Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Belum Saatnya Relaksasi PSBB, Indonesia!
22 Mei 2020 20:30 WIB
Tulisan dari Nurhastuty K Wardhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Nurhastuty k. Wardhani
Baru-baru ini isu relaksasi PSBB oleh pemerintah pusat dilemparkan ke media. Di satu sisi, pemerintah pusat menyatakan akan memberikan kelonggaran atau relaksasi PSBB kepada sejumlah pemerintah daerah, namun, di sisi lain pemerintah pusat mengklaim belum memberi keputusan kelonggaran PSBB. Hanya saja ada beberapa kebijakan baru yang seperti menunjukkan secara tidak langsung pemerintah pusat melonggarkan PSBB seperti pelonggaran transportasi contohnya penerbangan dibuka kembali dan mengizinkan orang yang berusia dibawah 45 tahun untuk bekerja.
ADVERTISEMENT
Krisis Kesehatan 100 Tahun sekali
Pemerintah pusat tampak melemah dengan komitmennya untuk mengatasi krisis kesehatan ini ketika kondisi ekonomi menurun drastis akibat pelemahan ekonomi global. Perlu diingat krisis kesehatan yang kita alami bersama baik local maupun global di 213 negara di dunia adalah krisis kesehatan yang terjadi 100 tahun sekali seperti Flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1918 yang menginfeksi 500 juta orang dan menyebabkan kematian 20 hingga 50 juta orang. Menyadari krisis kesehatan yang luar biasa ini, pemimpin-pemimpin negara di dunia seperti Presiden Perancis Emmnuel Macron dan Perdana Menteri Australia Scott Morison menyatakan kondisi perang atau militer dengan coronavirus. Dan, konsekuensi dari pernyataan perang dengan coronavirus, Perdana Menteri Australia dan gubernur atau pimpinan pemerintah daerah di Australia yang langsung mengumumkan perkembangan kasus tiap harinya bahkan hingga dua kali sehari karena kondisi yang siaga sementera di Perancis militer juga terlibat secara aktif dalam status lockdown.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan yang Tangguh dan Tim yang Solid
Awalnya, Indonesia cukup tegas dengan memberhentikan semua penerbangan dari dan ke China, Korea Selatan dan Iran dibandingkan negara-negara tetangga sehingga Indonesia mampu menunda masuknya coronavirus ke dalam negeri. Kasus pertama coronavirus di Indonesia tercatat pada bulan Maret 2020 sementara kasus pertama coronavirus di Malaysia dan Australia tercatat pada akhir Januari 2020. Dalam waktu dua bulan, kasus coronavirus di Indonesia sudah melambung tinggi sebanyak 16.006 orang dengan kematian 1043 orang mengalahkan Malaysia dengan kasus sebanyak 6819 kasus dengan kematian 112 orang dan Australia dengan kasus sebanyak 6992 dengan kematian 98 orang. Kasus yang melambung tinggi mengalahkan negara tetangga hanya dalam waktu dua bulan dan pelonjakan kasus dari 10.118 kasus di akhir April menjadi 16.006 kasus di pertangan bulan Mei yang hanya dalam waktu dua minggu menandakan pemerintah harus lebih tegas dan siaga dengan PSBB yang telah ditetapkan bukan sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Tidak dipungkiri keberhasilan negara tetangga untuk memberhentikan laju kasus coronavirus disebabkan tindakan yang ekstrim yang diambil pemerintah Australia dan Malaysia untuk menetapkan lockdown. Australia menetapkan lockdown di dua negara bagian yaitu New South Wales dan Victoria dan semi-lock down atau PSBB di Queensland sejak Maret 2020. Baik lockdown atau semi-lock down ternyata sama efektif di masing-masing negara bagian di Australia. Terbukti dalam waktu sebulan, Queensland tidak memiliki penambahan kasus berturut-turut dalam waktu seminggu. Dan, masing-masing negara bagian Australia sangat tegas seperti menutup semua pantai dan tempat ibadah dan meniadakan festival tahunan seperti Ekka festival yang biasanya dirayakan besar-besaran, meminta perayaan paskah dan bulan puasa di rumah masing-masing dan Australia melarang adanya penerbangan domestik selama 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Lupakan Herd Immunity & Kembali kepada Komitmen Awal PSBB
Strategi herd immunity atau imunitas natural yang dimiliki individual atau komunitas untuk melawan virus tertentu ternyata tidak terbukti di Inggris. Pemerintah Inggris yang mengagungkan strategi ini akhirnya malah kewalahan dengan lonjakan kasus coronavirus sebanyak 233,151 dan kematian sebanyak 33,614. Pemerintah America yang meremehkan coronavirus sejak awal dengan termasuk membiarkan penerbangan domestik untuk beroperasi seperti biasa akhirnya menganggap kematian warganya sebanyak 86,809 orang dan penderita terbesar di dunia sebesar 1,4 juta orang hanyalah angka statistik. Pada titik ini, pemerintah pusat sudah memiliki contoh yang nyata dari negara-negara di dunia untuk berperang dengan Corona atau menganggap remeh Corona dengan akibatnya masing-masing. Jika melihat kasus dari Queensland, PSBB bisa sama efektifnya dengan lock down jika pemerintah berkomitmen untuk bertahan di strategi tersebut dalam waktu 3-6 bulan. Pemerintah Pusat tidak bisa mengharapkan PSBB bekerja dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu.
