Konten dari Pengguna

Kepemimpinan yang Melindungi Minoritas

Nurhastuty K Wardhani
Pendidik generasi milenial dan faculty member Universitas Trisakti. Kandidat doktoral keuangan di University of Queensland. Peminat keuangan syariah.
30 Maret 2019 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurhastuty K Wardhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika kita menjadi bagian dari sebuah kelompok mayoritas di suatu negara baik karena ras atau agama tertentu, terkadang bahkan sering kita tidak memahami posisi kaum minoritas karena secara kuantitas kita bagian dari kelompok yang besar dan mungkin sengaja atau tidak sengaja, kelompok besar menindas atau menganiaya kelompok yang kecil. Oleh karena itu, Bung Karno menekankan pentingnya demokrasi tanpa ada penindasan dari kaum mayoritas terhadap minoritas.
ADVERTISEMENT
Berefleksi pada pengalaman pribadi, saya pribadi tidak pernah memahami rasanya menjadi bagian dari suatu kelompok minoritas hingga saya studi di negara Kangguru untuk program S3 saya. Australia merupakan bagian dari negara persemakmuran Inggris dengan jumlah populasi hampir mendekati 25 juta. Dan, dari jumlah populasi tersebut, 650 ribu Muslim yang tersebar di beberapa kota seperti Sydney, Melbourne, Brisbane dan Adelaide menyatu dengan komunitas kulit putih Australia.
Selama empat tahun tinggal di Queensland, saya pribadi, alhamdulillah, tidak pernah mengalami diskriminasi atau perlakuan yang tidak menyenangkan dari masyarakat lokal bahkan saya merasa Brisbane sebagai rumah kedua. Orang-orang di sini begitu ramah, setiap kali saya sampai di Brisbane, selalu ada yang bersedia untuk membantu membawakan koper saya. Dan, setiap kali saya nyasar di Brisbane selalu ada orang yang menghampiri saya dan menanyakan ke mana saya mau pergi. Namun, entah mengapa, dari berita-berita yang saya baca dan saya tonton di TV, sepertinya segelintir dari partai politik terus-terang tidak menyukai Islam dan imigran di negara kangguru tersebut. Belum lagi saya memiliki teman-teman dekat Malaysia yang terkadang mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari satu dua orang lokal.
ADVERTISEMENT
Kemudian, dua minggu lalu, tragedi New Zealand terjadi yang mana lebih dari 50 korban Muslim mengalami pembantaian di dua mesjid pada saat Shalat Jumat. Memang, kejadian tersebut tidak terjadi di Australia, tetapi banyak yang mengkhawatirkan ada efek domino dari kejadian tersebut dari golongan kulit putih ekstrimist yang tidak menyukai Muslim dan imigran. Awalnya, saya pribadi, tidak terlalu memikirkan hal itu hingga salah satu teman saya yang orang lokal mengingatkan saya untuk berhati-hati dan menghubungi dia jika hal yang tidak baik terjadi pada saya. Lalu, saya mendapatkan pesan dari salah satu teman di Sydney bahwa ada muslimah di Sydney yang mendapatkan "hate crime" atau serangan dari orang lokal. Suasana menjadi tegang untuk beberapa hari sesudah tragedi di New Zealand hingga Senin pagi, rektor University of Queensland mengirimkan email kepada semua orang di universitas yang menyatakan bahwa University of Queensland sangat berduka dengan tragedi di New Zealand dan UQ melindungi Muslim yang ada di lingkungan kampus dan UQ sangat menghormati perbedaan apapun agama dan golongan di universitas. Tidak hanya sekedar itu, UQ mengibarkan bendera sebagai tanda berduka cita selama seminggu dan wakil rektor dan staf2 rektor ikut terlibat dalam shalat gaib dan doa bersama untuk korban tragedi Selandia Baru.
ADVERTISEMENT
Pihak rektorat(wakil rektor) bersama Imam mesjid dan komunitas Muslim yang baru menyelesaikan shalat gaib untuk korban tragedi New Zealand.
Bayangkan efek domino dari tindakan tegas yang diambil rektor bisa menciptkan rasa aman bagi kami Muslim yang ada di lingkungan kampus. Belum lagi, Gubernur Queensland Annastacia Palaszczuk dan Gubernur New South Wales, Gladys Berejiklianjuga mengambil tindakan yang sama. Mereka menyatakan tegas melindungi Muslim yang ada di wilayah masing-masing dan terlibat datang dalam doa bersama yang diadakan umat Muslim yang ada di Queensland dan New South Wales.
Gubernur Queensland bersama komunitas Muslim di Islamic Council of Queensland
Untuk korban-korban tragedi New Zealand, Perdana Menteri Jacinda Ardern juga bersikap sangat tegas, dan mengambil langkah-langkah taktis yang cepat seperti memberikan bantuan dana keuangan bagi keluarga korban untuk beberapa tahun dan mengambil alih biaya penguburan jenazah. Tidak hanya itu, Jacinda juga melarang senjata semi otomatis untuk mencegah hal serupa terjadi dan mengkampanyekan anti ekstrimis ke generasi muda. Bayangkan dunia ini akan menjadi lebih indah dan damai jika semua pemimpin memiliki rasa cinta yang besar dan kasih kepada semua golongan termasuk kaum minoritas tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan ras.
ADVERTISEMENT
Nurhastuty k. Wardhani
Sedang menempuh pendidikan S3 di University of Queensland.