Konten dari Pengguna

Dampak Krisis Iklim Bagi Perempuan Dan Anak

Nur Muhammad Fadhil
Mahasiswa program studi Perbandingan Madzhab dan anggota KPA Arkadia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11 September 2024 8:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Muhammad Fadhil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pexels.com/(Markus Spiske)
zoom-in-whitePerbesar
pexels.com/(Markus Spiske)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perubahan iklim di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat tinggi yang mana telah sampai ke tahap yang sangat mengkhawatirkan. Dampak yang timbul pun dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Kelompok yang sangat rentan terhadap dampak kerusakan iklim tersebut adalah perempuan dan anak, dan kerusakan iklim juga memengaruhi stabilitas di berbagai aspek, mulai dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya.
ADVERTISEMENT
Mengapa perempuan dan anak menjadi objek yang paling merasakan dampak dari perubahan iklim tersebut? Menurut Jesicca Shulman, dosen senior di Universitas Victoria mengatakan bahwa, “krisis iklim tidak bersifat netral. Perempuan dan anak mengalami dampak terbesar dari perubahan iklim. "Ini memperkuat ketidaksetaraan gender yang ada dan menimbulkan ancaman unik terhadap penghidupan, kesehatan, dan keselamatan mereka. Sementara, di seluruh dunia, perempuan lebih bergantung pada laki-laki, namun memiliki akses yang lebih kecil terhadap sumber daya alam”.
Faktanya banyak perempuan di daerah yang terdampak krisis iklim ini harus memikul tanggung jawab yang besar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti kebutuhan pangan, air bersih, dan bahan bakar. Bahkan mereka harus berjalan puluhan kilometer dan naik turun bukit untuk mencari dan mencukupi kebutuhan air bersih. Kekeringan dan curah hujan yang tidak menentu membuat perempuan yang berprofesi sebagai petani harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga meraka. Para anak-anak pun tidak terlepas dari dampak tersebut, banyak dari meraka yang harus meninggalkan pendidikan untuk membantu orang tua mereka mencari dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Ini menyebabkan banyak anak-anak daerah yang tidak menyelesaikan pendidikan mereka dan terpaksa harus tidak mendapatkan pelajaran di bangku sekolah.
ADVERTISEMENT
Menurut data UNICEF tahun 2020, indonesia berada pada peringkat 43 dari 163 negara yang memiliki risiko tinggi terhadap perubahan iklim. Dan menurut data Children’s Climate Risk, lebih dari 140 juta anak mengalami kelangkaan air, 120 juta anak sangat terdampak banjir rob, 210 juta anak terpapar siklon, dan 460 juta anak sangat terpapar pada polusi udara. Ini perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk memperhatikan fenomena yang terjadi.
Pada aspek kesehatan pun perempuan dan anak juga sangat merasakan dampak nya, terlebih lagi pada daerah-daerah yang minim akses kesehatan. UNDP Indonesia telah mengidentifikasi beberapa permasalahan terkait perubahan iklim di indonesia, di antara nya : 1) Penyebaran penyakit melalui air seperti diare dan kolera, 2) Tingkat kelelahan karena kepanasan, 3) Peningkatan kasus demam berdarah dan mamalia, 4) Infeksi pernafasan dan iritasi mata akibat kabut tebal, 5) Kasus malnutrisi dan kurang gizi akibat gagal panen dari kemarau panjang.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, pemerintah terkait harus lebih memperhatikan kondisi yang sedang terjadi di indonesia. Pengadaan fasilitas kesehatan yang memadai, akses transportasi yang cukup, pengelolaan sumber daya alam yang baik merupakan solusi yang dapat di terapkan oleh pemerintah terhadap masyarakat. Peran masyarakat juga sangat penting dalam menyikapi perubahan iklim yang terjadi. Perempuan dan anak menjadi aspek penting dalam kemajuan dan perkembangan suatu bangsa, ketika perempuan dan anak tidak diperhatikan maka kerusakan dan kemunduran yang akan terjadi.