Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Beauty Privilege: Suka Duka jadi Orang Cakep
21 Desember 2021 11:35 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Nuri Setia Nurhawa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang berpendapat kalau misalnya cantik atau ganteng itu relatif. Tapi ya kalau misalnya ditanya cakep Adhisty Zara atau Rahmawati Kekeyi pasti mayoritas orang menjawab lebih cakep Adhisty Zara.
ADVERTISEMENT
Saya berharap kalau misalnya cakep itu bisa serelatif yang orang-orang katakan. Tapi, dari pernyataan tadi bisa ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya seseorang dikatakan memiliki paras yang menawan itu sesuatu yang memiliki standar tertentu yaitu sesuatu yang indah, enak dipandang dan tentunya ada standar objektifnya serta tidak sepenuhnya relatif. Lalu, mengapa hal tersebut harus memiliki standar objektifnya dan mengapa sesuatu itu menjadi suatu hal yang enak dilihat dan bisa dibilang "cakep"?
Saya teringat kisah teman saya, beliau seorang mahasiswi di salah satu universitas ternama di Indonesia dan beliau beberapa kali fotonya masuk ke akun instagram resmi Universitas cantik tersebut. Beliau mengatakan bahwa menjadi cantik adalah sesuatu yang menyenangkan.
Dia menambahkan, "Pernah pada suatu hari saya makan bakso dengan ibu saya. Saya tidak sengaja menjatuhkan gelas kemudian langsung pecah. Saya merasa tidak enak langsung bilang "Mas ini saya ganti ya," lalu tukang baksonya bilang "Nggak usah mba, kalau orang cantik gapapa." Saya langsung "Hah?!"
ADVERTISEMENT
"Jadi orang yang cakep itu enak, lebih gampang menyelesaikan masalah hidupnya, diperlakukan lebih khusus oleh orang lain; kehidupannya memiliki kesan yang lebih lancar; seakan semuanya mudah untuk mereka jika dibandingkan orang yang tidak memiliki beauty privilege," hal tersebut menjadi statement yang lumrah dikatakan oleh banyak orang dan menurut saya hal tersebut benar adanya. Namun, tidak sepenuhnya benar.
Menurut Jurnal dari Blinded by Beauty: Attractiveness Bias and Accurate Perceptions of Academic Performance, para peneliti mengemukakan bahwa mayoritas orang yang berpenampilan menawan (berparas menarik) memiliki prestasi yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan siswi yang memiliki penampilan "kurang menarik".
Dari hal tersebut, mayoritas guru atau pengajar yang masuk dalam sampel dalam penelitian ini selalu "menganakemaskan" siswinya yang memiliki penampilan menarik, karena mereka selalu berharap muridnya itu bisa membawa prestasi lebih dianggap memiliki kepribadian yang lebih bagus.
ADVERTISEMENT
Selain itu, orang yang mempunyai paras menawan itu memiliki daya tarik fisik yang lebih unggul dibandingkan dengan orang yang biasa saja hal tersebut berpengaruh kepada karier yang jelas lebih lancar. Meskipun setiap perusahaan menghargai kecerdasan dan perilaku dalam mempekerjakan karyawan, tidak dapat disangkal bahwa daya tarik fisik berkontribusi besar pada jalur karier yang mulus.
Menurut Forbes, karena pekerja dengan penampilan menarik atau wajah menawan berpotensi mendapatkan gaji lebih tinggi. Sebab, menurut penelitian, seseorang yang memiliki kelebihan pada fisiknya cenderung menunjukkan bahwa dirinya sehat, cerdas, dan memiliki kepribadian yang baik. Untuk alasan ini, banyak perusahaan memberikan hak kecantikan (beauty privilege) kepada orang-orang yang cakep atau berpenampilan menarik.
Di dalam jurnal yang dipublikasi di Plos One, hasilnya menerangkan bahwa jika menilai kecerdasan seseorang berdasarkan wajahnya itu terbilang cukup akurat.
ADVERTISEMENT
Menurut jurnal tersebut ternyata, ketika ada seseorang yang mempunyai wajah menawan, maka hal itu menunjukkan bahwa dia selalu mendapatkan asupan nutrisi, bisa menjaga kesehatan dengan baik, dan mempunyai kecerdasan untuk merawat dirinya sendiri dengan baik dan tepat.
Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai wajah yang menawan secara tidak langsung dia mempunyai beban ekspektasi yang tinggi dari orang lain dan lingkungan sekitarnya jika dia tidak memenuhi ekspektasi dari lingkungannya dia akan mendapatkan judge yang tidak mengenakkan.
Akibatnya, orang yang memiliki wajah menawan menganggap bahwa penampilan fisiknya adalah yang harus diprioritaskan karena hal itu pulalah beauty privilege tidak selalu memberikan dampak positif bagi yang memilikinya.