ADVERTISEMENT
Prioritaskan Rakyat Kecil bukan Industri dan Korporasi
Kondisi yang luar biasa saat ini mengharuskan pemerintah memilih untuk memprioritaskan golongan tertentu dan mengorbankan kelompok tertentu. Di tahun ini, Pemerintah Indonesia tidak bisa bersikap kaku dengan target-target ekonominya di awal tahun dan meminta industri-industri untuk berbisnis seperti biasa demi menghindari pengangguran besar-besaran. Tidak bisa dipungkiri kondisi saat ini harus mengorbankan pihak tertentu dan untuk menghentikan penyebaran coronavirus ke seluruh wilayah Indonesia, pemerintah pusat harus menghentikan penerbangan khususnya dari zona merah seperti Jabodetabek, Jawa Tengah dan Jawa Timur ke wilayah lainnya dan sebaliknya seperti yang dilakukan Pemerintah Australia yang mengorbankan industri penerbangannya seperti Virgin Australia dan Qantas. Proyek kartu pra-kerja yang memberikan dana segar kepada perusahaan-perusahaan digital sebaiknya dihentikan. Perusahaan-perusahaan digital seharusnya memberikan pelatihan gratis untuk masyarakat dan dana tersebut bisa dialihkan ke bantuan tunai untuk masyarakat miskin di zona merah. Selain itu, tidak ada faedah pelatihan training online di saat ini yang menyedot anggaran pemerintah jika tidak ada lapangan pekerjaan yang tersedia atau diciptakan. Industri-industri pun seharusnya diminta untuk berproduksi dengan kapasitas yang minimal misalnya jika pabrik bisa menampung 500 karyawan, diminta untuk beroperasi 1/3 nya sehingga social distancing bisa tercapai untuk mencegah pelonjakan kasus corona di sejumlah pabrik seperti di Surabaya. Dan, tentunya semua ini perlu bantuan militer untuk pengawasan PSBB.
ADVERTISEMENT
Tahun 2020 adalah tahun yang sangat berat bagi semua negara di dunia. Kita bisa melewati tahun 2020 ini dengan selamat jika semua pihak mau bersabar dan saling membantu dan kembali kepada komitmen awal PSBB. Tentunya, ekonomi pasti akan mengalami penurunan beberapa kuarter seperti yang diprediksi lembaga dunia tetapi pelemahan ekonomi masih bisa dipulihkan di tahun-tahun mendatang. Namun, kematian tidak bisa dikompromikan apalagi perihal kehidupan masyarakat umum khususnya masyarakat kecil dan masyarakat yang hidup di daerah dan terpencil. Kita perlu menyadari bahwa struktur social masyarakat kita lemah dan rapuh ditandai dengan banyaknya masyarakat yang bergantung di sektor informal sehingga WHO memprediksi bahwa Indonesia dan India bisa menjadi episentrum corona di Asia. Dan, tentunya kita semua tidak mau hal itu terjadi. Oleh karena itu, kembalilah kepada komitmen awal PSBB, Indonesia!
ADVERTISEMENT