Ekspor Pertanian Indonesia yang Semakin Maju

Sebagai seorang Sarjana Pertanian aku merasa malu karena belum bisa berkontribusi banyak dalam bidang Pertanian di Indonesia. Sering aku merenung ilmu apa yang aku dapatkan selama 4 tahun aku duduk di bangku kuliah. Ilmu aoa yang telah aku dapatkan dari hasil penelitian yang pernah ku lakukan. Dan mengapa kini aku tidak bisa terjun ke dunia Pertanian yang seharunya menjadi duniaku. 

Meskipun begitu, aku selalu mengikuti informasi tentang pertanian di Indonesia. Tentang kondisi lahan yang semakin menyemout. Banyaknya alih fungsi lahan dari persawahan jadi perumahan. Ataupun melambungnya harga pangan karena diduga ada permainan di dalamnya. Apakah berita tentang pertanian yang ku dengar hanya negatifnya saja? Oh tentu tidak. Karena aku juga bangga Indonesia mampu mengekspor produk pertanian ke luar negeri. Hal tersebut membuatku kagum dan bangga mendengarnya.

Ekspor merupakan hal yang tidak mudah sebenarnya. Ada banyak kualifikasi yang harus dimiliki oleh produk pertanian tersebut agar dapat lolos kualifikasi dan bisa diekspor. Aku turut bahagia mendengar kabar baik seperti yang terjadi di awal tahun 2019 kemarin. Dimana, produk Hortikuktura asal Jawa Barat mampu mengekspor lebih dari 30 komoditas sauran, buah buahan dan tanaman hias ke luar negeri. Jumlahnya juga mencapai 10 ribu ton setahun dan tersebar ke negara tetangga hingga asia. Seperti Singapua, Thailand, Malaysia, Hongkong, Cina, Australia dan negara lainnya. #BeraniEkspor #142KarantinaMelayani

Tentu bukan hal yang mudah bagi para petani Indonesia. Namun berkat usaha dan kerja kerasnya mereka mampu membuktikan bahwa kualitas produk pertanian di Indonesia juga terbaik hingga dapat diakui sampai mancanegara. Dikutip dari web badan karantina pertanian Bandung, nilai ekspor produk hortikultura di Jabar besar jumlahnya. Misalnya saja buah manggis yang di ekspor ke Cina di awal tahun 2019 mencapai nilai 17,6 miliar rupiah. Adapun ekspor sayuran seperti kentang yang diekspor 1000 ton dari Bandung nilainya mencapai 20 miliar rupiah. Nilai ini baru dari beberapa komoditas saja. Belum lagi jenis lainnya seperti kopi, jahe, beras, dan sebagainya.

Di Jawa Tengah misalnya, petani disana berhasil mekspor Edamame hingga 40ton. Edamame asal Wonosobo, Magelang dan Temanggung tersebut di ekspor ke Jepang, Amerika, India bahkan memiliki pasar baru di Belanda. Sehingga permintaan ekspor Edamame sendiri begitu meningkat. Keberhasilan para petani Indonesia mengekspor produknya ke luar negeri tentu tak lepas dari peran Kementrian Pertanian. Menurutku, kementan berhasil mendampingi para petani dengan program programnya sehingga petani berhasil mengekspor produk pertanian ke luar negeri.

#BeraniEkspor #142KarantinaMelayani

Salah satu usaha lainnya yang dilakukan kementan dalam emndukung petani di Indonesia yaitu dengan diluncurkannya aplikasi berbasis teknologi masa kini. Aplikasi terbetut bernama I-MACE (Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports) atau Peta Komoditas Ekspor Pertanian Indonesia. Pada aplikasi ini terdapat berbagai informasi mengenai kegiatan ekspor pertanian di Indonesia. Diharapkan dengan adanya aplikasi ini, pelaksana teknis Karantina Pertanian di Indonesia dapat terbantu membangun pertumbuhan komoditas pertanian yang memiliki orientasi dapat di ekspor ke luar negeri.

Adanya informasi di aplikasi I-Mace juga dapat membantu sesama petugas Karantina Pertanian se-Indonesia. Karena dari aplikasi tersebut dapat diketahui komoditas pertanian apa saja yang kebutuhan ekspornya tinggi dan belum terpenuhi di suatu daerah. Sehingga akan muncul kebijakan kebijakan pemerintah daerah untuk mengembangkan produk pertanian di daerahnya karena berpotensi ekspor seperti daerah lainnya.

Perkembangan peranian di Indonesia menurutku sudah cukup maju. Semoga perkembangan pertanian di bidang ekspor juga semakin maju apalagi dibantu dengan sistem teknologi yang canggih juga saat ini. Sehingga ekspor komoditas pertanian yang berasal dari Indonesia semakin banyak macam dan jumlahnya.

#BeraniEkspor #142KarantinaMelayani