Di perjalanan sejarah manusia, hal yang sering dikatakan sebagai standar kecantikan itu dapat dikatakan selalu berubah-ubah. Kalau sekarang yang dianggap cantik itu adalah Natasya Wilona, Anya Geraldin, Ariel Tatum, Ranty Maria sedangkan dulu yang dianggap cantik itu adalah Marilyn Monroe, Audrey Hepburn, Lady Diana, dan Madona. Dan terkhusus di tahun 1990an, para perempuan memiliki standar kecantikan yang disebut Heroin Chic yaitu perempuan yang berambut panjang, ikal dan dengan bentuk tubuh yang sangat kurus.
ADVERTISEMENT
Meskipun standar kecantikan itu selalu berubah-ubah sebenarnya ada beberapa hal yang memang dari dulu sampai sekarang tetap dianggap indah atau enak dilihat, Beberapa di antaranya punya prinsip seperti misalnya pertama, hal-hal itu berbentuk simetris. Yang kedua, punya rasio emas (1:1.618) dan Fractal Patterns yaitu pola-pola berulang dalam bentuk yang sama. Nah, hal-hal tersebutlah dianggap menjadi sebuah patokan indah dianggap enak dilihat di berbagai budaya bahkan termasuk di zaman batu. Misalnya terkait hal-hal yang simetris.
Di zaman batu orang-orang membuat kapak genggam yang bentuknya simetris dengan alasan yang sebenarnya kurang jelas dan tidak berpengaruh kepada efektivitasnya dalam memotong. Jadi, kapak ada saat itu dibuat simetris hanya karena bertujuan agar enak dilihat bukan berdasarkan fungsional.
ADVERTISEMENT
Bahkan dalam mencari pasangan juga sama fenomenanya, struktur wajah yang simetris dan cenderung dekat dengan golden ratio, itu lebih menarik karena menandakan kesehatan dan kesuburan reproduksi yang bertujuan untuk menunjukkan eksistensi manusia di muka bumi ini. Jadi, karena kemampuan untuk merekognisi hal-hal yang indah seperti simetris, golden ratio, dan fractal patterns itu sangat berpengaruh.
Peran media massa dan industri-industri kecantikan melalui iklan-iklan produk kecantikan yang mengkonstruksikan dan menjadi penguat pandangan kebanyakan orang mengenai standar kecantikan (beauty privilege) memberikan visualisasi bahwa wanita yang menawan itu yang memiliki kulit putih, hidung mancung, rambut yang indah, mempunyai badan yang tinggi (ideal). Akibatnya, muncullah stereotip bahwa standar wanita yang cantik harus seperti yang ditampilkan di media.
ADVERTISEMENT
Lalu apa definisi cantik yang sebenarnya?
Penulis tertarik dengan kata-kata Mba Najwa Shihab yang mengatakan bahwa "Kecantikan bukan hanya kata benda, kecantikan juga harus kata kerja. Seseorang menjadi cantik karena perbuatannya, karena perbuatannya, karena perbuatannya, seseorang dapat berbuat baik kepada orang lain, dapat maju untuk berbuat baik, dapat menunjukkan perbuatan baik. Seorang wanita. Artinya, seorang wanita cantik dinilai tidak hanya dari penampilan fisiknya, tetapi juga dari seberapa percaya dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bagaimana dia bisa bermimpi dan memiliki empati. Penulis berharap ke depan wanita tidak lagi didikte oleh standar kecantikan yang media sebarkan. Anda semua cantik terlepas dari warna kulit Anda, hitam atau putih, keriting atau lurus, gemuk atau kurus."
ADVERTISEMENT
Tapi, apakah kita juga bagian dari mereka yang menyebarkan keistimewaan beauty privilege ini? Tidakkah kita menyadari bahwa kita juga memberikan hak istimewa ini? Apakah kami secara tidak sengaja memilih Anda berdasarkan penampilan mereka? Tanpa sepengetahuan kita, kita terlibat dalam penyebaran orang-orang yang menarik seperti itu?
Yah, tidak ada yang salah dengan itu . Saya pikir akan bijaksana jika kita semua memperlakukan semua orang dengan sama tanpa memandang tipe tubuh, ras, jenis kelamin, agama, jenis warna kulit, dll. Ini pada dasarnya adalah karunia dan pilihan Tuhan, dan tidak ada hubungannya dengan kita. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, perubahan ini dimulai dari Anda dan saya, lalu kita. Sosok yang parasnya menawan itu menarik, tetapi saya percaya bahwa kepribadian yang baik dan hati yang penuh empati serta kebaikan adalah hal yang lebih baik.
ADVERTISEMENT