Indonesia (WNI) yang merupakan isu prioritas politik luar negeri Indonesia.
Aung Soe Moe membantu pelaksanaan repatriasi mandiri WNI di Myanmar di tengah pandemi Covid-19 tahun 2020 (Foto: Dokumen Cahya Pamengku Aji).
Jasa Aung Soe Moe begitu besar dalam upaya pelindungan WNI di Myanmar, sehingga Kemlu RI menganugerahkan penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award (HWPA) kepada Aung Soe Moe pada tahun 2021 untuk Kategori Staf Perwakilan RI.
Aung Soe Moe sebagai penerima penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award pada tahun 2021 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=EAPMjNYT4iw).
Aung Soe Moe (paling kanan bawah) berfoto bersama Menteri Luar Negeri RI dan penerima penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award lainnya secara virtual (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=EAPMjNYT4iw).
Siapakah Aung Soe Moe? Kenapa Aung Soe Moe layak menjadi penerima penghargaan HWPA? Mari kita membahasnya lebih lanjut.
ADVERTISEMENT

1. Penghubung Andal

Aung Soe Moe mempunyai kekuatan akses dan jejaring kerja sama dengan berbagai pihak di seluruh wilayah Myanmar yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi berbagai tantangan di lapangan. Tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi dalam upaya pelindungan WNI di Myanmar, antara lain proses birokrasi dan hukum di Myanmar yang relatif berbelit dan lambat, perubahan kebijakan terhadap suatu kasus, sebaran wilayah kasus di Myanmar yang jauh dari Yangon dan kadang kala berada di wilayah konflik.
Aung Soe Moe bersama Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Yangon sedang mengurus berkas WNI yang meninggal di penjara Kawthaung, Myanmar pada tahun 2019 (Sumber: Dokumen Cahya Pamengku Aji).
Keahlian Aung Soe Moe dalam mencari informasi mutakhir dan melakukan negosiasi dengan otoritas setempat sangat membantu pelaksanaan tugas KBRI Yangon. Kepiawaian Aung Soe Moe semakin dibutuhkan ketika pergerakan KBRI Yangon terhambat akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dan kudeta militer Myanmar pada tahun 2021.
ADVERTISEMENT

2. Penerjemah Langka

Aung Soe Moe termasuk aset berharga yang dimiliki oleh KBRI Yangon. Dari total 5 orang pegawai setempat dan 32 orang pegawai outsourcing berkewarganegaraan Myanmar yang bekerja di KBRI Yangon, hanya Aung Soe Moe yang mahir berbahasa Indonesia. Kemampuan Aung Soe Moe dalam berbahasa Indonesia berperan penting dalam penyelesaian berbagai kasus, terutama dalam menjembatani komunikasi antara WNI dan otoritas setempat yang mempunyai kendala bahasa.
Sebagai penerjemah, Aung Soe Moe membantu proses pembebasan Kapten Kapal Motor Bintang Jasa asal Aceh di Kantor Imigrasi Kawthaung, Myanmar pada tahun 2021 (Sumber: Dokumen Cahya Pamengku Aji).

