Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Jadi CPNS Bayar Berapa?
12 April 2021 10:15 WIB
Tulisan dari Nurhadiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi tes CPNS. Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1574939769/n7xhf1zqht7zmcrwaqdl.jpg)
ADVERTISEMENT
Penerimaan CPNS
Kasus penipuan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) viral beberapa waktu lalu, di mana seorang ibu sudah membayar ratusan juta kepada oknum untuk meluluskan anaknya menjadi CPNS. Namun, malang tak bisa ditolak ternyata anaknya tidak menjadi CPNS dan uang ratusan juta pun melayang.
ADVERTISEMENT
Kasus serupa kadang masih timbul di ruang publik kita. Menambah deretan sinisme masyarakat kepada PNS atau yang sekarang disebut ASN. Sehingga lazim pertanyaan kepada mereka yang lulus tes ASN, “Bayar berapa (sehingga bisa diterima)?”
Pertanyaan itu pun dialami saya ketika lulus tes CPNS (pada saat itu). Tahun 2013 adalah tahun awal penggunaan Computer Assisted Test (CAT) untuk penerimaan tes CPNS. Saat itu saya melakukan tes tersebut di kantor regional V BKN Jakarta di daerah Ciracas yang kebetulan tidak jauh dari domisili saya.
Tes yang diujikan dengan sistem CAT adalah Tes Kemampuan Dasar (TKD) yang terdiri dari Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelegensi Umum (TIU) dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP).
ADVERTISEMENT
TIU berisi tentang logika dan matematika, sedangkan TWK berisi pengetahuan umum yang terkait dengan ketatanegaraan sedangkan TKP seperti psikotes untuk menilai pribadi seperti apakah kita. Banyak peserta yang nilainya jatuh di TWK. Salah satu strategi saya adalah mencari soal-soal TWK di internet dan mempelajarinya jauh-jauh hari sebelum TKD dimulai.
Hasil TKD ini langsung diumumkan beberapa menit setelah tes selesai. Hasilnya cukup memuaskan. Keseluruhan TKD saya mendapat peringkat 1 dari formasi yang saya pilih.
Formasi saat itu yang saya pilih adalah 1 (satu) formasi di salah satu Unit Kerja di Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dari total 12 formasi di BAPETEN. Karena hanya 1(satu) formasi yang diperebutkan di unit kerja yang saya pilih. Maka hasil TKD ini menyaring hanya 3 besar peringkat saja yang lanjut ke tahap selanjutnya yakni Tes Kemampuan Bidang (TKB). Perlu diingat, penilaian penerimaan bersifat akumulatif. Nilai TKD yang didapatkan tetap masuk dalam persentase penilaian total.
ADVERTISEMENT
Dalam Tes Kemampuan Bidang saya harus bersaing dengan 2(dua) orang lainnya untuk memperebutkan 1 formasi yang ada. Di TKB yang diadakan di lantai 8 BAPETEN kami diberikan soal dasar-dasar peraturan terkait dengan BAPETEN, dan pemahaman terkait fisika atom, elektron, dan radiasi.
Soal soal terkait fisika atom, elektron dan radiasi muncul dikarenakan kekhasan BAPETEN di bidang ketenaganukliran. Soal TKB ini berbeda antar lembaga, biasanya menyesuaikan dengan bidang yang menjadi core bussiness oleh lembaga bersangkutan. Selain TKB, kami juga harus mengikuti tes TOEFL, psikotes dan tes wawancara. Keseluruhan test ini lah yang nantinya masuk dalam persentase penilaian kelulusan tes CPNS.
Ujian itu pun datang
Semua tes berhasil dilalui, tinggal menunggu pengumuman yang membuat hati menanti. Lalu ujian itu pun datang. Panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenal, yang mengaku dari panitia dan menawarkan akan membantu meluluskan saya menjadi PNS namun harus membayar biaya sebesar 50 Juta rupiah. Hal ini membuat saya shock , dan saya diskusikan dengan keluarga.
ADVERTISEMENT
Keluarga pun mulai takut bahwa bisa jadi saya tidak terpilih kalau tidak membayar. Namun, saya bergeming, bagi saya, saya ingin memulai pekerjaan dengan sesuatu yang baik. Untuk itu, saya menolak untuk membayar, dan mengambil risiko termasuk tidak lulus.
Tak berselang lama, panggilan telepon pun kembali masuk dan mengatasnamakan panitia. Kali ini mereka menurunkan tawaran mereka menjadi 15 Juta saja. Kembali saya bergeming, dan mengatakan tidak. Beberapa anggota keluarga ada yang khawatir dan mulai tergoda, namun saya tegaskan tidak akan memberikan uang sepeser pun.
Rupanya mereka tetap gigih, dan kembali menghubungi saya serta menurunkan tawarannya hanya 5 Juta rupiah. Mendengar hal itu saya sempat tertawa, dan semakin yakin bahwa sang oknum ini tidak memiliki kuasa apa pun untuk meluluskan atau tidak meluluskan calon peserta. Dengan mantap saya katakan tidak, sehingga oknum tersebut pun berhenti menghubungi saya.
ADVERTISEMENT
Tidak berselang lama, terdapat pengumuman dari Panitia Penerimaan bahwa ada laporan yang menawarkan kelulusan menjadi CPNS dengan imbalan uang. Panitia menekankan kepada peserta untuk jangan percaya dan laporkan kepada panitia. Hal ini membuat saya semakin lega, bahwa saya sudah melakukan hal yang benar. Dan Panitia juga sangat menjaga kredibilitas penerimaan mereka.
Bisa jadi sebenarnya saya sudah lulus penerimaan CPNS, dan data tersebut dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Bayar ataupun tidak, hasilnya tetap lulus.
Akhirnya, di hari pengumuman. Saat itu subuh hari tanggal 24 Desember 2013. Saya belum memiliki akses internet di rumah, langsung mencari warung internet (warnet) untuk mengetahui hasil pengumuman CPNS BAPETEN. Alhamdulillah, semua terbayarkan, saya dinyatakan diterima menjadi CPNS BAPETEN. Selanjutnya diharapkan mengumpulkan berkas dan bersiap untuk masuk kantor perdana tanggal 10 Februari 2014.
ADVERTISEMENT
Pengalaman ini memberikan kepercayaan bahwa Negara ini sedang melakukan perbaikan, penerimaan PNS yang distigma oleh masyarakat harus mengeluarkan uang dikikis perlahan. Sistem penerimaan ASN (sekarang ASN) pun semakin terpadu waktu demi waktu, dahulu saya harus melamar satu-satu instansi yang di-kepengeni. Sekarang cukup melalui satu sistem SSCASN yang dikelola BKN RI.
Semoga akan banyak masyarakat sadar, bahwa cara-cara membayar untuk menjadi seorang ASN sangat tidak keren. Sehingga, mereka yang diterima menjadi ASN adalah mereka yang jujur, berintegritas, dan memiliki kompetensi yang nantinya dapat mewujudkan good governance di Negara yang kita cintai.
Terakhir, pengalaman ini membuat saya memiliki jawaban ketika ditanya orang kebanyakan,
“Bayar berapa bisa diterima PNS?”, dengan bangga saya menjawab, “Tidak sepeserpun.”
ADVERTISEMENT