Peristiwa Peniwen 19 Agustus 1949

Nurcahyo Abdulaziz
Mahasiswa sejarah universitas negeri semarang
Konten dari Pengguna
30 April 2022 22:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurcahyo Abdulaziz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
doc pribadi
zoom-in-whitePerbesar
doc pribadi
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai Malang mungkin yang terlintas di benak kita ialah keindahan alam-nya dan udara-nya yang sejuk serta dikelilingi pegunungan membuat Malang sekilas mirip dengan kota-kota yang ada di Eropa, tak heran pada masa kolonial Malang dijuluki sebagai “Zwitserland van Java”.
ADVERTISEMENT
Selain keindahan alamnya, Malang juga menjadi tujuan favorit para pelajar dari penjuru Indonesia untuk menuntut ilmu, Malang juga banyak menyimpan peristiwa sejarah penting khususnya pada masa periode revolusi Indonesia (1945-1949) dan salah satu peristiwa penting yang jarang diketahui adalah peristiwa Peniwen.
Peristiwa ini bermula ketika pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger/ tentara kerajaan hindia belanda) memasuki Desa Peniwen pada Februari 1949, pasukan KNIL berdalih kedatangannya ke desa Peniwen untuk mencari pejuang republik Indonesia yang diperkirakan bersembunyi di desa peniwen.
Dalam menjalankan aksinya mencari pejuang republik, pasukan KNIL melakukan serangkaian aksi teror terhadap masyarakat Peniwen, pada tanggal 19 Agustus 1949, pasukan KNIL memasuki rumah sakit Panti Husodo, rumah sakit itu digunakan sebagai tempat merawat korban perang dan warga desa yang sakit, setelah kedatangan-nya pasukan KNIL langsung menjarah dan merusak rumah sakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak puas sampai disitu pasukan KNIL juga menahan para pelajar yang kala itu sedang menjalankan tugas PMR (Palang merah remaja) di rumah sakit tersebut, pasukan KNIL memisahkan tahanan perempuan dan pria ditempat yang berbeda, para tahanan pria disiksa kemudian dieksekusi secara bergantian sedangkan tahanan perempuan tidak dieksekusi akan tetapi diperkosa oleh pasukan KNIL.
Kekejaman pasukan KNIL memancing kemarahan pihak gereja Peniwen, yang kemudian pihak gereja Peniwen mengirim surat protes atas perlakuan pasukan KNIL yang melakukan pembantaian terhadap warga sipil dan tenaga medis kepada jaringan gereja Jawa Timur.
Surat protes tersebut juga sampai ke dunia internasional yang membuat pihak Belanda mendapat kecaman dari dunia internasional pihak Belanda dinilai telah melakukan kejahatan perang karna menyerang tenaga medis dan rakyat sipil, setelah mendapat banyak kecaman dari dunia internasional, Pasukan KNIL kemudian ditarik mundur dari desa Peniwen.
ADVERTISEMENT
Untuk mengenang para korban peristiwa tersebut pada tanggal 11 agustus 1983 dibangun sebuah monumen dengan nama monumen "Peniwen affair'" monumen ini merupakan salah satu dari dua monumen palang merah yang diakui dunia internasional, "UNESCO" juga mengakui monumen "Peniwen affair" sebagai warisan sejarah dunia di era perang dunia ke 2.