Rasisme dalam Framing

Nura Defriani
Mahasiswi Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
11 Desember 2022 22:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nura Defriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/buku-kertas-dokumen-halaman-3089857/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/buku-kertas-dokumen-halaman-3089857/
ADVERTISEMENT
Berita adalah informasi tentang sesuatu yang sedang terjadi yang disampaikan kepada orang ketiga atau sejumlah besar orang dalam bentuk cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke mulut. Laporannya informatif tentang suatu peristiwa atau kejadian terkini yang biasanya dibuat oleh seorang jurnalis atau wartawan. Berita dalam internet bisa menjadi sarana informasi bagi masyarakat umum untuk menemukan jawaban atas peristiwa terkini.
ADVERTISEMENT
Berita yang baik merupakan berita yang akurat, terkini, seimbang, menyeluruh, menarik, dan memiliki pengaruh positif. Sayangnya, akhir-akhir ini banyak orang menemukan framing dalam berita berbentuk teks, yang merupakan suatu teknik jurnalistik dimana kontennya disusun atau dikemas dengan mengembangkan gagasan atau menggiring opini publik terhadap suatu peristiwa.
Tujuan framing adalah melahirkan makna tertentu yang dimaksudkan oleh media atau wacana yang akan ditangkap oleh khalayak. Berbeda dengan pembohongan publik, framing ini hanya berusaha mempengaruhi fakta secara halus dengan memilih informasi, menekankan bagian tertentu, dan menghilangkan informasi yang seharusnya disajikan.
Dalam berita teks, tentunya masyarakat akan membaca dan menafsirkan sendiri apa yang jurnalis sajikan dalam tulisannya. Hal ini yang menjadikan sebuah berita menggunakan teknik framing agar pembacanya lebih tertarik dan terfokus pada apa yang disajikan dari sudut pandang jurnalis.
ADVERTISEMENT
Pada kasus ini, framing dapat ditemukan dalam berita yang diunggah pada satu media yang berjudul “Kasus Kematian Keluarga di Kalideres karena Dugaan Kelaparan dan Pentingnya Kesalehan Sosial”. Dalam tulisannya menampilkan sebuah berita yang secara garis besar dijelaskan menurut pandangan agama islam serta banyak menampilkan pendapat-pendapat menurut pandangan ulama. Namun, isi dalam berita tersebut terkesan terlalu memojokkan agama mayoritas yang ada di Indonesia, seakan menjadi sebab terjadinya kasus tersebut.
Dalam unggahannya terdapat satu kalimat yang berbunyi “Ustadz Ahmad Mundzir pun menyimpulkan bahwa apabila ada orang yang sudah mampu haji, namun masih ada tetangganya yang kelaparan, kekurangan secara mendesak, maka ia wajib menyantuni mereka”. Kutipan ini terkesan memojokkan dan menyasarkan kewajiban haji yang seolah-olah salah. Orang bergelar haji tentunya hanya dari orang beragama islam. Sementara korban yang diduga kelaparan itu adalah non-muslim di lingkungan elit yang mayoritasnya non-muslim.
ADVERTISEMENT
Hal seperti ini merupakan contoh dari adanya framing dalam berita yang tentunya akan merugikan satu pihak. Berita framing kali ini adalah berita yang keluar dari konteks, rasis dan terkesan menyerang agama.