Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Buku Flying High Kisah Tony Fernandes Membangun AirAsia
11 Juli 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Nur Said Rahmatullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
AirAsia, Sobat Kumparan semua pasti mengenal dan tahu betul maskapai penerbangan yang terkenal dengan harga tiket murah meriahnya. Tapi, apakah Sobat semua sudah pada tahu pendiri dan cerita kenapa harus ada transportasi udara dengan tiket murah?
Nah, Pada Kamis (4/7) kemaren. Saya berkesempatan menghadiri launching buku Flying High yang mengisahkan seorang Tony Fernandes sebagai pendiri AirAsia berlokasi di Hotel Ritz-Carlton Jakarta bersama tim Kumparan.
ADVERTISEMENT
Pastinya ini jadi pengalaman kali pertama saya melihat dan bertemu langsung sosok pendiri AirAsia ini. Beberapa melihatnya berdiri di atas panggung. Bisa saya tangkap beliau ini orang yang sangat asik dalam bergaul. Ia begitu ramah dan energik saat mencoba berdialog dengan tamu hadirin.
Lalu, seperti apa sosok Tony Fernandes yang digambarkan dalam buku Flying High? Berikut ulasannya.
Buku Flying High Kisahku Membangun AirAsia
Memiliki nama lengkap Anthony Francis Fernandes, siapa sangka kalau anak dari pasangan Sthepen Edward Fernandes dan Ena Dorothy Fernandes. Ayahnya Tony yang berkebangsaan Goa ini merupakan seorang Dokter yang bekerja untuk WHO dan ibunya Portugis Malaka seorang pebisnis Tupperware yang sukses.
Tony Fernandes hidup dan dibesarkan dari orangtua yang sama-sama menyukai musik. Ditambah ayahnya yang sangat mencintai olahraga. Oleh sebab itu, dalam hidupnya. Tony sangat menyukai yang namanya musik dan olahraga.
ADVERTISEMENT
Tony bahkan ikut menjadi penggila olahraga bersama ayahnya hingga mereka berdua sering menghabiskan waktu untuk menonton pertandingan olahraga. Di Malaysia, yang menjadi tempat kelahirannya. Ia sering sekali melihat pertandingan sepak bola, Pestabola Merdeka.
Pada saat itu, ia sangat menyukai tim sepak bola West Ham. Dan tim sepak bola kesukaannya pada saat itu Queen Park Ranger (QPR). Selain sepak bola, Tony juga suka menonton balap motor di sirkuit Batu Tiga, dan nonton Formula Two dan MotoGP.
Kegermbiraan Tony Fernandes bersama keluarganya ketika ibunya mulai sakit-sakitan. Iya, Ibu Tony mengalami gangguan Bipolar yang mengharuskannya sering bolak balik ke rumah sakit.
Di tahun 1976 ayah dan ibu Tony mengajaknya untuk berkunjung ke Epson Collage sebuah sekolah yang sarat dengan sejarah dan kedokteran yang berada di London. Dan pada tahun 1977, Tony pun diutus dan benar-benar akan bersekolah di sana meninggalkan ayah dan ibunya di Malaysia. Dan yang membuatnya kacau lagi, di sana tidak ada sepakbola. Olahraga yang ada Rugbi, Hoki dan Kriket.
ADVERTISEMENT
Pada bulan September tahun 1977 akhirnya Tony pun berangkat dan bersekolah di Epson Collage. Awal sampai di London, Tony sudah mendapatkan perlakuan yang tidak bagus oleh salah satu wanita yang ia temui di sana. Di mana ia sempat ingin bertanya lokasi asrama hendak ia cari, tapi malah disuruh pulang dengan ucapan yang kurang baik.
Tony pun melewati masa-masa sekolahnya dengan baik. ia bahkan mulai terkenal sebagai bintang olahraga termuda yang mengusai 3 olahraga Rugbi, Hoki dan Kriket sebagai anak yang kecil dan lincah. Ia bahkan meraih prestasi sebagai ketua asrama.
Saat ia fokus pada sekolah dan popularitasnya di bidang olahraga. Ia pernah dalam masa yang sangat rindu denagn orangtuanya. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menelpon orangtuanya dan meminta ayahnya untuk membelikan tiket pulang ke Malaysia. Sayangnya, permintaan tersebut ditolak dan ayahnya memberikan jawaban kalau tiket London – Malaysia itu mahal. Sehingga, tidak bisa membelikan tiket pulang kepadanya untuk setiap tujuh minggu. Sejak saat itu ia bertekad akan membuat tiket pesawat murah.
ADVERTISEMENT
Selain bertekad ingin membuat tiket murah. Ia juga akhirnya punya cita-cita akan memperkenalkan Malaysia dan negara ASEAN kepada teman-temannya di Inggris, London. Hal ini pun terjadi lantaran ia pernah tidak diundang oleh temannya ke acar pesta yang setelah ditanya. Ternyata alasan temannya tidak mengundang Tony lantaran mengira kalau ia tidak bisa menggunakan garpu dan pisau. Ia dikira hhidup di rumah pohon, sehingga temannya tidak ingin mempermalukannya di acara pesta tersebut. oleh sebab itu ia tidak diundang.
Semasa bersekolah di Epsom, Tony kerap menghabiskan waktu untuk membaca buku-buku biografi dan autobiografi. Buku-buku yang berpengaruh dalam hidupnya menurutnya ada Alexander Agung, Thomas Edison dan Robert Bruce. Serta buku karya Antonio Frases berjudul Cromwell, Our Chief of Men.
ADVERTISEMENT
Tidak seperti tujuan orangtuanya yang mengharapkan Tony masuk Epsom agar menjadi dokter setelah besar. Nyatanya, semasa sekolah Tony hanya menyukai pelajaran sejarah dan musik, tidak pada pelajaran IPA. Di Epsom, ia pun hanya tertarik dengan pesawat terbang dan olahraganya saja.
Hingga akhirnya ia bisa merampungkan sekolah sampai tahun O level, dan ibu tony meninggal. Ia banyak mendapatkan prestasi di sekolah asramanya, di tim hoki A dan juga Rugbi. Bahkan cukup bagus juga di Kriket. Namun, sayangnya ia justru mendapatkan nilai buruk untuk pelajaran IPA; Biologi, D. Kimia, O dan Fisika F.
Hingga ia dipaksan mengulang di tahun terakhirnya sekolah. Di tahun terakhir, satu A level, ia mengulang dan mendapatkan peningkatan pada nilai IPAnya. Biologi, A. Kimia dan Fisika F. Dan akhirnya merampungkan sekolah satu A level dengan banyak prestasi di bidang olahraga serta penghargaannya sebagai ketua asrama.
Nah, jadi itu dia sedikit cerita soal Tony Fernandes. Ingin tahu lebih lengkap bagaimana beliau membangun AirAsia? Bisa dibaca selengkapnya di buku Flying Hihg yang ditulis sendiri oleh Tony Fernandes.
ADVERTISEMENT
Sedikit tambahan setelah lulus dari Epsom. Tony telah mendirikan bisnis musik, bekerjasama dengan bintang pop terbesar di dunia dan membawa band Malaysia dan Asia ke tingkat dunia.
Ia juga Telah mengambil alih sebuah klub sepak bola inggris dan membawa para pemainnya di Stadion Wembley. Telah berdiri di garis start di Grand Prix dengan mobil Formula Onenya sendiri.
Dan kini telah Mengambil alih sebuah maskapai penerbangan kecil dan mengubahnya menjadi bisnis kelas internasional yg mengangkut 70 juta penumpang setiap tahunnya dengan jaminan penerbangan bertarif murah.