Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Ayo Mengenal HIV/AIDS Lebih Dekat
24 November 2024 11:16 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fazah Nur Alif Fathur Rahmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Definisi HIV/AIDS
ADVERTISEMENT
Human Immunodeficiency Virus, yang lebih dikenal dengan singkatan HIV, adalah jenis virus yang menyerang sel-sel darah putih, terutama limfosit. Sel-sel ini memiliki peran krusial dalam mempertahankan kekebalan tubuh seseorang terhadap berbagai serangan infeksi dan penyakit. Ketika limfosit diserang oleh HIV, fungsi sistem imun tubuh akan mengalami penurunan secara bertahap. Dalam jangka panjang, kondisi ini membuat tubuh semakin rentan terhadap infeksi, bahkan terhadap penyakit yang seharusnya tidak berbahaya bagi individu dengan sistem kekebalan yang sehat. Infeksi HIV, jika tidak ditangani, dapat berkembang menjadi kondisi serius yang disebut Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS adalah tahap lanjutan dari infeksi HIV di mana daya tahan tubuh hampir sepenuhnya hilang, sehingga memungkinkan berbagai penyakit oportunistik untuk menyerang tubuh secara masif (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
ADVERTISEMENT
Etiologi dan Epidemiologi HIV/AIDS
Virus HIV bekerja dengan menargetkan sel CD4, yaitu bagian penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Sel ini bertanggung jawab dalam mengoordinasikan respons imun terhadap patogen yang masuk ke tubuh. Dengan menghancurkan sel CD4, HIV merusak kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Jika dibiarkan, virus ini akan terus memperparah kerusakan sistem imun, sehingga tubuh menjadi tidak mampu mempertahankan diri dari ancaman penyakit. Selain itu, infeksi HIV juga dapat berdampak pada sistem metabolisme, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh secara keseluruhan (Amalia et al., 2018).
Berdasarkan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020, diperkirakan ada sekitar 37,7 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan HIV/AIDS. Angka ini mencerminkan betapa luasnya penyebaran virus ini secara global. Menariknya, perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak, dengan jumlah kasus mencapai 19,3 juta orang. Sementara itu, di Indonesia, jumlah kasus HIV/AIDS yang tercatat pada tahun yang sama mencapai sekitar 543.100 orang. Data ini menunjukkan bahwa infeksi HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang serius dan memerlukan perhatian besar, baik secara global maupun nasional (WHO, 2021).
ADVERTISEMENT
Penyebaran HIV/AIDS
Penyebaran HIV terjadi melalui cairan tubuh tertentu, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI. Penyakit ini tidak mengenal batasan usia, jenis kelamin, atau ras, sehingga siapa pun dapat berisiko terinfeksi. Bahkan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan HIV memiliki peluang besar untuk tertular jika tidak ada intervensi medis. Pada tahap awal, infeksi HIV sering kali tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Individu yang terinfeksi mungkin merasa sehat atau hanya mengalami gejala ringan seperti demam, sakit kepala, atau kelelahan. Seiring berjalannya waktu, virus ini akan terus melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga gejala yang lebih serius mulai muncul. Tanda-tanda seperti penurunan berat badan drastis, pembengkakan kelenjar getah bening, diare yang tidak kunjung sembuh, serta infeksi paru-paru sering kali menjadi indikasi bahwa sistem imun seseorang telah mengalami kerusakan yang signifikan.
Jika tidak segera diobati, HIV dapat menyebabkan komplikasi serius. Penyakit seperti tuberkulosis, meningitis kriptokokus, dan kanker tertentu, seperti limfoma dan sarkoma Kaposi, sering kali ditemukan pada tahap AIDS. Namun, dengan pengobatan yang tepat, seperti terapi antiretroviral (ARV), penyebaran virus dalam tubuh dapat dikendalikan. Pengobatan ini bertujuan untuk menekan jumlah virus hingga ke tingkat yang sangat rendah, sehingga tubuh tetap mampu melawan penyakit lain dan mencegah perkembangan menuju tahap AIDS. Selain itu, ARV juga membantu mencegah infeksi oportunistik yang sering kali menjadi penyebab utama kematian pada penderita AIDS.
HIV tidak hanya menjadi masalah kesehatan individu, tetapi juga tantangan kesehatan masyarakat secara global. Berbagai strategi telah dikembangkan untuk menanggulangi penyebaran virus ini. Di tingkat internasional, UNAIDS mencanangkan strategi "90-90-90," yang bertujuan untuk memastikan 90% individu yang hidup dengan HIV mengetahui status mereka, 90% dari mereka mendapatkan pengobatan ARV, dan 90% yang menjalani terapi memiliki penekanan virus yang efektif. Selain itu, WHO merekomendasikan tes HIV secara luas bagi siapa saja yang berisiko. Di Indonesia, pemerintah mencanangkan program "Three Zero HIV/AIDS 2030" yang berfokus pada nol infeksi baru, nol kematian terkait AIDS, dan nol stigma terhadap penderita HIV/AIDS. Upaya ini didukung oleh berbagai regulasi, termasuk akselerasi pengobatan ARV untuk mencapai target pengobatan yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Amalia, R., Sumartini, S., & Sulastri, A. (2018). Gambaran Perubahan Psikososial dan Sistem Pendukung Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Cemara Gegerkalong Bandung. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(1). https://doi.org/10.17509/jpki.v4i1.12346
Dodu, A. Y., Erwin, D., Nugraha, W., & Ayyub, M. A. (2019). Penerapan Data Mining Untuk Mendeteksi Tingkatan Stadium Penyakit Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) Menggunakan Algoritma Naive Bayes Classifier (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anutapura Palu). ScientiCO: Computer Science and Informatics Journal, 1(1), 33. https://doi.org/10.22487/j26204118.2018.v1.i1.11900
Menteri Kesehatan RI. (2019). Rencana Aksi Nasional Pengendalian HIV/AIDS Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
UNAIDS. (2020). Mengakhiri AIDS: Strategi AIDS Global 2021-2026. UNAIDS.
World Health Organization (WHO). (2021). HIV/AIDS Fact Sheet. Geneva: WHO.
ADVERTISEMENT