3. Ujung Tombak Pelindungan WNI

ADVERTISEMENT
Aung Soe Moe merupakan sosok pegawai yang gesit dan selalu sigap 24 jam dalam melindungi WNI yang memerlukan bantuan. Kontribusi Aung Soe Moe begitu besar dalam membantu penyelesaian berbagai kasus, antara lain pembebasan dan pemulangan sejumlah WNI, yaitu Kapten Kapal Motor (KM) Bintang Jasa asal Aceh yang ditahan pada November 2018-April 2021, 13 Anak Buah Kapal (ABK) kapal derek Independence yang ditahan pada Agustus 2018-Januari 2019, 14 ABK KM Bintang Jasa asal Aceh yang ditahan pada November 2018-Januari 2019, dan 22 ABK KM Troya asal Aceh yang ditahan pada Februari-April 2019. WNI tersebut dinyatakan bersalah karena melakukan penangkapan ikan secara ilegal di wilayah perairan Myanmar.
Proses pembebasan Sdr. Jamaluddin, Kapten KM Bintang Jasa asal Aceh pada April 2021 di Kantor Imigrasi Kawthaung, Myanmar (Sumber: Dokumen Cahya Pamengku Aji).
Proses pembebasan dan pemulangan 14 ABK KM Bintang Jasa asal Aceh yang ditahan pada November 2018-Januari 2019 (Sumber: Dokumen Cahya Pamengku Aji).
Aung Soe Moe juga membantu KBRI Yangon dalam melakukan pemantauan keselamatan dan keamanan WNI di berbagai wilayah di Myanmar saat situasi memanas akibat kudeta militer Myanmar, termasuk membantu evakuasi lokal WNI yang berada di zona konflik di Hmawbi, Yangon ke penampungan sementara di KBRI Yangon.
Proses pembebasan dan pemulangan 22 ABK KM Troya asal Aceh yang ditahan pada Februari-April 2019 (Sumber: Dokumen Cahya Pamengku Aji).
Selain berperan aktif dalam upaya pelindungan WNI di Myanmar, Aung Soe Moe juga membantu Pemerintah Indonesia sebagai anggota Tim Satuan Tugas Illegal Fishing dalam penanganan kasus perbudakan di Benjina, Kepulauan Aru, Maluku pada tahun 2015, dengan mayoritas korban berasal dari Myanmar sebanyak 256 orang. Kasus Benjina merupakan salah satu high-profile case yang mengemuka di pemberitaan nasional dan internasional. Aung Soe Moe memegang peranan penting sebagai penerjemah untuk mengungkap kebenaran kasus tersebut.
Aung Soe Moe bersama warga negara Myanmar yang menjadi korban kasus perbudakan Benjina tahun 2015 (Sumber: Dokumen Aung Soe Moe).
Dedikasi dan loyalitas Aung Soe Moe kepada Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Aung Soe Moe mulai bekerja di KBRI Yangon sejak umur 17 tahun, tepatnya pada tahun 1999 sebagai pegawai honorer. Walaupun bekerja di usia belia karena alasan membantu ekonomi keluarga, Aung Soe Moe tidak melupakan pendidikan. Dengan mengumpulkan uang dari hasil gajinya di KBRI Yangon, Aung Soe Moe menempuh pendidikan S1 di Jurusan Bahasa dan Sastra Myanmar, East Yangon University pada tahun 2003-2007. Aung Soe Moe kemudian diangkat menjadi pegawai setempat pada tahun 2015.
Aung Soe Moe bersama Ibunya saat wisuda di East Yangon University (Sumber: Dokumen Aung Soe Moe).
Ketika saya bertanya kepada Aung Soe Moe, “Kenapa kamu mau bekerja di KBRI Yangon?”
ADVERTISEMENT
Aung Soe Moe mengenal Indonesia sejak umur 12 tahun ketika Ibunya masih bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Indonesian Diplomatic Compound (IDC), Yangon. Aung Soe Moe kecil sering menghabiskan waktu di IDC ketika liburan sekolah. Aung Soe Moe belajar bahasa Indonesia secara autodidak melalui interaksi dengan para diplomat KBRI Yangon dan keluarganya yang tinggal di IDC.
Sampai saat ini, Aung Soe Moe terus menjalankan tugasnya dalam upaya pelindungan WNI di Myanmar, termasuk membantu membebaskan 20 WNI korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) keluar dari wilayah konflik di Myawaddy, dekat perbatasan Myanmar-Thailand, yang kasusnya viral di media massa beberapa waktu lalu.
Aung Soe Moe bukanlah satu-satunya pegawai setempat yang mencurahkan hidupnya untuk membantu pelaksanaan tugas Perwakilan RI. Ada banyak pegawai setempat lainnya di berbagai perwakilan RI di seluruh dunia yang seperti Aung Soe Moe. Kedekatan mereka dengan Indonesia membuat mereka berjuang bersama dengan para diplomat Indonesia untuk mengemban berbagai tugas penting negara, salah satunya pelindungan WNI.
ADVERTISEMENT
Bagi saya pribadi, sosok Aung Soe Moe menjadi inspirasi untuk tetap semangat dalam menjalankan berbagai tugas diplomasi di tengah tantangan yang semakin kompleks. Jika Aung Soe Moe dapat melakukannya dengan dasar cinta kepada Indonesia, bagaimana dengan kita?