Konten dari Pengguna

Kehidupan setelah Lulus untuk Generasi Milenial

Nurhastuty K Wardhani
Pendidik generasi milenial dan faculty member Universitas Trisakti. Kandidat doktoral keuangan di University of Queensland. Peminat keuangan syariah.
19 September 2018 8:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurhastuty K Wardhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wisuda (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wisuda (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Banyak yang bertanya-tanya, apa yang saya harus lakukan ketika saya lulus nanti? Pekerjaan apa yang tepat untuk saya? Percayalah kamu tidak seorang diri dengan kebingungan kehidupan pasca-kelulusan.
ADVERTISEMENT
Bagi yang sudah mendapatkan pekerjaan ketika lulus, selamat untuk Anda. Bagi yang belum, jangan khawatir, kehidupan sebenarnya baru dimulai. Hal yang kamu persiapkan adalah beberapa skenario.
1. Skenario A: Mencari pekerjaan
Tentukan minat sebelum melamar pekerjaan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tentukan minat sebelum melamar pekerjaan. (Foto: Thinkstock)
Hal pertama yang paling umum dilakukan adalah melamar pekerjaan. Ketika lulus, umumnya banyak dari kita yang belum punya pengalaman pekerjaan atau magang sehingga belum tahu profesi apa yang paling tepat dengan diri kita. Tentunya, meski kita belum tahu pekerjaan apa yang paling tepat, pastinya kita memiliki perusahaan tempat kerja idaman.
Kita bisa melamar pekerjaan di perusahaan impian dengan mengunjungi website mereka. Terkadang, perusahaan tersebut tidak membuka lowongan, ketika kita melamar pekerjaan di website mereka, itu bisa menjadi bahan pertimbangan di kemudian hari ketika mereka membutuhkan tambahan staff.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang bisa kita lakukan mengunjungi website universitas ternama dan biasanya di fakultas tertentu seperti fakultas ekonomi atau fakultas teknik, mereka selalu meng-update informasi kerja terkini. Kamu juga bisa mendapatkan informasi pekerjaan di media cetak seperti koran harian dan media online.
Ada hal-hal yang kamu perlu persiapkan untuk melamar pekerjaan seperti Curriculum Vitae (CV), rekomendasi dari dosen, surat keterangan catatan kepolisian. Ada baiknya kamu buat CV dalam Bahasa Inggris sekitar 1-2 halaman dengan informasi yang relevan.
Dan, jika kamu menerima panggilan dari perusahaan, biasanya perusahaan akan mengadakan beberapa tahap dalam perekrutan seperti tes psikologi, tes potensi akademik, dan kamu bisa mempersiapkan itu semua dengan membeli buku kumpulan tes potensi akademik dan tes psikologi di toko buku terdekat.
ADVERTISEMENT
Mendapatkan pekerjaan pertama itu terkadang memakan waktu sekitar tiga sampai enam bulan atau lebih. Hal terpenting adalah jangan menyerah, tetap mendaftar sebanyak-banyaknya lowongan pekerjaan. Dan, jika berhasil mendapatkan pekerjaan pertama, jangan berhenti di tengah jalan ketika merasa tidak betah. Cobalah untuk bertahan dengan pekerjaan pertama hingga setahun.
2. Skenario B: Membangun kerajaan bisnis
Bisnis (Foto: Ole Olotu (Unsplash))
zoom-in-whitePerbesar
Bisnis (Foto: Ole Olotu (Unsplash))
Tidak semua orang ingin menjadi pegawai. Sebenarnya, memiliki bisnis sendiri atau membangun kerajaan bisnis dengan teman-teman adalah suatu hal yang mulia. Sayangnya, hal ini kurang ditekankan oleh pendidikan kita. Jika memang minat kamu dan mimpi kamu sejak awal menjadi pengusaha, maka lakukanlah itu.
Kamu bisa membangun bisnis dengan teman-teman yang bisa kamu percaya 3-5 orang. Memiliki bisnis itu membutuhkan dedikasi yang jauh lebih besar karena kemajuan bisnis ada di tangan kamu. Bahkan, ada banyak yang memulai bisnis harus kerja 12 jam sehari dari Senin hingga Sabtu. Dan, jangan merasa minder jika bisnis kamu bisnis yang sederhana seperti catering, wedding organizer, hingga makanan ringan.
ADVERTISEMENT
Hal yang terpenting adalah memiliki konsep yang jelas, keunikan, dan bisa memiliki brand yang berbeda dari yang sudah ada. Memulai bisnis bisa dengan modal yang tidak perlu besar sekitar Rp 5-20 juta untuk tahap awal. Perlu diingat jatuh bangun dalam bisnis itu hal biasa.
Jika kamu merasa ini jalan hidupmu, jangan ragu-ragu memulainya, karena mempekerjakan orang dan menciptakan lapangan pekerjaan bisa menjadi kontribusimu untuk masyarakat.
3. Skenario C: Sekolah lagi (S2 atau Profesi)
Kuliah. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kuliah. (Foto: Thinkstock)
Bagi yang mampu untuk sekolah lagi dan ingin sekolah lagi di pascasarjana maka tidak salahnya melanjutkannya. Kamu bisa segera mendaftar di universitas terkemuka terdekat. Atau, kamu bisa melanjutkan program pascasarjana di universitas yang kamu inginka . Ada baiknya kamu mempertimbangkan untuk mendapatkan beasiswa untuk program pascasarjanamu sehingga kamu memiliki tabungan untuk hal penting lainnya.
ADVERTISEMENT
Tetapi, jika memang kamu berkecukupan dan orang tuamu tidak keberatan untuk menyekolahkanmu, kamu bisa segera daftar dan mempersiapkan administrasi untuk program pascasarjanamu. Jurusan yang kamu ambil untuk program pascasarjana tidaklah harus linear dengan sarjana strata.
Ambillah pascasarjana yang akan memperkuat keilmuan kamu di bidang yang spesifik. Selain itu, meski kamu ambil program pascasarjana, kamu masih bisa kerja atau magang atau terlibat dengan proyek-proyek konsultan.
Semoga bermanfaat!
Nurhastuty K. Wardhani
Pendidik generasi milenial yang merupakan faculty member Universitas Trisakti.
Kandidat doktoral keuangan di University of Queensland, Australia.
Pencinta keuangan syariah dan Chairman INSPIRE.